Terjemah Al Ushul Ats Tsalatsah

 

 

بسم الله الرحمن الرحيم



Al Ushul Ats Tsalatsah

(Tiga Dasar Utama)

Karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Alih Bahasa: Marwan Hadidi

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

Ketahuilah, -semoga Allah merahmatimu- bahwa wajib bagi kita mempelajari empat masalah:

Pertama, ilmu; yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalil.

Kedua, mengamalkannya.

Ketiga, mendakwahkannya.

Keempat, bersababar terhadap gangguan yang menimpa.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

Demi masa.--Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,--Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati untuk mengikuti kebenaran dan saling menasehati untuk mengikuti kesabaran. (Qs. Al ‘Ashr: 1-3)

Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Kalau sekiranya Allah tidak menurunkan hujjah terhadap makhluk-Nya selain surat ini, tentu cukup bagi mereka.

Imam Bukhari rahimahullah berkata, “Bab berilmu sebelum berkata dan berbuat”, dalilnya firman Allah Ta'aala,

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan untuk dosamu.” (Qs. Muhammad: 19)

Ia (Imam Bukhari) pun memulai dengan ilmu sebelum berkata-kata dan berbuat.

 

Ketahuilah –semoga Allah merahmatimu-, bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah mempelajari tiga masalah berikut dan mengamalkannya:

Pertama, bahwa Allah yang telah menciptakan kita dan memberikan kita rezeki tidak membiarkan kita begitu saja, bahkan Dia mengutus kepada kita seorang rasul, siapa yang menaatinya maka ia akan masuk surga, dan siapa yang mendurhakainya maka ia akan masuk neraka. Dalilnya firman Allah Ta’ala:

إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولًا (15) فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا (16)

“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (wahai orang kafir Mekah) seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir'aun--Maka Fir'aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.”(Qs. Al Muzzammil: 15-16)

Kedua, bahwa Allah tidak ridha disekutukan dalam beribadah kepada-Nya baik dengan malaikat yang didekatkan maupun dengan rasul yang diutus. Dalilnya firman Allah Ta’ala,

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Qs. Al Jinn: 18)

Ketiga, barang siapa yang menaati rasul dan mentauhidkan Allah, maka ia tidak boleh berwala’ (membela dan mencintai) kepada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya meskipun mereka kerabat terdekat. Dalilnya firman Allah Ta’ala,

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Kamu tidak akan mendapatkan kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah Allah tanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung. (Qs. Al Mujaadilah: 22)

 

Ketahuilah –semoga Allah membimbingmu untuk menaati-Nya-, bahwa Al Hanifiyyah (ajaran yang jauh dari syirk dan dibangun di atas keikhlasan kepada Allah ‘Azza wa Jalla) adalah millah (ajaran agama) Nabi Ibrahim; yaitu kamu beribadah kepada Allah saja dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya. Itulah yang diperintahkan Allah kepada semua manusia dan karena itulah mereka diciptakan, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Qs. Adz Dzaariyaat: 56)

Makna “beribadah kepada-Ku” adalah “mentauhidkan-Ku”, dan perintah Allah yang paling agung adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam beribadah. Sedangkan larangan-Nya yang paling besar adalah syirk, yaitu beribadah kepada selain-Nya di samping kepada-Nya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.“ (Qs. An Nisaa’: 36)

Apabila engkau ditanya, “Apa tiga ushul (dasar) utama yang wajib diketahui oleh seseorang?” Maka jawablah, “Yaitu seorang hamba mengenal Tuhannya, agamanya, dan Nabinya Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam.”

 

 

 

 

 

Dasar Pertama: Mengenal Allah

Apabila engkau ditanya, “Siapakah Rabbmu?” Jawablah, “Tuhanku adalah Allah yang mentarbiyah(mengurus)ku dan mentarbiyah alam semesta dengan nikmat-nikmat-Nya, Dia adalah sesembahanku, tidak ada sesembahan selain-Nya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” (Qs. Al Fatihah: 2).

Segala sesuatu selain Allah adalah alam, dan saya termasuk di dalamnya.

Apabila engkau ditanya, “Dengan cara apa engkau mengenal Tuhanmu?” Jawablah, “Dengan ayat-ayat dan makhluk-Nya.” Di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan-Nya) adalah malam dan siang, matahari, dan bulan. Sedangkan di antara makhluk-Nya adalah langit yang berjumlah tujuh dan bumi yang berjumlah tujuh beserta semua yang ada di atasnya dan yang berada di antara keduanya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tetapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika hanya Dia yang kamu hendak sembah.” (Qs. Fushshilat: 37)

Juga berdasarkan firman Allah Ta’ala,

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang, (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. Al A’raaf: 54)

 

 

 

Ar Rabb adalah Al Ma’bud (yang berhak diibadahi), dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22)

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa--Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Qs. Al Baqarah: 21-22)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yang menciptakan semua ini adalah yang berhak diibadahi.

Di antara macam-macam ibadah yang diperintahkan Allah adalah Islam, iman, ihsan, termasuk juga doa, khauf (rasa khawatir), raja’ (berharap), tawakkal (pasrah), rasa harap dan cemas, khusyu’, khasy-yah (rasa takut), inabah (kembali), isti’anah (meminta pertolongan), isti’adzah (meminta perlindungan), istighatsah (meminta bantuan), dzabh (menyembelih), bernadzar dan ibadah lainnya yang diperintahkan Allah; semua ini hanya untuk Allah Ta’ala. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Qs. Al Jin: 18)

Siapa saja yang mengarahkan salah satu dari ibadah itu kepada selain Allah, maka dia kafir lagi musyrik. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

“Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak akan beruntung.” (Qs. Al Mu’minun: 117)

Dalam hadits disebutkan,

اَلدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ

“Doa adalah sum-sum ibadah.”[1] Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (Qs. Ghaafir: 60)

 

Sedangkan dalil khauf adalah firman Allah Ta’ala,

فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepadaku, jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 175)

Dalil rajaa’ adalah firman Allah Ta’ala,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (Qs. Al Kahfi: 110)

Dalil tawakkal adalah firman Allah Ta’ala,

وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Dan bertawakkallah kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman.” (Qs. Al Maa’idah: 23),

demikian juga firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, maka Dialah mencukupkannya.” (Qs. Ath Thalaaq: 3).

Dalil raghbah (harap), rahbah (cemas) dan khusyu’ adalah firman Allah Ta’ala,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.” (Qs. Al Anbiyaa’: 90).

Dalil khasy-yah (takut) adalah firman Allah Ta’ala,

فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي

“Maka janganlah takut kepada mereka. Dan takutlah kepada-Ku.” (Qs. Al Baqarah: 150).

Dan dalil Inabah (kembali) adalah firman Allah Ta’ala,

وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, serta berserah dirilah kepada-Nya.” (Qs. Az Zumar: 54).

 

Dalil isti’anah (meminta pertolongan) adalah firman Allah Ta’ala,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya Kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (Qs. Al Fatihah: 5).

 

Dalam hadits disebutkan,

إذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باللهِ

Apabila kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah.[2]

Dalil isti’adzah (meminta perlindungan) adalah firman Allah Ta’ala,

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ

Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,” (Qs. Al Falaq: 1),

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.” (QS. An Naas: 1).

Dalil istighaatsah (meminta bantuan) adalah firman Allah Ta’ala,

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu. " (Qs. Al Anfal: 9).

Dalil dzabh (menyembelih) adalah firman Allah Ta’ala,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَاي وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ--لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.--Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Qs. Al An’aam: 162-163)

Sedangkan dalam As Sunnah disebutkan,

لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ

Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.” [3]

Sedangkan dalil nadzar adalah firman Allah Ta’ala,

يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا

“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.” (Qs. Al Insan: 7)

 

 

 

Dasar Kedua: Mengenal Agama Islam

Dasar kedua adalah mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya. Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menaati serta berlepas diri dari syirik dan orang-orangnya. Islam memiliki tiga tingkatan; Islam, Iman dan Ihsan. Masing-masing tingkatan tersebut memiliki rukun.

Tingkatan Pertama adalah Islam. Rukun Islam ada lima, yaitu: bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan berhajji ke Baitullah Al Haram. Dalil syahadat adalah firman Allah Ta’ala,

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. Ali Imran: 18)

Maksudnya adalah tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.

Maksud “Tidak ada tuhan yang berhak disembah” adalah menafikan seluruh sesembahan selain Allah. Sedangkan maksud “Kecuali Allah” adalah menetapkan bahwa ibadah itu untuk Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam masalah ibadah sebagaimana tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya. Tafsirnya diperjelas lagi oleh firman Allah Ta’ala,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ--إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ--وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah---Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku".----Dan (lbrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (Qs. Az Zukhruf: 26-28)

Juga firman Allah Ta’ala,

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Katakanlah, "Wahai Ahli Kitab! Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (Qs. Ali Imran: 64)

Sedangkan dalil syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah adalah firman Allah Ta’ala,

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, sangat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Qs. At Taubah: 128)

Makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah adalah menaati perintahnya, membenarkan berita yang disampaikannya, menjauhi larangannya, dan tidak beribadah kepada Allah kecuali sesuai syariatnya.

Adapun dalil shalat, zakat, dan tafsiran tauhid adalah firman Allah Ta’ala,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Qs. Al Bayyinah: 5)

Dalil puasa adalah Firman Allah Ta'ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.“ (Qs. Al Baqarah: 183)

Sedangkan dalil hajji adalah Firman Allah Ta'ala,

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْ الْعَالَمِينَ

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Qs. Ali Imraan: 97)

 

Tingkatan kedua adalah iman. Iman memiliki tujuh puluh lebih cabang, yang paling tinggi adalah Laailaahaillallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu itu salah satu cabang iman. Rukunnya ada enam; yaitu kamu beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Dalil terhadap rukun iman yang enam ini adalah firman Allah Ta’ala,

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

“Bukanlah kebajikan itu kamu menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat. Akan tetapi, kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi.” (QS. Al Baqarah: 177)

Sedangkan dalil beriman kepada qadar adalah firman Allah Ta’ala,

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan qadar.” (Qs. Al Qamar: 49)

Tingkatan ketiga adalah ihsan, rukunnya hanya satu, yaitu kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak merasakan begitu, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An Nahl: 128)

Juga firman Allah Ta’ala,

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ--الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ--وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ--إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang ---Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat),----Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.---- Sesungguhnya Dia adalah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Qs. Asy Syu’araa: 217-220)

Dan firman Allah Ta’ala,

وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُوا مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.” (QS. Yunus: 61)

Sedangkan dalil dari As Sunnah adalah hadits Jibril yang masyhur dari Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Suatu hari, ketika kami sedang duduk-duduk di dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menempelkan kedua lututnya kepada lutut Beliau dan menaruh kedua tangannya di pahanya sendiri sambil berkata, “Wahai Muhammad, beritahukanlah aku tentang Islam?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam adalah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan pergi haji jika kamu mampu.“ Kemudian dia berkata, “Kamu benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya, dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahukanlah aku tentang Iman! “  Beliau bersabda, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir serta kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk.“ Kemudian dia berkata, “Kamu benar“.  Lalu dia berkata lagi, “Beritahukanlah aku tentang ihsan?“ Beliau menjawab, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak merasa begitu (ketahuilah) bahwa Dia melihatmu.” Kemudian dia berkata, “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan terjadinya)?” Beliau menjawab, “Yang ditanya tidaklah lebih mengetahui daripada yang bertanya.” Dia berkata:  “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya?“ Beliau menjawab,  “Jika seorang budak melahirkan tuannya, dan jika kamu melihat orang yang sebelumnya tidak beralas kaki dan tidak berpakaian, miskin dan penggembala kambing, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunan.“ Orang itu pun pergi dan aku berdiam lama. Kemudian Beliau bertanya, “Tahukah kamu siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.“ Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian dengan maksud mengajarkan agama kepada kalian.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dasar Ketiga: Mengenal Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

Dasar ketiga adalah mengenal Nabi kalian, yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah Muhammad bin (putera) Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Hasyim berasal dari Quraisy, Quraisy berasal dari bangsa Arab, dan bangsa Arab adalah keturunan Ismail putera Ibrahim Al Khalil –semoga shalawat dan salam yang utama terlimpah kepadanya dan kepada Nabi kita-. Umur Beliau adalah enam puluh tiga tahun; 40 tahun sebelum diangkat menjadi nabi dan dua puluh tiga tahun setelah diangkat menjadi nabi dan rasul. Beliau diangkat menjadi nabi dengan turunnya surat Iqra’ (Al ‘Alaq), dan diangkat menjadi rasul dengan turunnya surat Al Muddatstsir. Negeri Beliau adalah Makkah dan berhijrah ke Madinah, Allah mengutus Beliau agar memperingatkan manusia dari syirik dan mengajak kepada tauhid. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ(1)قُمْ فَأَنذِرْ(2)وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ(3)وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ(4)وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ(5)وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ(6)وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ(7)

“Wahai orang yang berselimut! --- Bangunlah, lalu sampaikanlah peringatan.--Dan Tuhanmu agungkanlah.----Pakaianmu sucikanlah.----Perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah.-----Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak.-----Untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.” (Qs. Al-Muddatstsir: 1-7).

Makna, “Bangunlah, lalu sampaikanlah peringatan” adalah agar Beliau memperingatkan manusia dari syirik dan mengajak kepada tauhid.

Ayat, “Tuhanmu agungkanlah” yakni agungkanlah Dia dengan ditauhidkan.

Ayat, “Pakaianmu sucikanlah.” Yakni sucikanlah amalmu dari syirk.

Ayat, “Perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah.Rujz (di ayat tersebut) adalah berhala, sedangkan meninggalkannya adalah dengan melepaskan diri dari berhala itu dan dari orang-orang yang menyembahnya.

Beliau mengajak kepada tauhid (mengesakan Allah dalam beribadah) selama sepuluh tahun. Setelah sepuluh tahun, Beliau pun dimi’rajkan (dinaikkan) ke langit, dan difardhukan shalat yang lima waktu. Beliau melaksanakan shalat di Makkah selama tiga tahun, setelah itu Beliau diperintahkan berhijrah ke Madinah.

Hijrah (pindah dari negeri syirik menuju negeri Islam) hukumnya wajib bagi umat ini dari negeri syirik ke negeri Islam, dan tetap berlanjut hingga tegaknya hari kiamat.

Dalil hijrah adalah firman Allah Ta’ala,

إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمْ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُوْلَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا(97)إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا(98)فَأُوْلَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?" Mereka menjawab, "Kami adaah orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para Malaikat berkata, "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?" Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,---Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki maupun wanita dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah). ---Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (Qs. An Nisaa’: 97-99)

Juga firman Allah Ta’ala,

يَا عِبَادِي الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ

“Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja.” (Qs. Al ‘Ankabut: 56)

Al Baghawi rahimahullah berkata, “Sebab turunnya ayat ini adalah berkenaan orang-orang muslim yang tinggal di Makkah, namun tidak mau berhijrah, Allah memanggil mereka atas nama iman.”

Sedangkan dalil hijrah dari As Sunnah adalah sabda Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam,

لا تَنْقَطِعُ الهجرَةُ حتَّى تَنْقَطعَ التَّوبةُ ولا تنقطعُ التّوبةُ حتّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Hijrah tidak akan terputus sampai taubat terputus, dan taubat tidak akan terputus sampai terbit matahari dari barat.” [4] (Hr. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Albani)

Saat Beliau telah tinggal tetap di Madinah, Beliau menerima syariat Islam yang lain, seperti zakat, puasa, haji, jihad, azan, amar ma’ruf-nahi munkar, dan syariat Islam yang lain. Beliau melakukannya selama sepuluh tahun, setelah itu Beliau diwafatkan –semoga shalawat dan salam Allah terlimpah padanya-, namun agamanya tetap terpelihara.

Inilah agamanya, tidak ada satu pun kebaikan kecuali Beliau telah menunjukkan kepada umatnya dan tidak ada satu pun keburukan kecuali Beliau telah memperingatkannya. Kebaikan yang ditunjukkannya adalah tauhid dan semua yang dicintai Allah dan diridhai-Nya. Sedangkan keburukan yang diperingatkannya adalah syirik dan semua yang dibenci Allah dan tidak diridhai-Nya.

Allah mengutus Beliau kepada manusia semuanya, dan mewajibkan dua kelompok; jin serta manusia untuk menaati-Nya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا

Katakanlah, "Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (Qs. Al A’raaf: 158)

Allah juga telah menyempurnakan agama-Nya melalui Beliau, dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” (Qs. Al Maa’idah: 3)

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga wafat adalah firman Allah Ta’ala,

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ(30)ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ (31)

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesunguhnya mereka pun akan mati (pula). --Kemudian, sesungguhnya kamu nanti pada hari Kiamat berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu.” (Qs. Az-Zumar: 30-31).

Manusia setelah mati, maka mereka nanti akan dibangkitkan kembali. Dalilnya, firman Allah Ta’ala,

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى

“Dari bumi (tanah) itulah Kami telah menciptakan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.”(Qs. Thaaha : 55).

 

وَاللَّهُ أَنْبَتَكُمْ مِنْ الْأَرْضِ نَبَاتًا(17)ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا(18)

“Dan Allah telah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya. Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.”(Qs. Nuh: 17-18).

Setelah manusia dibangkitkan, mereka akan dihisab dan diberi balasan yang setimpal dengan amal perbuatan mereka.

Dalilnya, firman Allah Ta’ala,

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى

“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi agar Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga).”  (Qs. An Najm: 31).

Barang siapa yang mendustakan (terjadinya) kebangkitan ini, maka dia adalah kafir. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, “Tidaklah demikian. Demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah sangat mudah bagi Allah.” (Qs. At-Taghabun: 7).

Allah telah mengutus semua rasul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dalilnya firman Allah Ta’ala,

رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ

“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul menjadi pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah setelah (diutusnya) para rasul itu…dst.” (Qs. An-Nisa’: 165)

Rasul pertama adalah Nabi Nuh ‘alaihissalam, sedangkan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliaulah penutup para nabi.

Dalil yang menunjukkan bahwa rasul pertama adalah Nabi Nuh, firman Allah Ta’ala,

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ

“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan para nabi sesudahnya…dst.” (Qs. An-Nisa’: 163).

Allah telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul, mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dengan memerintahkan mereka untuk beribadah hanya kepada Allah semata-mata dan melarang mereka beribadah kepada thaghut. Dalilnya, firman Allah Ta’ala,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنْ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut itu…dst.” (Qs. An Nahl: 36)

Allah telah  mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya agar kafir kepada thaghut, dan hanya beriman kepada-Nya.

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Pengertian thaghut itu adalah “Setiap yang diperlakukan manusia secara melampaui batas dari (yang telah ditentukan oleh Allah), dengan disembah, diikuti, atau dipatuhi.”

Thagut itu banyak macamnya, tokoh-tokohnya ada lima:

(1)    Iblis, yang telah dilaknat oleh Allah;

(2)    Orang yang disembah, sedangkan dia sendiri ridha;

(3)    Orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya;

(4)    Orang yang mengaku tahu sesuatu yang ghaib; dan

(5)   Orang yang memutuskan suatu hukum tidak menurut apa yang telah diturunkan oleh Allah.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنْ الغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدْ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang  kepada buhul tali yang sangat kuat, yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 256).

Ingkar kepada semua thaghut (sesembahan selain Allah) dan beriman kepada Allah, sebagaimana dinyatakan dalam ayat sebelumnya itulah makna “Laa Ilaaha llallaah”.

Dalam hadits disebutkan:

رأسُ الأمْرِ الإسلامُ وعمودُهُ الصَّلاةُ وذروةُ سنَامِهِ الجهادُ في سبيلِ اللهِ

“Pokok agama ini adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan tulang punggungnya adalah jihad fi sabilillah[5].”

Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Selesailah risalah ini.


[1] Hadits ini dengan lafaz seperti ini adalah dha’if, lihat Dha’if At Tirmidzi (669), yang sahih adalah dengan lafaz “الدعاء هو العبادة” (Doa adalah ibadah) sebagaimana dalam Shahihul Jami’ (3407).

[2] Hr. Tirmidzi, Shifatul Jannah (2516), dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7957.

[3] Hr. Muslim.

[4] Hr. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Albani

[5] Hr. Tirmidzi, dan dinyatakan hasan shahih olehnya.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger