بسم الله الرحمن الرحيم
Khutbah Idul Adh-ha
1444 H/2023 M
Pelajaran Berharga Dalam Kurban
Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ
شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ :
Allahu akbar, Allahu akbar. Laailaahaillallahu wallahu akbar. Allahu akbar walillahil
hamd.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Kita bersyukur
kepada Allah Azza wa Jalla atas nikmat-nikmat-Nya yang terus Dia limpahkan
kepada kita. Di antara nikmat-nikmat itu, yang paling besarnya adalah nikmat
beragama Islam dan diberi-Nya taufik untuk dapat menjalankan ajaran Islam,
dimana dengan nikmat Islam dan mengamalkan ajarannya seseorang akan memperoleh kebahagiaan
di dunia dan akhirat; di dunia memperoleh petunjuk dan kebahagiaan sedangkan di akhirat memperoleh surga Allah yang luasnya seluas langit dan bumi.
Shalawat dan
salam kita sampaikan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang dengan
diutus sebagai rahmat bagi alam semesta, dimana degan diutusnya Beliau, Allah
Azza wa Jalla mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan; dari gelapnya kufur
kepada cahaya iman, dari gelapnya maksiat kepada cahaya taat, dari gelapnya
kebodohan kepada cahaya ilmu pengetahuan. Dengan diutusnya Beliau juga, Allah
memperbaiki kondisi manusia yang sebelumnya berada di atas kerusakan menjadi
berada di atas kebaikan. Oleh karena itu, semua seruan dan ajakan yang bertolak
belakang dengan seruan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maka pada
hakikatnya merupakan seruan dan ajakan kepada kerusakan. Demikian pula berbagai
ideologi dan pemikiran yang bertentangan dengan Kitabullah dan sunnah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah ideologi dan pemikiran yang
batil dan sebagai ajakan kepada kerusakan, seperti liberalisme,
sosialisme, komunisme, pluralisme, kapitalisme, sekularisme, dan sebagainya.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Khatib
berwasiat kepada diri khatib dan kepada hadirin sekalian untuk tetap bertakwa
kepada Allah Azza wa Jalla, karena ia adalah solusi menghadapi problematika hidup
di dunia, sebagai kunci meraih rezeki dan agar dimudahkan segala urusan, serta
sebagai jalan untuk menggapai surga di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا-وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا
يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar.--Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak
disangka-sangkanya.”
(QS. Ath Thalaq: 2-3)
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Qs. Ali Imran: 133)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Idul Adh-ha dan Idul Fitri adalah hari raya kita umat
Islam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا
وَهَذَا عِيدُنَا
“Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan inilah
hari raya kita.” (Hr. Bukhari)
Hari ini ‘Idul Adh-ha’ juga
merupakan hari yang paling agung di sisi Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ
اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Sesungguhnya hari
yang paling agung di sisi Allah Tabaaraka wa Ta’aala adalah hari nahar (Idul
Adh-ha), lalu hari qar (setelah hari nahar).” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim, dishahihkan oleh Hakim
dan Al Albani, Shahihul Jami’ no. 1064).
Hari raya kita kaum muslimin berbeda dengan hari raya
orang-orang kafir. Hari raya kita tegak di atas tauhid dan mengagungkan Allah
serta bergembira di atas ketaatan kepada-Nya, sedangkan hari raya mereka tegak
di atas syirik dan kemaksiatan.
