بسم
الله الرحمن الرحيم
Kumpulan Hadits Arba'in Nawawi dan Kandungannya (6)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini lanjutan kumpulan hadits Arba'in
karya Imam Nawawi rahimahullah, kami sebutkan dalam risalah ini
mengingat di dalamnya terdapat kaedah-kaedah penting dalam Islam. Kami pun
membuatkan tarjamah (tema) terhadapnya yang insya Allah dapat mewakili kandungan
hadits secara umum sekaligus kandungannya secara singkat. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan
penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Semua Amal Saleh Adalah Sedekah
عَنْ
أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا
نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ
أَمْوَالِهِمْ قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا يَتَصَدَّقُوْنَ
: إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً
وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٍ
بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَن مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ
صَدَقَةً قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ
أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ
لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا
فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ .
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu: Bahwa sejumlah orang
dari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam[i]
berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Wahai Rasululullah,
orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat
sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka
bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedangkan kami tidak dapat melakukannya)?"
Beliau bersabda, "Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu jalan untuk
bersedekah? Sesungguhnya setiap tasbih (ucapan subhaanallah) merupakan sedekah,
setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil
(ucapan Laailaahaillallah) merupakan sedekah, amar ma’ruf-nahi munkar merupakan
sedekah dan setiap berjima' merupakan sedekah.” Mereka bertanya, "Wahai
Rasulullah, Apakah jika seseorang di antara kami menyalurkan syahwatnya akan
memperoleh pahala?" Beliau bersabda, "Bagaimana pendapat kamu, jika
ditaruh di tempat yang haram, bukankah ia akan mendapatkan dosa? Maka jika hal
tersebut ditaruh pada tempat yang halal, ia akan mendapatkan pahala." (HR.
Muslim)
Kandungan Hadits:
1. Kecintaan
yang tinggi para sahabat terhadap kebaikan dan berlomba-lombanya mereka untuk
beramal saleh. Inilah perlombaan yang utama.
2. Bersedihnya
para sahabat karena amal saleh yang tidak sempat mereka kerjakan.
3. Sepatutnya seorang muslim bersegera
kepada kebaikan dan amal saleh.
4. Sebagian
ulama berdalih dengan hadits ini bahwa orang kaya yang bersyukur lebih utama
daripada orang fakir yang sabar.
5. Luasnya
karunia Allah dan rahmat-Nya karena Dia menjadikan pintu-pintu kebaikan begitu
banyak.
6. Amal
saleh merupakan sedekah.
7. Keutamaan
Dzikrullah, dan bahwa hal itu merupakan sedekah terhadap diri sendiri.
8. Keutamaan
amr ma'ruf dan nahi munkar.
9. Bolehnya
menggunakan qiyas.
10. Anjuran
bertanya terhadap hal yang bermanfaat bagi seorang muslim yang dengannya
seseorang mencapai derajat yang tinggi.
11. Imam
Nawawi rahimahullah berkata, "Dalam hadits ini terdapat dalil, bahwa
perkara yang mubah bisa menjadi ketaatan dengan niat yang benar."
Luasnya Makna Sedekah
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ
يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ
الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا
مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ
تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ
صَدَقَةٌ .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap persendian
manusia harus disedekahi, setiap hari di mana matahari terbit, lalu kamu
berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, kamu menolong
seseorang yang berkendaraan, kamu membantunya untuk naik ke kendaraannya atau
mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap
langkah kamu untuk shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan
adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kandungan Hadits:
1. Pada
setiap harinya setiap anggota badan manusia perlu bersedekah. Dalam hadits yang lain disebutkan, bahwa hal itu bisa
dicukup dengan dua rakaat di waktu Dhuha.
2. Keutamaan
bersikap adil di antara manusia.
3. Dorongan
untuk membantu saudaranya yang muslim.
4. Keutamaan kalimat thayyibah,
yaitu ucapan yang baik seperti dzikr, membaca Al Qur'an, mengucapkan salam,
amar ma'ruf-nahi munkar, dsb.
5. Keutamaan
berjalan ke masjid, dimana setiap langkah dihitung sedekah.
6. Keutamaan
shalat berjamaah.
