بسم
الله الرحمن الرحيم
Kumpulan Hadits Arba'in Nawawi dan Kandungannya (5)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini lanjutan kumpulan hadits Arba'in
karya Imam Nawawi rahimahullah, kami sebutkan dalam risalah ini
mengingat di dalamnya terdapat kaedah-kaedah penting dalam Islam. Kami pun
membuatkan tarjamah (tema) terhadapnya yang insya Allah dapat mewakili kandungan
hadits secara umum sekaligus kandungannya secara singkat. semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan
pennyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Membatasi Diri dengan Yang Wajib Dapat Memasukkan
Seseorang Ke Surga, Lalu Bagaimana Dengan Orang Yang Menambah Dengan Amalan
Sunat?
عَنْ
أَبِي عَبْدِ اللهِ جَابِرْ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِي رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ،
وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ
شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ .
Dari Abu Abdullah Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiyallahu
'anhuma, bahwa seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam, sambil berkata, “Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat
yang wajib, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram[i]
dan saya tidak menambah lagi, apakah saya akan masuk surga?". Beliau
menjawab, "Ya." (HR. Muslim)
Kandungan Hadits:
1. Membatasi diri dengan yang wajib
dapat memasukkan seseorang ke surga.
2. Berusaha
untuk bertanya terhadap sesuatu yang dapat memasukkan seseorang ke surga.
3. Surga adalah cita-cita setiap muslim.
4. Bahwa barang siapa yang mengerjakan
kewajiban dan meninggalkan yang haram, maka yang demikian merupakan sebab untuk
masuk surga dan terhindar dari neraka.
5. Yang wajib lebih utama dan lebih
didahulukan daripada yang sunat.
6. Seorang yang membatasi diri dengan
yang wajib tidak dicela.
7. Hendaknya seorang muslim bertanya
kepada Ahli Ilmu tentang perkara yang tidak diketahuinya.
Bersegera Kepada Kebaikan
عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ اْلأَشْعَرِي
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ
الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا
بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ
يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا
Dari Abu
Malik Al Haritsy bin ‘Ashim Al ‘Asy’ary radhiyallahu 'anhu dia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bersuci sebagian dari
iman, Al Hamdulillah dapat memenuhi timbangan[ii],
Subhanallah dan Al Hamdulillah dapat memenuhi antara langit dan bumi. Shalat
adalah cahaya, sedekah adalah bukti[iii],
sabar adalah cahaya. Al Quran dapat menjadi hujjah yang meringankanmu atau yang
memberatkanmu. Semua manusia berangkat menjual dirinya[iv],
ada yang membebaskan dirinya (dari kehinaan dan azab) dan yang menghancurkan dirinya.
(HR. Muslim).
Kandungan
Hadits:
1. Keutamaan
wudhu', ucapan "Al hamdulillah", tasbih, shalat, sedekah, sabar, dan
Al Qur'an.
2. Menetapkan
adanya timbangan (terhadap amal).
3. Shalat
adalah cahaya di dunia, di barzakh (alam kubur), dan pada hari Kiamat.
4. Keutamaan
kalimat "Al Hamdulillah" dimana ia dapat memenuhi timbangan. Namun
tentang maksud "memenuhi timbangan," ada yang berpendapat bahwa
kalimat tersebut sebagai bentuk permisalan, yakni maksudnya "Kalau
"Al Hamdu" itu berbentuk tubuh tentu ia akan memenuhi
timbangan." Ada pula yang mengatakan, bahkan maksudnya adalah, bahwa Allah
'Azza wa Jalla akan menjadikan amal dan ucapan Bani Adam sebagai bentuk yang
terlihat pada hari Kiamat dan akan ditimbang.
5. Sedekah
adalah dalil dan bukti yang menunjukkan kebenaran iman pelakunya.
6. Al Qur'an dapat menjadi pembela seseorang ketika ia
melaksanakan perintah yang ada di dalamnya dan menjauhi larangannya. Dan
menjadi hujjah atasnya (memberatkannya) ketika ia berpaling darinya.
7. Bahwa
semua manusia keadaannya bisa berusaha kepada hal yang dapat membinasakan
dirinya atau dapat membebaskan dirinya. Barang siapa yang mengerjakan ketaatan
kepada Allah, maka berarti ia telah menjual dirinya kepada Allah dan
membebaskan dirinya dari azab-Nya, sedangkan barang siapa yang berbuat maksiat
kepada Allah, maka ia telah menjual dirinya dengan kehinaan dan membinasakannya
dengan dosa-dosa yang mengharuskan untuk mendapatkan kemurkaan Allah dan
siksa-Nya.
8. Berusaha
mengendalikan diri untuk beramal saleh.
9. Peringatan
agar tidak mengerjakan keburukan.
Haramnya Kezaliman
عَنْ أَبِي
ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ
رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ
عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا
عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ
هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ
مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ
عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي
إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ
جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ
تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي .
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ
كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي
مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ
وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ
ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ
وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي
فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ
مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا
أُدْخِلَ الْبَحْرَ . يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا
لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ
وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ
يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .
Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiyallahu 'anhu dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam riwayatnya yang berasal dari
Tuhannya ‘Azza wa Jalla; bahwa Dia berfirman,
“Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan
menjadikan perbuatan itu haram dilakukan antara sesama kamu, maka janganlah
kamu saling berlaku zalim. Wahai hamba-Ku! Kamu
semua tersesat selain orang yang Aku berikan
hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan hidayah
kepadamu. Wahai hamba-Ku! Kamu semuanya kelaparan selain orang yang Aku berikan
kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan
kamu makanan. Wahai hamba-Ku! Kamu semuanya tidak berpakaian selain orang yang
Aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku akan
berikan kamu pakaian. Wahai hamba-Ku! kamu semuanya melakukan kesalahan di
malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun
kepada-Ku niscaya Aku akan ampuni. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya tidak ada
bahaya yang dapat kamu lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak adanya manfaat yang
dapat kamu berikan kepada-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang yang pertama di
antara kamu sampai orang yang terakhir, dari kalangan manusia dan jinnya
semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal
tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun.
Wahai hamba-Ku, seandainya orang yang pertama di antara kamu sampai
orang yang terakhir, dari kalangan manusia dan jinnya, semuanya berhati jahat
seperti jahatnya salah seorang di antara kamu, niscaya hal itu tidak akan
mengurangi kerajaan-Ku sedikit pun juga. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang yang pertama di antara kamu sampai
orang yang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu meminta kepada-Ku,
kemudian setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi
apa yang ada pada-Ku melainkan seperti sebuah jarum yang dicelupkan ke dalam
lautan. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya semua perbuatan kamu akan Aku jumlahkan
untuk kamu kemudian Aku berikan balasan. Barang siapa yang mendapatkan kebaikan
maka hendaklah dia memuji Allah dan barang siapa yang mendapatkan selainnya,
maka janganlah ada yang dicela selain dirinya.” (HR. Muslim)
Kandungan
Hadits:
1.
Besarnya rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya dan
sayang-Nya Dia kepada mereka.
2.
Haramnya kezaliman bagi Allah meskipun Dia
Subhaanahu wa Ta'ala berkuasa.
3.
Seorang muslim wajib menyucikan Allah Subhaanahu wa
Ta'ala dari sifat zalim.
4.
Bahwa
Allah tidak berbuat zalim karena sempurnanya keadilan-Nya.
5.
Haramnya
berbuat zalim di antara manusia. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala, "Maka
Janganlah kamu saling menzalimi."
6.
Wajibnya
berlaku adil dalam semua perkara.
7.
Manusia pada dasarnya tersesat selain orang yang
diberi petunjuk oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
8.
Wajibnya
meminta hidayah kepada Allah.
9.
Seorang muslim wajib mendatangi sebab diberikannya
hidayah dan berusaha kepadanya.
10. Berhati-hati
dari sebab yang menghalanginya memperoleh hidayah.
11. Mahakaya Allah Subhaanahu wa Ta'ala,
dan bahwa semua butuh kepada Allah dalam mendatangkan maslahat dan menolak
madharat dalam semua urusan agama dan dunia mereka.
12. Bahwa anak Adam banyak dosa.
13. Kemurahan Allah dan ihsan-Nya,
dimana Dia tetap mengajak hamba-hamba-Nya -meskipun mereka berbuat zalim
dengan berbuat maksiat dan dosa- agar meminta maaf dan ampunan-Nya.
14. Wajibnya meminta ampunan dari semua
dosa.
15. Kerajaan
Allah tidaklah bertambah dengan ketaatan makhluk, dan tidak berkurang ketika mereka
bermaksiat.
16. Sempurnanya kerajaan dan kekuasaan
Allah Azza wa Jalla, dan bahwa
perbendaharaan-Nya tidak akan habis.
17. Allah
menjaga amal manusia dan akan memberinya balasan.
18. Wajibnya
memuji Allah jika memperoleh kebaikan, karena Dia yang memudahkannya.
19. Balasan
sesuai jenis amalan.
20. Introspeksi
diri terhadap kekurangan yang ada pada diri.
Bersambung…
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Syarhul Arba'in An Nawawiyyah (Imam Nawawi), Syarhul
Arba'in An Nawawiyyah (Sulaiman Al Luhaimid), Al Maktabatusy Syamilah
versi 3.35, dll.
[i] Maksud mengharamkan
yang haram adalah menghindarinya, dan
maksud menghalalkan yang halal adalah mengerjakannya dengan meyakini halalnya.
[ii] Maksudnya adalah
timbangan kebaikan seorang hamba pada hari kiamat.
[iii] Bukti akan kebenaran
keimanannya.
[iv] Menjual dirinya baik
kepada Allah Ta’ala dengan menaati-Nya atau kepada setan dengan bermaksiat
kepada-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar