Khutbah Istisqa (Meminta Kepada Allah Agar Diturunkan Hujan)

 بسم الله الرحمن الرحيم



Khutbah Istisqa

(Meminta Kepada Allah Agar Diturunkan Hujan)

Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I

الْحَمْدُ للهِ، مُجِيْبُ مَنْ دَعَاهَ، وَمَنْ سَأَلَهُ أَعْطَاهُ: ﴿ أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ [النمل: 62]ـ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ جَلَّ فِي عُلاَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَمُصْطَفَاهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالاَهُ وَاتَّبَعَ سَبِيْلَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ.  أَمَّا بَعْدُ:

Ma'asyiral muslimin jamaah shalat istisqa yang berbahagia

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kepada kita berbagai nikmat, terutama adalah nikmat Islam, Iman, hidayah, taufiq, sehat wal afiyat, dan nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhitung oleh kita jumlahnya.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti Sunnahnya sampai hari Kiamat.

Khatib berwasiat baik kepada diri khatib sendiri maupun kepada para jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan terus takwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena orang-orang yang bertakwalah yang akan memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Takwa dalam arti melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Takwa adalah wasiat Allah kepada generasi terdahulu maupun generasi yang datang kemudian, Dia berfirman,

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (Qs. An Nisaa: 131)

Dengan bertakwa kepada Allah, maka Dia akan memberikan solusi terhadap problematika di dunia, serta memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, Dia berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا-وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.--Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaq: 2-3)

Demikian pula Allah Azza wa Jalla akan mempermudah urusannya, Dia berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

“Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Qs. Ath Thalaq: 4)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjanjikan surga yang penuh kenikmatan bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya. Dia berfirman,

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali Imran: 133)

Bahkan jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, maka Dia akan membukakan untuk mereka pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi, Dia berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96)

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al A’raaf: 96)

Inilah cara agar bumi yang kita tempati menjadi kembali berkah, langitnya menurunkan hujan sesuai kebutuhan bumi dan tidak membuat kebanjiran, sedangkan buminya subur dan menumbuhkan tanam-tanaman.

Ayat di atas juga menunjukkan bahwa sebab tidak berkahnya bumi yang kita tempati adalah karena jauhnya penduduk negeri tersebut dari ketakwaan.

Maka marilah kita memperbaiki diri kita dengan kembali bertakwa kepada-Nya; melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Ma'asyiral muslimin jamaah shalat istisqa yang berbahagia

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu)." (Qs. Asy Syuuraa: 30)

Ayat ini menunjukkan, bahwa penyebab datangnya musibah apa pun bentuknya adalah karena maksiat yang kita kerjakan. Maka kalau kita ingin Allah merubah keadaan kita dari kekeringan kepada kepada kesuburan, dari penderitaan kepada kebahagiaan, kuncinya adalah takwa. Allah Ta’ala berfirman,

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ 

"Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka." (Qs. Al Anfaal: 53)

Di ayat tersebut Allah Ta'ala  memberitahukan, bahwa Dia tidaklah merubah nikmat yang dikaruniakan kepada seseorang, sampai orang itu yang merubah keadaan dirinya dari taat kepada Allah dengan bermaksiat kepada-Nya, dari syukur dengan kufur, dan dari melakukan sebab yang mendatangkan keridhaan-Nya dengan melakukan sebab yang mendatangkan kemurkaan-Nya. Ketika dia merubah keadaannya, maka Allah juga merubah keadaannya sebagai balasan yang sesuai, dan Allah tidaklah menzalimi hamba-hambanya.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Di antara hukuman dosa adalah dapat menghilangkan nikmat dan mendatangkan azab. Oleh karena itu, tidaklah nikmat hilang dari seorang hamba kecuali karena dosa dan tidaklah azab menimpanya kecuali karena dosa, sebagaimana dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, "Musibah tidaklah turun kecuali karena dosa, dan tidak diangkat musibah itu kecuali dengan taubat." (Lihat Al Jawabul Kafi 1/179-180)

Kemudian cobalah lihat keadaan kita; betapa banyak maksiat dan kedurhakaan terjadi di tengah-tengah kita; banyak di antara kita yang meremehkan shalat, wanita-wanita kita memamerkan aurat, anak-anak durhaka kepada orang tua, kerabat saling memutuskan silaturrahmi, terjadinya praktek kesyirikan seperti membuat sesaji dan tumbal, memakai jimat, percaya kepada dukun dan peramal, dibiarkannya tempat-tempat maksiat, seperti tempat perjudian dan adanya lokalisasi perzinaan, demikian pula banyaknya yang melakukan praktek riba, dan di pasar-pasar banyak yang melakukan kecurangan dengan mengurangi takaran dan timbangan, serta banyak pula mereka yang kaya yang enggan membayar zakat. Rasulullah shallallahu alaihi wa  sallam bersabda,

يَامَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ! خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْهَرَ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ. حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلاَّ فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلاَفِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقَصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ، إِلاَّ أثخِذَوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّة الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ، إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمَطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللهِ وَعَهْدَ رَسُوِلِهِ، إِلاَّ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوّاً مِنء غَيْرِهِمْ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَافِي بأَيْدِيِهمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ، وَيَتَخَّيُروا ممَّا أَنْزَلَ اللهُ، إِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ

"Wahai kaum Muhajirin! Ada lima perkara yang apabila menimpa kalian, dan aku berlindung kepada Allah agar  

kalian tidak mengalaminya, yaitu: tidaklah perbuatan keji (zina) tampak di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha'un dan penyakit-penyakit yang belum pernah dialami para pendahulu mereka. Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan ditimpa kemarau panjang, kesulitan pangan dan kezaliman penguasa. Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali hujan dari langit akan dihalangi turun kepada mereka, kalau bukan karena (rahmat Allah) kepada hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan diberi hujan. Tidaklah mereka melanggar perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menguasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan mengambil apa yang mereka miliki. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan enggan memilih apa yang diturunkan Allah, melainkan Allah akan mengadakan peperangan di antara mereka." (Hr. Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Al Albani)

Hadits di atas menunjukkan bahwa sebab datangnya berbagai musibah seperti yang disebutkan di atas adalah karena perbuatan maksiat. Maka hendaknya kita berhenti dari maksiat agar musibah-musibah itu diangkat dari kita.

Ma'asyiral muslimin jamaah shalat istisqa yang berbahagia

Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ

“Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. dan Dialah Yang Maha pelindung lagi Maha Terpuji.” (Qs. Asy Syuuraa: 28)

Pada ayat ini Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Dia yang menurunkan hujan; tidak selain-Nya. Termasuk juga bukan pawang hujan yang menurunkannya. Oleh karenanya kita tidak boleh meminta diturunkan hujan kepada pawang hujan, dan kita tidak boleh juga menyandarkan turunnya hujan kepada selain-Nya seperti yang dilakukan kaum musyrik yang menyandarkan turunnya hujan kepada bintang ini dan itu, sehingga ketika hujan telah turun yang kita ucapkan adalah,

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ

“Kita mendapatkan curahan hujan karena karunia Allah dan rahmat-Nya.” 

Hal ini juga menghendaki kita untuk meminta hujan kepada-Nya, bahkan Dia menyuruh kita berdoa kepada-Nya, Dia berfirman,

وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

“Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al A’raaf: 56)

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Qs. Ghaafir: 60)

Ma'asyiral muslimin jamaah shalat istisqa yang berbahagia

Jika kemaksiatan sudah banyak terjadi, maka marilah kita sama-sama berhenti daripadanya dan memohon ampunan kepada Allah Ta’ala serta bertaubat kepada-Nya, karena dengan istighfar  dan taubat, Allah akan membukakan pintu-pintu rahmat-Nya, dan Dia akan menurunkan hujan kepada kita, Dia berfirman,

لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Mengapa kalian tidak memohon ampunan kepada Allah agar kalian mendapatkan rahmat.” (Qs. An Naml: 46)

Bahkan para nabi alaihimush shalatu was salam mendorong umatnya untk beristighfar dan bertaubat, menerangkan baiknya akhir dari istighfar dan taubat, dan baiknya buah daripadanya. Allah Azza wa Jalla berfirman menceritakan Nabi Hud alaihis salam,

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

"Wahai kaumku! Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (Qs. Huud: 52)

Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan seruan Nabi alahis salam kepada kaumnya untuk beristighfar,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

“Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,--Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,--Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Qs. Nuh: 10-12)

Kini kita ditimpa kemarau yang cukup panjang, cuaca yang panas, kekeringan yang melanda. Allah Azza wa Jalla menguji kita agar kita kembali kepada-Nya, memohon ampunan dan bertaubat kepada-Nya, menaati-Nya, serta berdoa dan meminta kepada-Nya, dan Dia berjanji kepada kita untuk mengabulkan doa kita, Dia berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Qs. Ghaafir: 60)

Rasululllah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ»

“Sesungguhnya Allah Pemalu lagi Mahamulia; Dia malu jika seseorang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya, lalu Dia mengembalikan tangan itu dalam keadaan kosong lagi kecewa.” (Hr. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Doa ketika bertepatan dengan waktu mustajab seperti di waktu bagian akhir hari Jumat ditambah dengan sikap khusyu di hati, menyerahkan diri kepada Allah, menghinakan diri kepada-Nya, tunduk, dan menampakkan kelemahan. Ia juga menghadap kiblat, dalam keadaan suci, mengangkat kedua tangannya kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, memulai dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, diawali dengan taubat dan beristighfar kepada Allah Jalla wa Alaa, menghadap Allah, mendesak-Nya dalam meminta sambil mencari perhatian-Nya, berharap dengan harap dan cemas, bertawassul dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, serta sambil mentauhidkan-Nya, ditambah sebelum berdoa dengan mengeluarkan sedekah, maka doa semacam ini hampir tidak pernah ditolak. (Ad Daa’u wad Dawaa, 5)

Ma'asyiral muslimin jamaah shalat istisqa yang berbahagia

Termasuk petunjuk Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah membalikkan selendang Beliau saat berdoa meminta kepada Allah agar diturunkan hujan, menghadap kiblat dalam berdoa, dan memperlama doa, maka ikutilah petunjuk Beliau, berdoalah kepada Allah sambil meyakini akan dikabulkan, semoga Allah merahmati kita semua, menjadikan kita semua kembali kepada-Nya dan menurunkan hujan kepada kita sebagai rahmat-Nya.

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيْدُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ

اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ، وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ ، اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا ، اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا ،  اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا، مَرِيئًا مَرِيعًا، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلًا غَيْرَ آجِلٍ.

 اَللَّهُمَّ تُحْيِ بِهِ الْبِلاَدَ، وَتُغِيْثُ بِهِ الْعِبَادَ، وَتَجْعَلُهُ بَلاَغًا لِلْحَاضِرِ وَالْبَادِ.

 اَللَّهُمَّ سُقْيَا رَحْمَةٍ لاَ سُقْيَا عَذَابٍ، وَلاَ هَدْمَ وَلاَ غَرْقَ.

 اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ، وَبَهَائِمَكَ، وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ، وَأَحْيِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ

 اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ، وَأَدِرَّ لَنَّا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ، وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَهُ عَلَيْنَا قُوَّةً لَنَا عَلَى طَاعَتِكَ، وَبَلاَغًا إِلَى حِيْنٍ.

 اَللَّهُمَّ إِنَّا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ فَلاَ تَمْنَعْ عَنَّا بِذُنُوْبِنَا فَضْلَكَ.

 ﴿ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴾ (الأعراف: 23)، ﴿ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ ﴾ (لبقرة: 286)

اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ، وَآمِنَّا مِنَ الْخَوْفِ، وَلاَ تَجْعَلْنَا آيِسِيْنَ، وَلاَ تُهْلِكْنَا بِالسِّنِيْنَ.

 اَللَّهُمَّ يَا مَنْ وَسِعَتْ رَحْمَتُهُ كُلَّ شَيْءٍ، اِرْحَمِ الشُّيُوْخَ الُّركَّعَ، واَلْأَطْفَالَ الرُّضَّعَ، وَالْبَهَائِمَ الرَّتَّعَ، وَارْحَمِ الْخَلاَئِقَ أَجْمَعَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ -- وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ – وَ الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

 

Referensi:

https://www.alukah.net/sharia/0/158596/%D8%AE%D8%B7%D8%A8%D8%A9-%D8%A7%D8%B3%D8%AA%D8%B3%D9%82%D8%A7%D8%A1/

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger