Mengenal Sastra Arab (2)

 بسم الله الرحمن الرحيم



Mengenal Sastra Arab (2)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut lanjutan pembahasan tentang Adab atau sastra Arab, semoga Allah Subhaanahu wa Ta'ala menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

Sastra di masa awal Islam

Al Qur’an dan Hadits serta pegaruhnya dalam bahasa Arab dan sastra

Al Qur’anul Karim

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125) وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ (126) وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (127) إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ (128)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.--Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.--Bersabarlah (wahai Muhammad) dan Tidak ada kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.--Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Qs. An Nahl: 125-128)

Dalam beberapa ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam dan para da’i  bagaimana manhaj (metode) yang benar dalam berdakwah. Allah memerintahkan mereka berdakwah dengan ucapan yang lembut dan bersandar kepada ayat Al Qur’an, dan dengan nasihat yang baik yang menyentuh hati dan melembutkan perasaan, serta agar mereka mendebat musuh-musuh Islam dengan cara yang baik; jauh dari sikap kasar sehingga dakwah masuk ke dalam hati mereka kemudian mereka mau mengikuti kebenaran.

Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengalihkan pembicaraan kepada sisi lain yang terkait dengan para da’i ketika mereka disakiti. Allah Ta’ala menerangkan kepada mereka cara membalas orang yang menyakiti mereka, yaitu membalas dengan balasan yang serupa atau bersabar terhadap gangguan yang merupakan sikap yang paling utama. Kemudian Allah Azza wa Jalla mendorong Rasul-Nya bersabar dan memohon kesabaran kepada-Nya karena dengannya jiwa seseorang menjadi tenang saat bergantung kepada-Nya. Demikian juga Allah mewasiatkan Beliau agar tidak mempedulikan ucapan dan tindakan musuh-musuh Islam, karena Allah akan menolong Beliau, dimana Dia senantiasa bersama orang-orang yang bertakwa dan berbuat ihsan dalam ucapan dan tindakannya.

Kelebihan sastra pada beberapa ayat di atas   

Beberapa ayat di atas memiliki ketinggian sastra yang banyak di antaranya:

1. Pembicaraan terhadap seseorang, namun maksudnya untuk banyak orang, dimana Allah Ta’ala  berfirman yang tertuju kepada Rasul-Nya namun perintah ini tertuju kepada semua da’i.

2. Bermacam-macamnya arah pembicaraan terkadang mufrad (tunggal), lalu jamak, kemudian kembali mufrad lagi, dimana faedahnya adalah untuk membangkitkan perasaan dan mendorong untuk memperhatikan.

3. Penggunaan fiil amr (kata kerja perintah) ketika menyuruh berdakwah dengan hikmah dan berdebat dengan cara yang baik.

4. Ancaman secara tidak langsung kepada orang yang menyelisihi, yaitu pada ayat, “Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

5. Mendorong untuk bersabar dengan menggunakan berbagai cara, seperti uslub (alur kalimat atau gaya bahasa) syarat, uslub perintah, dan uslub larangan bersempit dada.

Hadits Nabawi

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ» قِيلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللهِ؟، قَالَ: «إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ»

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam.” Lalu ada yang bertanya, “Apa saja wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Jika engkau berjumpa dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat kepadamu maka nasihatilah, jika ia bersin dan memuji Allah maka doakanlah (rahmat untuknya), jika dia sakit maka jenguklah, dan jika ia wafat maka iringilah jenazahnya.” (Hr. Muslim)

Dalam hadits yang mulia ini, Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mendorong kaum muslimin berakhlak mulia dan agar mereka saling bergaul dengan pergaulan yang baik sehingga tersebar rasa cinta. Oleh karenanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  menyebut perbuatan itu sebagai hak seorang muslim yang hendaknya dipenuhi baik ketika sehat, sakit, dan ketika wafat. Hak-hak itu adalah:

1. Mengucapkan salam saat berjumpa dengannya untuk memasukkan rasa senang di hatinya.

2.  Memenuhi undangannya untuk merasakan kepada saudaranya keikutsertaan dia dengannya.

3. Memberikan nasihat yang terbaik ketika diminta nasihat.

4. Mendoakan rahmat untuknya ketika ia bersin dan memuji Allah.

5. Menjenguknya ketika sakit dan mendoakan kesembuhan untuknya.

6. Mengantarkan jenazahnya ketika saudaranya wafat serta mendoakan ampunan dan rahmat baginya.

Kelebihan sastra pada hadits di atas

1. Tepatnya memilih kata, dimana Beliau menggunakan kata ‘hak’ untuk menerangkan pentingnya perbuatan-perbuatan tersebut.

2. Mempersiapkan para pendengar untuk menyimak hak-hak yang akan Beliau sebutkan, dimana Beliau diam sejenak agar para sahabat siap menyimaknya.

3. Beliau menyebut ‘iyadah’ untuk ‘menjenguk orang sakit’ tidak menggunakan kata ‘ziarahilah’ agar kaum muslimin menjenguk orang sakit berulang kali.

4. Tertibnya pokok fikiran, dimana hak-hak yang disebutkan sesuai dengan perkembangan yang dilalui manusia, yaitu tiga hak di saat sehat, dua hak di saat sakit, dan satu hak di saat wafat.

5. Mudahnya lafaz yang dipakai dan sangat jelas.

6. Dalamnya makna dan dekatnya untuk difahami.

7. Singkat dan padat.

Contoh lainnya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berikut:

«أَتَانِي جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ! عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيْ بِهِ وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ»

Malaikat Jibril pernah datang kepadaku dan berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu namun engkau akan wafat. Cintailah orang yang engkau suka, namun engkau akan berpisah dengannya. Berbuatlah semaumu namun engkau akan diberi balasan. Ketahuilah, ketinggian seorang mukmin karena qiyamullailnya, dan kemuliaannya ketika ia tidak butuh kepada manusia.” (Hr. Asy Syirazi dalam Al Alqab, Hakim, Baihaqi dalam Asy Syu’ab dari Sahl bin Sa’ad, Baihaqi dalam Asy Syu’ab dari Jabir, dalm Abu Nu’aim dalam Al Hilyah dari Ali, dihasankan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 831 dan Shahihul Jami no. 73)

Kelebihan sastra pada hadits di atas

1. Tepatnya memilih kata.

2. Mengajak orang lain berfikir dulu sebelum beramal dengan menerangkan akibat yang akan didapatkan di akhirnya.

4. Tertibnya pokok fikiran.

5. Mudahnya lafaz yang dipakai dan sangat jelas.

6. Dalamnya makna dan dekatnya untuk difahami.

7. Singkat dan padat.

Pengaruh Al Qur’an dan Hadits terhadap bahasa dan sastra Arab

Al Qur’anul Karim adalah firman Allah Azza wa Jalla yang tidak didatangi kebatilan baik dari depan maupun dari belakang. Lafaznya, maknanya, uslub (gaya bahasa)nya, dan hukum-hukumnya mengandung mukjizat. Bahkan Al Qur’an menantang orang-orang Arab yang fasih untuk membuat kitab yang semisalnya, atau sepuluh surat, atau satu surah yang semisal dengan Al Qur’an padahal mereka adalah orang-orang terkenal fasih dan bagus dalam menerangkan, sedangkan Al Qur’an turun dengan bahasa mereka sebagaimana firman Allah Ta’ala,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Qs. Yusuf: 2)

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Qs. Al Israa: 88)

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Bahkan mereka mengatakan, "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah, "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (Qs. Huud: 13)

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (23)

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Qs. Al Baqarah: 23)

Adapun hadits adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang lafaznya dari Beliau namun maknanya dari sisi Allah Ta’ala sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)

“Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya--Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Qs. An Najm: 3-4)

Allah Azza wa Jalla menghendaki menjadikan Nabi-Nya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai orang yang paling fasih dan paling baik penjelasannya, karena memang Beliau diutus di tengah suatu kaum yang berbangga dengan fasihnya dan bagusnya penjelasan, di samping itu Allah juga sampaikan Al Qur’an melalui lisannya.

Kefasihan diri Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah karena karunia Allah kemudian Beliau juga lahir di tengah Bani Hasyim, menyusu di kalangan Bani Sa’ad, dan tumbuh besar di tengah-tengah kaum Quraisy, dimana semua kabilah itu terkenal fasih dan dalam serta indah dalam mengungkapkan kata-kata.

Al Qur’anul Karim dan hadits Nabi shallallahu   alaihi wa sallam memiliki pengaruh dahsyat dalam bahasa Arab, di antaranya:

1. Menata dan menertibkan lafaz-lafaz bahasa Arab.

2. Menggunakan beberapa lafaz untuk makna yang baru agar sejalan dengan pandangan yang dibawa oleh Islam seperti lafaz shalat, zakat, mukmin, kafir, dan munafik.

3. Menjaga bahasa agar tidak hilang dan diabaikan karena bahasa Arab merupakan bahasa Al Qur’an dan hadits.

4. Tersebarnya bahasa Arab dalam dunia Islam, sehingga di mana saja ada Al Qur’anul Karim dan Hadits, maka di situ ada bahasa Arab.

5. Bahasa Arab semakin bertambah kuat dan tersebar karena bersatunya berbagai lahjah (dialek) menjadi satu dialek, yaitu lahjah Quraisy.

6. Berkembang di bawah naungan Al Qur’an dan Hadits berbagai ilmu syar’i seperti ilmu Tafsir, hadits, fiqih, dan Ushul Fiqh.

7. Berkembang di bawah naungan Al Qur’an dan Hadits berbagai ilmu bahasa seperti Nahwu, Sharf, Balaghah, dan ilmu bahasa lainnya.

Adapun pengaruhnya dalam sastra Arab di antaranya:

1. Para sastrawan dapat mengambil banyak pelajaran dari Al Qur’an dan hadits serta maknanya, uslub(gaya bahasa)nya, dan pokok fikirannya.

2. Para pengkaji mau mengumpulkan sastra Arab baik yang berupa syair maupun natsr (prosa) untuk membantu mereka memahami apa yang disebutkan dalam Al Qur’an dan hadits, sehingga karena sebab ini muncullah berbagai karya terkait sastra dan bahasa yang jumlahnya banyak.

3. Munculnya berbagai cabang ilmu sastra yang baru karena mengikuti arahan Al Qur’an dan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam seperti kisah, sastra tenntang zuhud, hikmah, dan lain-lain.

4. Al Qur’an dan As Sunnah mengangkat sastra menjadi tinggi karena maksud dan pembahasannya yang baik, yang kemudian membawanya kepada jalan yang benar, baik, dan kesungguhan, dan jauh dari pembahasan yang buruk yang disampaikan oleh orang-orang yang bodoh seperti ejekan, rayuan, dan berlebihan dalam memuji serta dalam membanggakan diri.

Bersambung….

Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Marwan bin Musa

Maraji': Maktabah Syamilah versi 3.35, Silsilah Ta’limil Lughatil Arabiyyah (Adab), dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger