Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini lanjutan contoh
keteladanan kaum Salaf dalam berjihad fii sabilillah yang kami ambil dari kitab
Aina Nahnu Min Akhlaqis Salaf karya Abdul Aziz Al Julail dan Bahauddin
Aqil, semoga Allah menjadikan penerjemahan ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma amin.
Keteladanan kaum
salaf dalam berjihad fi sabilillah
Muhammad bin Imran
meriwayatkan dari Hatim Al Asham ia berkata, “Kami pernah bersama Syaqiq untuk menghadapi
orang-orang Turki pada hari yang ketika itu tidak terlihat selain kepala-kepala
berjatuhan, pedang-pedang menebas dan tombak-tombak patah, lalu ia berkata
kepadaku, “Bagaimana engkau melihat dirimu, apapah ia seperti malam
pengantimu?” Aku menjawab, “Tidak demi Allah,” Ia berkata lagi, “Tetapi aku
melihatnya seperti itu,” lalu ia tidur di antara dua barisan di atas perisai
kulitnya sehingga mendengkur, kemudian orang Turki menangkapku dan menidurkanku
untuk menyembelihku. Saat ia mencari pisau dari sepatunya, tiba-tiba datang
panah yang tidak ketahuan siapa yang memanah lalu membunuhnya.” (Siyar
A’lamib Nubala 9/314).
*****
Adz Dzahabi
berkata menyebutkan biografi Abu Bakar An Nabulisiy,
Abu Dzar Al Hafizh
berkata, “Bani Ubaidiyyah memenjarakan Abu Bakar An Nabulisiy dan menyalibnya karena
mempertahankan As Sunnah. Aku mendengar Daruquthni membicarakan dirinya sambil
menangis, “Ketika dirinya dikuliti ia sempat membacakan firman Allah,
كَانَ ذَلِك فِي الْكِتَابِ مَسْطُوراً
“Yang demikian itu
telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al
Israa’: 58)
Abul Faraj Ibnul
Jauziy berkata, “Suatu ketika, Jauhar -komandan perang bawahan Abu Tamim pemimpin
Mesir- berhasil menemui Abu Bakar An Nabulisiy yang sedang mendatangi
gubuk-gubuk (orang miskin), lalu Jauhar berkata kepadanya, “Telah sampai berita
kepada kami, bahwa engkau berkata, “Jika seorang mempunyai 10 panah, maka ia
harus melepaskannya kepada orang-orang Romawi satu panah dan kepada kami
sembilan panah.” Abu Bakar berkata, “Aku tidak mengatakan demikian. Bahkan yang
kukatakan adalah, jika seseorang mempunyai sepuluh panah, maka ia harus
melepaskan sembilan panah kepada kalian, dan yang kesepuluh juga kepada kalian.
Karena kalian telah merubah agama, membunuh orang-orang saleh, dan mengaku memiliki
cahaya ketuhanan.” Lalu Jauhar mengarak dan memukulnya, kemudian memerintahkan
seorang Yahudi untuk mengulitinya.” (Siyar A’lamin Nubala 16/148, 149)
*****
Al Khansa’, ibunda
empat mujahid
Dari Abdurrahman
bin Mugharra Ad Dausiy, dari seorang yang berasal dari suku Khuza’ah, ia
berkata, “Ketika orang-orang berkumpul di Qadisiyyah, maka Khansa binti Amr An
Nakha’iyyah memanggil empat puteranya, ia berkata, “Wahai anak-anakku!
Sesungguhnya kalian telah menjadi muslim-muslim yang taat dan telah berhijrah.
Demi Allah, tidak ada tempat yang tidak menyenangkan kalian, dan kalian tidak
disusahkan oleh paceklik dan tidak memiliki rasa tamak. Demi Allah yang tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya kalian adalah keturunan
seorang laki-laki sebagaimana keturunan serorang perempuan. Aku tidak akan
mengkhianati ayah kalian, aku tidak akan membuat malu paman kalian, serta tidak
merubah nasab kalian, tidak merusak kehormatan kalian, serta tidak merampas
milik kalian. Jika besok tiba insya Allah, maka seranglah musuh kalian sambil
meminta pertolongan kepada Allah dan terus meminta petunjuk-Nya. Jika kalian
melihat perang telah menampakkan tanda-tandanya, dan genderang perang telah ditabuh,
maka majulah dengan semangat dan hantamlah pasukan musuh, kalian akan
memperoleh ghanimah, keselamatan, kejayaan, dan kemuliaan di negeri yang kekal
(akhirat) dan tempat singgah sementara (dunia).”
Maka para pemuda
itu segera beranjak dari sisinya untuk menaati perintahnya dan menghayati
nasihatnya. Ketika mereka telah menemui musuh, puteranya yang pertama
bersiap-siap sambil melantunkan syair,
Wahai
saudara-saudaraku, sesungguhnya wanita tua sang pemberi nasihat,
Telah mengobarkan
semangat kita ketika ia memanggil kita tadi malam,
Sebuah nasihat
yang jelas dan gamblang, maka bersiaplah menyambut perang yang bertaring tajam
Yang kalian jumpai
dari rezim Sasan ketika perang berkecamuk hanyalah anjing-anjing yang
menggonggong
Mereka telah yakin
bahwa kalian akan memperoleh kesusahan, padahal kalian sebenarnya berada di
antara kehidupan yang baik atau kematian yang mewariskan bagian yang
menguntungkan
Puteranya yang
kedua juga menyambutnya dengan mengatakan,
Demi Allah, kami
tidak akan mendurhakai wanita tua sepatah kata pun, karena ia telah menyuruh
kita dengan rasa cinta dan kasihnya
Juga dengan
kebaikannya yang tulus dan penuh kelembutan, maka mari kita hadapi perang yang
bertaring meskipun sambil merangkak
Sehingga kalian
berhasil menghadap rezim Kisra dan memporak-porandakan mereka yang membuat
kehormatan kita terjaga
Kita melihat bahwa
teledor dalam menghadapi mereka adalah kelemahan, serta membunuh mereka adalah
kemuliaan dan kebiasaan yang patut dijaga
Putera yang ketiga
juga menyambutnya sambil berkata,
Engkau bukanlah
milik Khnasa, Akhzam, dan Amr pemilik kehormatan yang paling awal
Kalau kalian tidak
menyambut mereka, maka akan datang kaum ajam, mereka akan mengumpulkan kekuatan
seperti pimpinan Sasan dan Rustum
Dengan segala
puji, pertempuran nanti bagaikan singa, berlangsung mencekam bagai lautan yang
luas
Untuk memperoleh
kemenangan yang dekat dan harta rampasan atau kehidupan yang paling mulia; kamu
di sana akan memperoleh bagian yang paling agung
Selanjutnya
puteranya yang keempat menyambutnya pula sambil berkata,
Sesungguhnya
wanita tua berpendirian kuat dan tangguh, memiliki pandangan yang tajam dan
pendapat yang benar
Ia telah menyuruh
kita dengan benar dan di atas kebenaran sebagai bentuk nasihatnya dan berbuat
baik kepada anaknya
Maka ayo segera
datangi peperangan untuk memperbanyak generasi, baik untuk memperoleh
kemenangan atau menguasai negeri
Atau mungkin untuk
mati yang mewariskan keabadian, lalu masuk surga Firdaus untuk hidup bahagia
selama-lamanya
Mereka lalu
berperang sehingga Allah Azza wa Jalla memberikan kemenangan kepada kaum
muslimin. Akhirnya mereka memperoleh dua ribu (dirham), mereka bawa dan kucurkan
ke pangkuan sang ibu, untuk kemudian dibagikan kepada mereka secara sama rata.
Tidak seorang pun yang terzalimi haknya meskipun satu dirham.” (Shifatush
Shafwah 4/385-387)
Kisah Seorang Yang
Syahid Menikah Dengan Seorang Bidadari
Dari Tsabit Al
Bunani ia berkata, “Aku pernah berada di dekat Anas bin Malik, tiba-tiba datang
anaknya dari peperangan yang bernama Abu bakar, lalu Anas bertanya kepadanya
(perihal keadaannya), maka Abu Bakar menyampaikan sebuah kisah,
“Maukah aku beritahukan
kepadamu tentang kawan kami si fulan? Yaitu ketika kami kami kembali dari
perang, tiba-tiba ia terbangun kaget sambil berkata, “Oh istriku! Oh istriku!”
Lalu kami segera
mendatanginya sambil mengira ada sesuatu yang menimpanya, kemudian kami bertanya,
“Ada apa denganmu?”
Ia pun menjawab,
“Aku berniat tidak menikah sampai aku mati syahid agar Allah menikahkanku degan
bidadari bermata jeli, tetapi karena aku merasakan lama syahidku, maka dalam
safarku ini aku berkata (dalam hati), “Jika aku pulang pada kesempatan ini, aku
akan menikah saja.”
Tiba-tiba ada yang
mendatangiku dalam mimpi dan berkata, “Apakah engkau orang yang mengatakan,
“Jika aku pulang, maka aku akan menikah?” Bangunlah, Allah akan menikahkanmu
dengan bidadari bermata jeli,” maka ia mengajakku ke taman hijau yang berumput,
di sana terdapat 10 orang gadis remaja yang di tangan mereka ada hasil karya
yang dibuatnya, dimana aku belum pernah melihat wanita yang cantik dan indah
seperti mereka, maka aku pun bertanya, “Apakah di antara kalian ada si bidadari
bermata jeli?” Mereka menjawab, “Kami termasuk para pembantunya. Dia masih ada
di hadapanmu.” Maka aku melanjutkan perjalananku, lalu aku lihat ada taman
berumput yang lebih indah daripada sebelumnya, di sana terdapat 20 orang gadis remaja
yang di tangan mereka ada hasil karya yang dibuatnya; berbeda dengan 10 gadis
remaja yang sebelumnya, dimana mereka lebih cantik lagi dan lebih indah, aku
pun bertanya, “Apakah di antara kalian ada si bidadari bermata jeli?”
Mereka menjawab, “Kami termasuk para pembantunya. Dia masih ada di hadapanmu.”
Maka aku melanjutkan perjalananku, tiba-tiba aku berada di sebuah taman yang rumputnya lebih indah daripada yang pertama dan kedua, di sana terdapat terdapat 40 orang gadis remaja yang di tangan mereka ada hasil karya yang dibuatnya; berbeda dengan 10 dan 20 gadis remaja yang sebelumnya, dimana mereka lebih cantik lagi dan lebih indah, aku pun bertanya, “Apakah di antara kalian ada si bidadari bermata jeli?” Mereka menjawab, “Kami termasuk para pembantunya. Dia masih ada di hadapanmu.”
Maka aku melanjutkan
perjalananku sehingga aku bertemu dengan sebuah batu yaqut yang berongga yang
di dalamnya terdapat kasur sedangkan di atasnya terdapat seorang wanita yang
sangat cantik, lalu aku bertanya, “Apakah engkau si bidadari bermata jeli?” Ia
menjawab, “Ya. Selamat datang!” Maka aku hendak menaruh tangannya di atasnya
namun ia berkata, “Tunggu! Engkau masih memiliki sisa ruh (usia)."
Tetapi nanti malam
engkau akan berbuka bersama kami.” Maka aku pun terbangun.”
Ketika orang itu
baru selesai menyampaikan kisahnya tiba-tiba ada seruan, “Wahai pasukan Allah,
naikilah hewan tunggangan kalian!”
Maka kami pun
menaiki hewan tunggangan kami dan berhadapan dengan musuh. Ketika itu aku
melihat laki-laki itu dan memperhatikan pula matahari seraya mengingat kisah
yang disampaikannya, namun aku tidak tahu mana yang lebih dulu jatuh; apakah
kepala orang itu ataukah matahari (yang tenggelam).”
(Al
Ghailaniyyat karya Abu Bakar Asy Syafi’iy 1/667, riwayat ini hasan)
Wallahu a’lam
shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahabihi wa sallam.
0 komentar:
Posting Komentar