بسم
الله الرحمن الرحيم
Terjemah Bulughul Maram (3)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan terjemah Bulughul Maram karya
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan
buku ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Dalam menyebutkan
takhrijnya, kami banyak merujuk kepada dua kitab; Takhrij dari cetakan Darul
‘Aqidah yang banyak merujuk kepada kitab-kitab karya Syaikh M. Nashiruddin
Al Albani rahimahullah, dan Buluughul Maram takhrij Syaikh Sumair Az
Zuhairiy –hafizhahullah-.
بَابُ الْآنِيَةِ
Bab Tentang Bejana
18- عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رَضِيَ
الْلَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ r :
لَا تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ والْفِضَّةِ، وَلَا تَأْكُلُوا فِي
صِحَافِهَا، فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا، وَلَكُمْ فِي الْآخِرَةِ .
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
18. Dari
Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Janganlah kamu minum dengan bejana emas dan perak, juga jangan makan
dengan piring yang terbuat dari keduanya (emas dan perak), karena keduanya untuk
mereka (orang-orang kafir) di dunia sedang di akhirat untuk kamu.” (Muttafaq
‘alaih)[i]
19- وَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ الْلَّهُ
عَنْهَا، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ الْلَّهِ r : الَّذِي يَشْرَبُ فِي إِنَاءِ الْفِضَّةِ
إِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِي بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
19. Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang
minum dengan bejana perak, sebenarnya ia sedang menuangkan ke dalam perutnya
api neraka Jahannam.” (Muttafaq ‘alaih)[ii]
20- وَعَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ الْلَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ الْلَّهِ r ,
إِذَا دُبِغَ الْإِهَابُ فَقَدْ طَهُرَ - أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
20. Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila disamak sebuah kulit maka jadilah suci.” (Diriwayatkan oleh
Muslim)[iii]
21- وَعِنْدَ
الْأَرْبَعَةِ: , أَيُّمَا إِهَابٍ
دُبِغَ -
21. Sedangkan dalam
riwayat empat orang “Kulit mana saja yang disamak.”[iv]
22- وَعَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْمُحَبِّقِ t
قَالَ: قَالَ رَسُولُ الْلَّهِ r : دِبَاغُ جُلُودِ
الْمَيْتَةِ طُهُورُهاَ . صَحَّحَهُ ابْنُ
حِبَّانَ
22. Dari Salamah bin Al Muhabbiq
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Disamaknya
kulit bangkai adalah sebagai penyucian
buatnya.” (Dishahihkan oleh Ibnu Hibban)[v]
23- وَعَنْ مَيْمُونَةَ رَضِيَ الْلَّهُ
عَنْهَا، قَالَتْ: مَرَّ رَسُولُ الْلَّهِ r بِشَاةٍ يَجُرُّونَهَا، فَقَالَ: "لَوْ
أَخَذْتُمْ إِهَابَهَا؟" فَقَالُوا: إِنَّهَا مَيْتَةٌ، فَقَالَ:
"يُطَهِّرُهَا الْمَاءُ وَالْقَرَظُ" . أَخْرَجَهُ أَبُو
دَاوُدَ، وَالنَّسَائِيُّ
23. Dari Maimunah radhiyallahu ‘anhaa ia
berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah melewati seekor kambing yang ditarik oleh orang-orang, maka
Beliau bersabda, “Kalau seandainya kalian ambil kulitnya (tentu
bermanfaat-pent)”, orang-orang pun
berkata, “Sesungguhnya ia sudah menjadi
bangkai.” Maka Beliau bersabda,
“Bisa suci oleh air dan daun
salam.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i)[vi]
24-وَعَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ t
قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ الْلَّهِ، إِنَّا بِأَرْضِ قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ،
أَفَنَأْكُلُ فِي آنِيَتِهِمْ؟]فـَ] قَالَ: "لَا