7. Keutamaan
menyingkirkan hal yang mengganggu dari jalan, dan bahwa hal itu adalah sedekah.
8. Banyaknya
jalan-jalan kebaikan.
9. Berusaha
untuk memberikan pelayanan kepada kaum muslim.
Kebaikan dan Dosa
عَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ
وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu 'anhu, dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam Beliau bersabda, “Kebaikan adalah akhlak yang
mulia, sedangkan dosa adalah sesuatu yang merisihkan jiwamu dan kamu tidak suka
jika diketahui manusia.“ (HR.
Muslim).
وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :
أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جِئْتَ
تَسْألُ عَنِ الْبِرِّ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ
مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ،
وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ
النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ "
Dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu 'anhu dia berkata:
Saya pernah datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Beliau
bersabda, Apakah kamu datang untuk menanyakan kebaikan?" Saya menjawab,
"Ya." Beliau bersabda, "Mintalah pendapat dari hatimu,
kebaikan adalah apa yang membuat jiwa dan hati tenang karenanya, sedangkan dosa
adalah apa yang merisihkan jiwa dan menimbulkan keraguan dalam dada, meskipun
orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya." (Hadits
hasan kami riwayatkan dari dua musnad; Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi
dengan isnad yang hasan).
Kandungan Hadits:
1. Dorongan
untuk berakhlak mulia, dan bahwa ia termasuk kebajikan yang paling besar.
2. Di dalam
hadits tersebut terdapat sebagian ciri dosa, yaitu hati gelisah dan tidak suka
diketahui manusia.
3. Bahwa
pemilik hati yang sehat akan bergetar hatinya dan takut ketika mengerjakan
perbuatan haram atau hal yang meragukan.
4. Allah
Subhaanahu wa ta'ala menciptakan hamba-hamba-Nya di atas pengetahuan kepada
yang hak dan tenang kepadanya.
5. Bahwa
sesuatu yang mengusik hati manusia adalah dosa meskipun orang lain berfatwa
bahwa hal itu bukan dosa.
Wajibnya Mengikuti
Sunnah
عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ
رَضي الله عنه قَالَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً
وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا : يَا
رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ :
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ
تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ
مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي
وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا
بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ
Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiyallahu 'anhu
dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan kami nasehat
yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Kami berkata,
“Wahai Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah
kami wasiat." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Saya
wasiatkan kamu untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala, tunduk dan patuh kepada
pemimpin kamu meskipun yang memimpin adalah seorang budak. Karena barang siapa
yang hidup di antara kamu (setelah ini), maka ia akan menyaksikan banyaknya
perselisihan. Hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah
Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat)
dengan geraham, dan jauhilah perkara yang diada-adakan, karena semua perkara
bid’ah adalah sesat.“ (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dia berkata, "Hasan
shahih.")
Kandungan Hadits:
1. Disyariatkan
memberi nasihat.
2. Keutamaan
menangis karena takut kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
3. Wasiat
terpenting yang perlu diwasiatkan seseorang adalah bertakwa kepada Allah,
karena ia adalah sebab bahagia di dunia dan akhirat.
4. Kewajiban
mendengar dan taat kepada Waliyyul amri (pemerintah) selama mereka tidak
menyuruh bermaksiat.
5. Mukjizat
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dimana telah terjadi apa yang Beliau
kabarkan berupa perselisihan dan perpecahan.
6. Cara
mengatasi ketika terjadi perselisihan, yaitu berpegang dengan sunnah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk,
yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.
Ibnu Rajab berkata,
"Mereka disifati sebagai khalifah yang mendapat petunjuk, karena mereka
mengetahui yang hak dan memutuskan dengannya."
7. Peringatan
terhadap bid'ah, dan bahwa semua bid'ah adalah sesat baik terkait dengan
masalah keyakinan, amal maupun ucapan yang tampak dan tersembunyi.
Bersambung…
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Syarhul Arba'in An Nawawiyyah (Imam Nawawi), Syarhul
Arba'in An Nawawiyyah (Sulaiman Al Luhaimid), Al Maktabatusy Syamilah
versi 3.35, dll.
[i] Yang dimaksud
dengang mereka adalah para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam yang fakir dari kalangan Muhajirin.
0 komentar:
Posting Komentar