Hari raya ini merupakan hari raya merdekanya manusia dari
perbudakan dan penghambaan kepada sesama makhluk dan menuju perbudakan dan
penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla Al Khaliq Yang Mahaesa lagi Maha
Perkasa.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Di antara ajaran Islam pada tanggal 10 Dzulhijjah adalah
melakukan shalat Idul Adh-ha dan berkurban, dimana hal ini merupakan bentuk
syukur kita kepada Allah Azza wa Jalla yang telah mengaruniakan kepada kita
nikmat yang banyak. Allah Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ- فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu Al Kautsar.--Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu; dan berkurbanlah." (QS. Al
Kautsar: 1-2)
Al Kautsar adalah kebaikan yang banyak dan karunia yang
melimpah yang di antaranya adalah apa yang Allah berikan kepada Nabi-Nya
shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari Kiamat berupa sungai yang bernama Al
Kautsar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
هُوَ نَهَرٌ أَعْطَانِيهِ اللهُ فِي الْجَنَّةِ، أَبْيَضُ مِنَ
اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، فِيهِ طُيُورٌ أَعْنَاقُهَا كَأَعْنَاقِ
الْجُزُرِ
“Al
Kautsar adalah sungai yang Allah berikan kepadaku di surga. Ia lebih putih
daripada susu, lebih manis daripada madu, dan di sana terdapat burung-burung
yang lehernya seperti leher unta.” (Hadits ini dinyatakan shahih oleh
Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah).
Firman Allah, "Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah " yakni dirikanlah shalat baik
yang fardhu maupun yang sunah dengan ikhlas karena Tuhanmu. Termasuk shalat di
sini adalah shalat Idul Adh-ha.
Demikian pula Allah memerintahkan kita
berkurban yang ditujukan kepada-Nya dan dengan menyebut nama-Nya saja.
Oleh karena itu, hikmah berkurban
adalah agar semua macam ibadah, baik doa, permohonan, berharap, ruku, sujud,
bertawakkal, berkurban, menyembelih, dan ibadah-ibadah lainnya ditujukan kepada
Allah Azza wa Jalla.
Maka kalau manusia mengetahui hikmah
ini, tentu tidak ada yang mengarahkan kurban dan sembelihan untuk selain Allah
Subhanahu wa Ta’ala seperti dengan membuat tumbal, sesaji, dsb. Allah Azza wa
Jalla juga berfirman,
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ
الْمُسْلِمِينَ (163)
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku,
kurbanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.---Tidak
ada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)."
(Qs. Al An’aam: 162-163)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
juga bersabda,
لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ
“Allah melaknat orang yang menyembelih
hewan untuk selain Allah.” (Hr. Muslim dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
anhu)
Disebutkan dua ibadah ini ‘shalat
dan kurban’ adalah karena keutamaannya, dan karena di dalamnya menunjukkan
cinta kepada Allah Ta’ala, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, mendekatkan diri
kepada-Nya dengan hati, lisan, dan anggota badan, serta dengan kurban yang di
dalamnya terdapat pengorbanan terhadap harta yang dicintainya karena mencari
keridhaan-Nya.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Kurban juga disyariatkan agar kita
terbiasa menyebut nama Allah pada saat menyembelih hewan. Allah Azza wa Jalla
berfirman,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا
مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
“Dan bagi setiap umat telah Kami
syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah terhadap
hewan ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu adalah
Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah
kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),” (Qs.
Al Hajj: 34)
Hal ini diperintahkan Allah untuk
menyelisihi kaum musyrikin yang beribadah kepada selain Allah dan menyembelih
hewan atas nama selain-Nya. Oleh karena itu, haram hukumnya memakan hewan yang
ketika disembelih disebut nama selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia berfirman,
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ
الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ
وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan
bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Qs. Al Baqarah: 173)
Demikian
juga haram hukumnya mengkonsumsi hewan yang sengaja tidak disebut nama Allah
ketika menyembelihnya.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Kurban juga mengajarkan kepada kita agar selalu bersyukur kepada Allah Azza
wa Jalla ketika mendapatkan nikmat sekaligus mengajarkan kita untuk bersabar. Seseorang
dapat mengambil pelajaran dari sikap syukur Nabi kita Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam ketika diberikan sungai Al Kautsar di surga dengan melakukan
shalat dan berkurban, serta dapat mengambil pelajaran dari kesabaran Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail alahis salam dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
Ta’ala.
Dengan bersyukur, maka Allah akan ridha kepadanya, menjaga nikmat itu
untuknya, dan
menambahkannya serta memberinya pahala yang besar. Sedangkan dengan bersabar, Allah akan
mengganti musibah yang menimpanya dengan yang lebih baik baginya, memberinya
pahala yang besar, mendapatkan surga dan merndapatkan keridhaan dari-Nya. Oleh
karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam kagum dengan keadaan seorang
mukmin yang dalam keadaan bagaimana pun tetap berada dalam kebaikan. Beliau
bersabda,
«عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ
أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ
أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ،
صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ»
“Sungguh
menakjubkan keadaan orang mukmin, semua keadaannya baik baginya, dan itu hanya
ada pada seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kenikmatan dia bersyukur, maka
hal itu baik baginya, dan jika mendapatkan musibah, dia bersabar, itu pun baik
baginya.” (Hr. Muslim dari Shuhaib)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Kurban juga mengajarkan kepada kita agar lebih mengutamakan kecintaan
kepada Allah Ta’ala daripada kecintaan kepada diri dan harta, dimana dalam
kurban seseorang rela mengeluarkan hartanya dalam jumlah besar untuk mencari
keridhaan Allah Azza wa Jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Kurban juga mengajarkan kita untuk bersikap dermawan, karena di dalam
kurban kita disyariatkan membagikannya kepada orang lain di samping kita dan
keluarga juga berhak memakannya. Kita disyariatkan membagikan daging kurban
kepada orang fakir dan miskin, kepada kerabat, kepada teman, dan kepada
tetangga di lingkungan kita. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
كُلُوا وَادَّخِرُوا وَتَصَدَّقُوا
“Makanlah, simpanlah, dan sedekahkanlah.” (Hr. Muslim)
Sehingga dengan berkurban hubungan
kita dengan masyarakat sekitar
menjadi baik.
Kurban juga mengajarkan kepada
kita untuk mau berkorban, karena Islam tegak dengan ilmu dan jihad. Ilmu dengan
menyebarkannya ke tengah-tengah umat, dan dalam jihad terdapat pengorbanan
jiwa-raga dan harta, dan berkurban melatih kita untuk mau berkorban.
Dalam kurban juga terdapat sikap
menghidupkan Sunnah bapak para nabi yaitu Ibrahim alahis salam ketika
menyembelih hewan kurban yang menjadi tebusan bagi anaknya yaitu Nabi Ismail
alaihis salam pada hari nahar. Allah Ta’ala berfirman memerintahkan Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengikuti ajaran Nabi Ibrahim alaihis
salam,
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ
أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif," dan bukanlah
dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Qs. An Nahl:
123)
Dari sini kita mengetahui, bahwa
kurban bukan hanya syariat umat Nabi Muhammad, bahkan syariat bagi umat-umat
terdahulu yang beriman kepada para rasul alaihimush shalatu was salam. Allah
Ta’ala berfirman,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا
مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
“Dan bagi setiap umat telah Kami
syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah terhadap
hewan ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, (Qs. Al Hajj:
34)
Hikmah dan faedah kurban lainnya adalah berbagi kepada saudara kita yang
miskin, membahagiakan mereka, menyambung
tali silaturrahim, dan menguatkan ukhuwwah Islamiyyah (persaudaraan Islam).
Kurban karena sebagai syariat dan
syiar Islam, maka melakukannya merupakan bentuk memuliakan syiar-syiar Allah
yang menunjukkan ketakwaan pelakunya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ
اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan
barang siapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul
dari ketakwaan di hati.” (Qs. Al Hajj: 32)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Di hari ini juga kita disyariatkan bertakbir yang
dimulai dari subuh hari Arafah kemarin (9 Dzulhijjah) hingga akhir
hari tasyriq. Itu adalah takbir muqayyad; takbir yang kita baca seusai shalat
setelah beristighfar tiga kali dan mengucapkan Allahumma antas salam wa
minkas salam tabaarakta yaa dzal Jalalil wal Ikram, di samping kita baca
juga secara mutlak.
Lafaz takbirnya di antaranya,
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ ،لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ.