تَأْكُلُوا فِيهَا، إِلَّا أَنْ لَا تَجِدُوا غَيْرَهَا، فَاغْسِلُوهَا، وَكُلُوا
فِيهَا" . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
24. Dari Abu Tsa’labah Al Khusyanni
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami berada di daerah
sebuah kaum dari kalangan Ahli
Kitab, bolehkah kami makan dengan
bejana mereka?” Beliau menjawab, “Janganlah kamu makan dengannya, kecuali jika kamu tidak mendapati selainnya
maka cucilah terlebih dahulu lalu makanlah dengannya”. (Muttafaq ‘alaih)[vii]
25- وَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ
الْلَّهُ عَنْهُمَا؛ أَنَّ النَّبِيَّ r وَأَصْحَابَهُ تَوَضَّئُوا مِنْ مَزَادَةِ
اِمْرَأَةٍ مُشْرِكَةٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، فِي حَدِيثٍ طَوِيلٍ
25. Dari Imran bin Hushshain radhiyallahu
‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya pernah berwudhu’ dari tempat minum (dari kulit) milik wanita musyrik.” (Muttafaq
‘alaih dalam hadits yang panjang)[viii]
26- وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ t أَنَّ
قَدَحَ النَّبِيِّ r
اِنْكَسَرَ، فَاتَّخَذَ مَكَانَ الشَّعْبِ سِلْسِلَةً مِنْ فِضَّةٍ. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ
26. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa bejana
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pecah, maka Beliau pun mengganti bagian yang pecah dengan sambungan yang terbuat dari
perak.” (HR. Bukhari)[ix]
بَابُ إِزَالَةِ اَلنَّجَاسَةِ وَبَيَانِهَا
Bab Menghilangkan Najis dan Penjelasannya
27- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ t
قَالَ: ,
سُئِلَ رَسُولُ اَللَّهِ r عَنْ اَلْخَمْرِ تُتَّخَذُ خَلًّا? قَالَ:
"لَا". -
أَخْرَجَهُ مُسْلِم ٌ
27. Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
ditanya tentang khamr (arak) dijadikan cuka?” Beliau menjawab, “Tidak boleh.”
(Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi, Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahih.”)[x]
28-وَعَنْهُ قَالَ: , لَمَّا كَانَ يَوْمُ خَيْبَرَ, أَمَرَ
رَسُولُ اَللَّهِ r أَبَا طَلْحَةَ, فَنَادَى: "إِنَّ
اَللَّهَ وَرَسُولَهُ يَنْهَيَانِكُمْ عَنْ لُحُومِ اَلْحُمُرِ]اَلْأَهْلِيَّةِ],
فَإِنَّهَا رِجْسٌ" -
مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
28. Darinya (Anas bin
Malik) ia berkata: “Ketika hari Khaibar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyuruh Abu Thalhah menyeru “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah
melarang kalian makan daging keledai negeri, karena ia kotor.” (Muttafaq
‘alaih)[xi]
29- وَعَنْ
عَمْرِو بْنِ خَارِجَةَ t
قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اَللَّهِ r بِمِنًى, وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ,
وَلُعَابُهَا يَسِيلُ عَلَى كَتِفَيَّ. أَخْرَجَهُ
أَحْمَدُ, وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَه ُ
29. Dari ‘Amr bin Khaarijah radhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah
kepada kami di Mina. Ketika itu Beliau berada di atas untanya, dimana air liur
untanya mengalir di atas bahuku.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, ia (Tirmidzi)
menshahihkannya)[xii]
Wa
shallallahu 'alaa Nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Alih Bahasa:
[i] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (5426) dalam Al Ath’imah, Muslim (2067) . Dalam lafaz
Bukhari disebutkan sebagai berikut,
عن عبد الرحمن بن أبي ليلى، قال: إنهم
كانوا عند حذيفة، فاستسقى، فسقاه مجوسي، فلما وضع القدح في يده، رماه به، وقال:
لولا أني نهيته غير مرة ولا مرتين! -كأنه يقول: لم أفعل هذا- لكني سمعت النبي صلى
الله عليه وسلم، يقول: "لا تلبس الحرير ولا الديباج، ولا تشربوا" ..
الحديث.
Dari Abdurrahman bin Abi Laila ia
berkata, “Mereka pernah di dekat Hudzaifah, ia (Hudzaifah) lalu meminta air,
lalu diberilah oleh seorang majusi, ketika gelasnya ditaruh di tangannya, ia
melemparnya dan berkata, “Kalau saja karena aku dilarang memakainya lebih dari
sekali dan dua kali! –sepertinya ia mengatakan “Tentu aku tidak akan melakukannya,”-
tetapi aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah
kamu memakai sutera tipis maupun tebal, dan janganlah minum…dst.” (Lihat hadits
di atas)
Lafaz tersebut adalah lafaz
Bukhari, di
[ii]
Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (5634) dalam Al Asyribah,
Muslim (2065) dalam Al Libas waz Ziinah, dan Ibnu Majah (3413) .
[iii] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (366) dalam Al Haidh.
[iv] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (4123) dalam Al Libas, Nasa’i (4241) bab Juluudul
maitah, Tirmidzi (1728) dalam Al Libas, Ibnu Majah (3609) dan dishahihkan
oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (4123) .
Sumair Az Zuhairiy mengatakan, “Al
Haafizh rahimahullah keliru mengatakan “dalam riwayat empat orang”, karena Abu
Dawud tidak meriwayatkan hadits ini dengan lafaz tersebut, lafaz Abu Dawud
adalah sama dengan lafaz Muslim.”
[v] Shahih,
hadits Salamah bin Al Muhabbiq diriwayatkan oleh Abu Dawud (4125), Nasa’i
(2/191), Daruquthni (hal. 17), Hakim (4/141), juga Ahmad (3/476) dari jalan
Qatadah dari Al Hasan dari Jaun bin Qatadah, dari Salamah bin Al Muhabbiq bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perang Tabuk pernah meminta sebuah air
kepada seorang wanita, lalu ia berkata,
“Saya tidak memilikinya selain tempat minum dari (kulit bangkai)”, Beliau pun bertanya, “Bukankah kamu telah menyamaknya?” Ia menjawab, “Ya”, maka Beliau bersabda, “Sesungguhnya menyamaknya adalah
penyucinya.” Ini lafaz Nasa’i, Abu Dawud meriwayatkan “Dibaaghuhaa
thahuuruhaa”, sedangkan Ahmad menambahkan “Aw dzakaatuhaa”. Dan
dalam sebuah riwayatnya, “Dzaakaatul adiim dibaaghuhu”, sedangkan lafaz
Daruquthni adalah “Dibaaghul adiim dzakaatuhu”, Hakim mengatakan “Shahih
isnadnya“ dan disepakati oleh Adz Dzahabiy. Al Albani
berkata, “Para perawinya adalah tsiqah; para perawi Bukhari-Muslim selain
Jaun bin Qatadah, ia adalah majhul. Ahmad dan yang lain mengatakan “Tidak
dikenal”. Namun hadits ini memiliki syahid (penguat) dari hadits Aisyah secara
marfu’ dengan lafaz “Dzakaatul maitah dibaaghuhaa”. [Ghaayatul Maraam
(26)]. Dan hadits Ibnu Hibban ada dalam Shahihnya dengan no. (2/291)
dari Aisyah .
Sumair Az Zuhairiy mengatakan,
“Shahih, meskipun Al Haafizh keliru, karena menghubungkan lafaz ini kepada Ibnu
Hibban melalui riwayat Ibnul Muhabbiq tidak benar, sebenarnya itu adalah lafaz
hadits Aisyah.”
[vi] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (4126) dalam Al Libaas, Nasa’i (4248) bab Maa
yudbaghu min juluudil maitah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih
Abu Dawud (4126).
[vii] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (5488), Muslim (1930) dalam Ash Shaid .
[viii]
Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (344) dalam At Tayammum, Muslim
(682) dalam Al Masaajid wa mawaadhii’ush shalaah .
Menurut
Sumair Az Zuhairiy, tidak ada dalam Bukhari dan Muslim
lafaz yang disebutkan oleh Al Hafizh ini.
[ix] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (3109) dalam Fardhul khumus .
[x] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (1983), Tirmidzi (1294) dalam Al Buyuu’ .
[xi] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari
(5528), Muslim (1940) dalam Ash Shaid wadz dzabaa’ih .
[xii] Shahih,
diriwayatkan oleh Ahmad (17211), Tirmidzi (2121) dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih At Tirmidzi (2121) .
0 komentar:
Posting Komentar