بسم
الله الرحمن الرحيم
Islam, Agama Yang Penuh Rahmat (Kasih-Sayang)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya
dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Sebagian manusia
menyangka bahwa agama kita (Islam) adalah agama yang keras dan kasar. Hal ini
karena mereka tidak mengenal ajaran Islam, dan hanya melihat kepada
orang-perorang. Padahal keadaan kaum muslim di zaman sekarang tidaklah mewakili
agama Islam, karena banyak di antara mereka yang meninggalkan ajaran-ajaran
Islam dan mengerjakan larangan-larangannya.
Islam agama yang penuh
rahmat
Agama Islam adalah agama
yang penuh kasih sayang. Bagaimana tidak? Pemilik agama ini adalah Tuhan Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan Nabi yang diutus-Nya adalah Nabi yang
memiliki sifat kasih dan sayang. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman menyifati
Diri-Nya,
وَإِلَـهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ
الرَّحِيمُ
“Dan
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan yang berhak disembah
melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 163)
Dia
juga berfirman menyifati Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, sangat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At Taubah: 128)
Di
surat yang biasa kita baca dalam shalat di setiap rakaat, yaitu surat Al
Fatihah juga tertera ayat yang berbunyi Ar Rahmaanir Rahim. Di antara
hikmah disebutkan firman-Nya ini dalam surat Al Fatihah adalah agar menancap
dalam benak kita, bahwa Rabb kita adalah Rabb Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dan sudah barang tentu syariat ditetapkan dalam agama-Nya itu adalah
syariat yang penuh kasih sayang. Bahkan, Islam memerintahkan pemeluknya
memiliki sifat sayang dan menjadikan sifat tersebut sebagai syarat mendapatkan
rahmat Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ
يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Orang-orang
yang menyayangi akan disayangi Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi, niscaya
yang ada di atas langit (Allah) akan menyayangimu.” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani).
Luasnya
rahmat Allah Azza wa Jalla
Sifat
rahmat yang dimiliki Allah Azza wa Jalla adalah sifat rahmat yang Mahaluas dan
meliputi segala sesuatu; tidak dapat dijangkau oleh akal fikiran manusia.
Perhatikanlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut,
إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الرَّحْمَةَ يَوْمَ خَلَقَهَا مِائَةَ
رَحْمَةٍ، فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً، وَأَرْسَلَ فِي
خَلْقِهِ كُلِّهِمْ رَحْمَةً وَاحِدَةً
“Sesungguhnya
Allah menciptakan rahmat pada hari Dia menciptakannya menjadi seratus rahmat.
Dia menahan sembilan puluh sembilan rahmat di sisi-Nya dan melepas satu rahmat
untuk semua makhluk-Nya.” (HR. Bukhari)
Maksud
hadits ini adalah, bahwa berbagai bentuk kasih sayang yang engkau lihat di
dunia, seperti sayangnya ibu kepada anaknya, sayangnya orang-orang kaya yang
saleh kepada orang-orang miskin dan sebagainya adalah satu dari seratus bagian
rahmat Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang meliputi segala sesuatu.
Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai rahmat bagi alam semesta
Allah
Subhaanahu wa Ta’ala berfirman menerangkan keadaan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi
wa sallam,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan
tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.” (QS. Al Anbiya’: 107)
Oleh
karenanya, aktifitas Beliau penuh dengan rahmat (kasih sayang). Beliau tidak
suka memberatkan manusia dan menyusahkan mereka, bahkan selalu memudahkan
mereka. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا، وَلَا مُتَعَنِّتًا،
وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا
“Sesungguhnya
Allah tidak mengutusku untuk menyusahkan manusia dan mencari-cari kesalahan
mereka. Dia mengutusku sebagai pendidik dan sebagai orang yang memberikan
kemudahan.” (HR. Muslim)
Berikut
ini contoh kasih sayang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada semua
pihak.
Kasih
sayang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kaum wanita
عَنِ
الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا مَا كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِي الْبَيْتِ قَالَتْ
كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا سَمِعَ الْأَذَانَ خَرَجَ
Dari Al Aswad bin Yazid ia berkata, “Aku
pernah bertanya kepada Aisyah, “Apa yang biasa dilakukan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam di rumahnya?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau biasa membantu
pekerjaan istrinya. Ketika azan tiba, maka Beliau keluar (untuk shalat).” (HR.
Bukhari)
عَنْ
أَنَسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ
أَسْفَارِهِ وَغُلَامٌ أَسْوَدُ يُقَالُ لَهُ أَنْجَشَةُ يَحْدُو فَقَالَ لَهُ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَنْجَشَةُ رُوَيْدَكَ
سَوْقًا بِالْقَوَارِيرِ *
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ia
berkata, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam safarnya.
Saat itu ada budak hitam yang namanya Anjasyah, ia yang menghalau rombongan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Wahai Anjasyah! Berjalanlah
pelan-pelan membawa kaca-kaca (kaum wanita).” (HR. Bukhari)
Demikian
pula, ketika Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui istrinya di malam
hari, Beliau masuk ke rumahnya mengucapkan salam dengan tidak mengeraskan suara
salamnya agar tidak membangunkan istrinya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits Miqdad, ia berkata, “Ketika Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
pulang di malam hari, maka Beliau mengucapkan salam dengan suara yang tidak
membangunkan orang yang tidur namun tedengar bagi orang yang sedang terjaga
(tidak tidur).” (HR. Muslim)
Demikianlah
keadaan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka pantaskah kita mengganggu
saudara dan tetangga kita di malam atau siang hari dengan suara keras, seperti
memperdengarkan suara lagu dan musik melalui tape atau radio dengan mengeraskan
suaranya?
Kasih
sayang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada anak-anak
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
الْأَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ أَبْصَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُقَبِّلُ الْحَسَنَ فَقَالَ إِنَّ لِي عَشْرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ
وَاحِدًا مِنْهُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ *
Dari Abu Hurairah, “Bahwa Al ‘Aqra’
bin Habis pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Al Hasan
(cucu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), ia pun berkata, “Sesungguhnya
saya mempunyai sepuluh anak, namun saya tidak pernah mencium salah seorang pun
dari mereka,” maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya orang yang tidak menyayangi, maka tidak akan disayangi.” (HR.
Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda mendorong umatnya mengurus anak yatim,
أَنَا وَكَافِلُ اليَتِيمِ فِي الجَنَّةِ هَكَذَا
“Saya dan pengurus anak
yatim berada di surga seperti ini.”
Beliau berisyarat dengan
telunjuk dan jari tengah, serta merenggangkannya sedikit.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ عَلَيْنَا وَلِي أَخٌ صَغِيرٌ يُكْنَى أَبَا عُمَيْرٍ
وَكَانَ لَهُ نُغَرٌ يَلْعَبُ بِهِ فَمَاتَ فَدَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَرَآهُ حَزِينًا فَقَالَ مَا شَأْنُهُ
قَالُوا مَاتَ نُغَرُهُ فَقَالَ يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ *
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya masuk
menemui kami. Ketika itu, aku memiliki adik yang dipanggil Abu ‘Umair, ia
memiliki burung yang sering dibuat mainan. Suatu hari burungnya mati, Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuinya, dilihatnya Abu Umair bersedih,
Beliau pun bertanya, “Ada
apa dengan dirinya?” Keluarganya menjawab, “Burungnya mati,” Beliau pun
berkata, “Wahai Abu Umair, apa yang terjadi pada si nughair (burung kecil).”
(HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak hanya menyayangi anak-anak kaum
muslimin, bahkan Beliau menyayangi anak-anak kaum kafir. Oleh karenanya, ketika
Beliau mengirimkan pasukan perang, di antara wasiatnya adalah, “Jangan
kalian mengkhianati janji, mencincang, dan membunuh anak-anak.”
Kasih
sayang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pemuda
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ائْذَنْ لِي
بِالزِّنَا، فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ فَزَجَرُوهُ وَقَالُوا: مَهْ. مَهْ.
فَقَالَ: " ادْنُهْ، فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا ". قَالَ: فَجَلَسَ قَالَ:
" أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ؟ " قَالَ: لَا. وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ
فِدَاءَكَ. قَالَ: " وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ ".
قَالَ: " أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ؟ " قَالَ: لَا. وَاللهِ يَا رَسُولَ
اللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ قَالَ: " وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ
لِبَنَاتِهِمْ ". قَالَ: " أَفَتُحِبُّهُ لِأُخْتِكَ؟ " قَالَ:
لَا. وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ. قَالَ: " وَلَا النَّاسُ
يُحِبُّونَهُ لِأَخَوَاتِهِمْ ". قَالَ: " أَفَتُحِبُّهُ لِعَمَّتِكَ؟
" قَالَ: لَا. وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ. قَالَ: " وَلَا
النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِعَمَّاتِهِمْ ". قَالَ: " أَفَتُحِبُّهُ
لِخَالَتِكَ؟ " قَالَ: لَا. وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ. قَالَ:
" وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِخَالَاتِهِمْ ". قَالَ: فَوَضَعَ
يَدَهُ عَلَيْهِ وَقَالَ: " اللهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ،
وَحَصِّنْ فَرْجَهُ " قَالَ : فَلَمْ يَكُنْ بَعْدُ ذَلِكَ الْفَتَى
يَلْتَفِتُ إِلَى شَيْءٍ.
Dari
Abu Umamah, ia berkata, “Ada seorang pemuda yang datang kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan saya berzina.” Maka
para sahabat mendatanginya dan mencegahnya, mereka mengatakan, “Berhentilah
dari sikap ini! Berhentilah dari sikap ini!” Lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Dekatkanlah dia denganku.” Maka orang itu pun
didekatkan dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia duduk, kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sukakah kamu jika zina itu
menimpa pada ibumu?” ia menjawab, “Tidak. Demi Allah, biarlah Allah menjadikan
diriku sebagai tebusan bagimu.” Beliau bersabda, “Manusia yang lain juga sama;
tidak ingin perzinaan itu menimpa ibu mereka.” Beliau bersabda, “Sukakah kamu
jika zina itu menimpa pada puterimu?” Ia menjawab, “Tidak. Demi Allah, biarlah
Allah menjadikan diriku sebagai tebusan bagimu.” Beliau bersabda, “Manusia yang
lain juga sama; tidak ingin perzinaan itu menimpa puteri mereka.” Beliau
bersabda, “Sukakah kamu jika zina itu menimpa saudarimu?” Ia menjawab, “Tidak.
Demi Allah, biarlah Allah menjadikan diriku sebagai tebusan bagimu.” Beliau
bersabda, “Manusia yang lain juga sama; tidak ingin perzinaan itu menimpa
saudari mereka.” Beliau bersabda, “Sukakah kamu jika zina itu menimpa pada
bibimu?” Ia menjawab, “Tidak. Demi Allah, biarlah Allah menjadikan diriku
sebagai tebusan bagimu.” Beliau bersabda, “Manusia yang lain juga sama; tidak
ingin perzinaan itu menimpa bibi mereka.” Beliau bersabda, “Sukakah kamu jika
zina itu menimpa pada saudari ibumu?” Ia menjawab, “Tidak. Demi Allah, biarlah
Allah menjadikan diriku sebagai tebusan bagimu.” Beliau bersabda, “Manusia yang
lain juga sama; tidak ingin perzinaan itu menimpa saudari ibu mereka.” Maka
Beliau meletakkan tangannya ke (dada)nya dan berdoa, “Ya Allah, ampunilah
dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kehormatannya.” Maka setelah itu,
pemuda ini tidak memperhatikan hal itu lagi.” (HR. Ahmad, dan dinyatakan
isnadnya shahih oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah).
Kasih
sayang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada musuh
Dalam Shahih Bukhari disebutkan,
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat shubuh bersama
kaum muslimin di Hudaibiyah, tiba-tiba datang tujuh puluh atau delapan puluh
orang dari Tan’im untuk menyerang kaum muslimin, mereka kemudian tertangkap
lalu dibebaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa hukuman
apa-apa.
Dalam sejarah disebutkan, bahwa
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menerima tebusan para tawanan perang Badar.
Dalam sejarah pula disebutkan, bahwa
pada saat penaklukkan Makkah, Beliau memaafkan orang-orang Quraisy dan penduduk
Makkah yang sebelumnya menyakiti Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dan para
sahabatnya sedangkan Beliau berkuasa menghukum mereka.
Kasih
sayang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada hewan
Suhail bin Al Hanzhaliyyah pernah berkata,
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melewati seekor unta yang
punggung dan perutnya dekat (kurus), maka Beliau bersabda,
اتَّقُوا اللَّهَ فِي هَذِهِ الْبَهَائِمِ الْمُعْجَمَةِ فَارْكَبُوهَا صَالِحَةً وَكُلُوهَا صَالِحَةً *
“Bertakwalah kepada Allah terhadap binatang yang tidak bisa
bicara ini, tunggangilah dengan cara yang baik dan makanlah dengan cara yang
baik.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan sanadnya oleh Al Arnaa’uth)
Kasih
sayang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pembantu
Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku melayani Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam selama sembilan tahun. Aku belum pernah mengetahui Beliau
berkata kepadaku, “Kenapa engkau melakukan ini dan itu?” Dan Beliau
tidak pernah mencelaku sedikit pun.” (HR. Muslim)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepada umatnya untuk berbuat baik
kepada pelayannya, Beliau bersabda,
«إِنَّ
إِخْوَانَكُمْ خَوَلُكُمْ جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ، فَمَنْ كَانَ
أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ، فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ، وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا
يَلْبَسُ، وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ مَا
يَغْلِبُهُمْ فَأَعِينُوهُمْ»
“Sesungguhnya
saudara kalian menjadi pelayan kalian. Allah menjadikan mereka berada di bawah
kekuasaan kalian. Barang siapa yang saudaranya berada di bawah kekuasaannya,
maka hendaknya saudaranya itu makan seperti yang ia makan, memakai pakaian
seperti yang ia pakai, dan jangan membebani mereka dengan sesuatu yang
menyusahkan mereka. Jika kalian membebani mereka, maka bantulah.” (HR. Bukhari)
Kasih
sayang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang-orang yang tidak tahu
Mu’awiyah bin Hakam As Sulamiy
radhiyallahu 'anhu berkata, “Pernah ketika aku shalat bersama Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam tiba-tiba ada orang yang bersin, lalu aku katakan
kepadanya “Yarhamukallah” (artinya: semoga Allah merahmatimu), maka orang-orang
pun memandangiku, aku pun berkata (dalam shalat), “Celaka kalian, mengapa
kalian memandangiku?” Maka orang-orang menepukkan tangannya ke pahanya (berisyarat
agar Mu’awiyah tidak berbicara ketika shalat). Ketika aku melihat mereka
menyuruh diam (dengan isyarat), maka aku pun diam. Setelah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat, maka biarlah bapak dan ibuku
menjadi tebusannya. Sungguh, aku belum pernah melihat pendidik yang paling baik
sebelumnya maupun sesudahnya daripada Beliau, Beliau tidak memarahiku, tidak
memukulku dan tidak mencelaku, Beliau bersabda, “Sesungguhnya shalat ini tidak baik
jika ada kata-kata manusia. Shalat itu isinya tasbih, takbir, dan bacaan Al
Qur’an atau seperti yang dikatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” Aku
pun bertanya, “Wahai Rasulullah, saya ini seorang yang baru lepas dari
kejahiliahan. Allah Ta’ala mendatangkan agama Islam, sedangkan di antara kami
ada orang-orang yang mendatangi dukun (bolehkah kami mendatanginya)?” Beliau
menjawab, “Jangan kamu datangi,” aku pun bertanya lagi, “Di antara kami ada
orang yang merasa sial dengan sesuatu ?” Beliau pun menjawab, “Itu adalah
sesuatu yang terelintas di hati mereka, maka jangan sampai hal itu menghalangi
niat mereka.” Aku bertanya lagi, “Di antara kami ada orang yang membuat garis
di tanah?” Beliaupun menjawab, “Dahulu salah seorang nabi di antara para nabi
ada yang membuat garis, jika tepat begitulah.” (yakni untuk sekarang hal itu
dilarang). Mu’awiyah melanjutkan kata-katanya, “Saya pernah punya budak wanita
yang mengembala kambing-kambing saya di dekat Uhud dan Jawwaniyyah. Suatu hari,
saya memperhatikan kambing itu, ternyata salah satunya dibawa oleh serigala,
sayapun marah sebagaimana orang lain marah, maka saya pukul budak saya itu,
kemudian saya mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
(memberitahukan hal itu), Beliau menganggap perkara besar perkara itu bagiku,
kemudian saya berkata, “Apakah saya perlu memerdekakan?” Beliau menjawab,
“Bawalah ia kepadaku,” aku pun membawanya, lalu Beliau bertanya kepadanya, “Di
mana Allah?” Ia menjawab, “Di atas langit.” Beliau bertanya lagi, “Siapa saya?”
Ia menjawab, “Engkau Rasulullah (utusan Allah).” Maka Beliau bersabda,
“Bebaskanlah dia, karena dia seorang mukminah.” .(HR. Muslim)
عن أَبَي
هُرَيْرَةَ
قَالَ قَامَ
أَعْرَابِيٌّ
فَبَالَ فِي
الْمَسْجِدِ
فَتَنَاوَلَهُ
النَّاسُ
فَقَالَ لَهُمُ
النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
دَعُوهُ وَهَرِيقُوا
عَلَى بَوْلِهِ
سَجْلًا مِنْ
مَاءٍ أَوْ
ذَنُوبًا
مِنْ مَاءٍ
فَإِنَّمَا
بُعِثْتُمْ
مُيَسِّرِينَ
وَلَمْ تُبْعَثُوا
مُعَسِّرِينَ *
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Pernah
seorang baduwi berdiri lalu kencing di masjid, orang-orang pun bangun (untuk
memarahinya), maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Biarkan dia! Siramkanlah
kencingnya itu dengan setimba air atau seember air, karena kalian diutus untuk
memudahkan bukan untuk menyusahkan.” (HR. Bukhari)
Wallahu a'lam, wa
shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan Hadidi, M.Pd.I
Maraji’: Al Islam Dinur Rahmah (Syaikh Syadi Muhammad Salim An Nu’man),
Maktabah Syamilah versi 3,45, dll.
0 komentar:
Posting Komentar