Artinya, “Allah Mahabesar,
Allah Mahabesar. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Allah Mahabesar,
Allah Mahabesar, untuk-Nyalah segala puji.” (Ini adalah takbir Ibnu Mas’ud yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih)
Tidak
mengapa takbirnya tiga kali berdasarkan riwayat Baihaqi dari Yahya bin Sa'id
dari Al Hakam yaitu Ibnu Farwah Abu Bakkaar dari 'Ikrimah dari Ibnu Abbas (lihat
Al Irwaa’ karya Syaikh Al Albani).
Imam Ahmad pernah ditanya, “Berdasarkan
hadits apa anda berpendapat bahwa takbir diucapkan setelah shalat Subuh hari
‘Arafah sampai akhir hari tasyriq?” Ia menjawab, “Berdasarkan ijma’; yaitu dari
Umar, Ali, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhum.”
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Ibadah
yang satu ini ‘kurban’ memiliki aturan-aturan sebagaimana
yang telah diterangkan dalam Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yaitu:
- Seekor
kambing cukup untuk satu keluarga.
- Seekor
unta dan sapi dari tujuh orang.
- Hewan
kurban hanya sah jika selamat dari cacat yang menjadi penghalang untuk
keabsahannya. Cacat tersebut adalah buta sebelah matanya dengan jelas, pincang
dengan jelas, sakit dengan jelas, dan kurus sekali tidak bersumsum (Hal ini
berdasarkan hadits Al Barra’). Termasuk pula cacat-cacat yang semisal itu atau
lebih parah lagi. Hal ini menunjukkan bahwa kurban hendaknya dengan
yang baik sebagaimana sedekah.
- Usia
hewan yang dikurbankan harus sesuai. Jika unta, maka yang usianya 5 tahun, sapi
yang usianya 2 tahun, kambing yang usianya setahun, sedangkan biri-biri atau
domba juga setahun atau mendekati setahun; minimal 6 bulan.
- Waktu
menyembelih dimulai dari setelah shalat
Ied, dan berlangsung hingga akhir hari tasyriq.
- Si
penyembelih wajib mengucapkan basmalah (Bismillah), dan dianjurkan menambahkan
dengan takbir “Allahu akbar”.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal," (Terj. Qs. Ali Imran: 190)
Ya, pada penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda keesaan Allah, kekuasaan-Nya, keagungan-Nya, ilmu-Nya yang meliputi
segala sesuatu, hikmah-Nya yang dalam, dan rahmat-Nya yang luas.
Allah Ta'ala menjadikan malam dan siang sebagai kesempatan
beramal, tahapan menuju ajal, ketika tahapan yang satu lewat, maka akan
diiringi oleh tahapan selanjutnya. Siapa saja di antara mereka yang tidak
sempat memperbanyak amal di malam harinya, ia bisa mengejar di siang hari.
Ketika tidak sempat di siang hari, ia bisa mengejar di malam hari,
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
"Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih
berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin
bersyukur. (Terj. Qs. Al Furqan: 62)
Oleh karena itu, hendaknya kita memanfaatkan kesempatan hidup
kita dengan beramal saleh agar kita pulang menghadap Allah dengan membawa bekal
yang banyak, dan tidak ada bekal terbaik melebihi takwa.
Ya Allah, berikanlah kepada jiwa ini ketawaan,
bersihkanlah jiwa ini, Engkau sebaik-baik yang membersihkan, Engkau wali dan
mengurusnya. Ya Allah, jadikanlah amalan terbaik kami adalah pada bagian
akhirnya, umur terbaik kami adalah pada bagian akhirnya, hari terbaik kami
adalah hari ketika kami bertemu dengan-Mu, Allahumma aamiin.
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْوَرَى ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ سُبْحَانَهُ
: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا " ، اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَّمَدٍ ، وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ ، وَعَلَى الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ ، وخُصَّ مِنْهُمُ الْخُلَفَاءَ الْأَرْبَعَةَ الرَّاشِدِيْنَ ، أَبِي
بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ ، وَاجْعَلْ هَذَا
الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِناًّ وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ
أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا ، وَاجْعَلْ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ
ضَالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ ،
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Marwan bin Musa
Blog: http://wawasankeislaman.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar