بسم
الله الرحمن الرحيم
Kisah Isra’ dan Mi’raj
Segala puji bagi Allah
Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat,
amma ba'du:
Berikut pembahasan
tentang kisah Isra’ dan Mi’raj, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Definisi Isra dan Mi’raj
Isra artinya Allah memperjalankan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsha pada malam hari, sedangkan Mi’raj
artinya Allah menaikkan Beliau dari Baitul Maqdis ke langit ketujuh, dan
melebihinya, untuk menerima perintah shalat yang lima waktu.
Dalil Isra dan Mi’raj
Dalil Isra dan Mi’raj disebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى
بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي
بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Qs. Al Israa: 1)
Adapun tentang Mi’raj Beliau ke langit tujuh, maka diisyaratkan di
surah An Najm: 13-18.
Hikmah Isra dan Mi’raj
Di saat-saat
menghadapi ujian yang sangat berat dan tingkat perjuangan sudah sampai
puncaknya, gangguan dan hinaan, aniaya,
serta siksaan yang dialami Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan para pengikutnya semakin hebat, di samping telah wafatnya orang yang
Beliau cintai, yaitu Abu Thalib dan Khadijah radhiyallahu anha, Beliau juga
mendapatkan penolakan keras dari penduduk Thaif, maka di antara rahmat Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah memperjalankan Beliau dari Makkah ke Baitul Maqdis di Palestina, kemudian naik ke
langit ketujuh.
Para ulama
berbeda pendapat tentang kapan terjadinya Isra dan Mi’raj. Ada yang berpendapat,
bahwa terjadinya tanggal 22 Rabi’ul Awwal, ada pula yang berpendapat setahun
sebelum hijrah, ada yang berpendapat enam belas bulan sebelum hijrah (sehingga
terjadi pada bulan Dzulqa’dah), dan ada pula yang berpendapat tiga atau lima
tahun sebelum hijrah, wallahu a’lam.
Ibnu Hajar menyebutkan –dari
Ibnu Dihyah-, ia berkata, "Sebagian
tukang cerita menyebutkan bahwa kejadian Israa' itu pada bulan Rajab," lalu ia mengomentari dengan mengatakan,
"Itu adalah dusta." (Tabyiinul 'Ajab hal.6)
Isra’ dan Mi’raj ini memberikan
kekuatan batin kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
menegakkan agama Allah, sekaligus menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri,
apakah mereka beriman kepada kejadian yang menakjubkan dan di luar jangkauan
manusia, yaitu perjalanan beratus-ratus mil serta menembus tujuh langit dan
hanya ditempuh dalam satu malam saja.
Isra dan Mi’raj dengan ruh dan jasad
Jumhur (mayoritas) para ulama berpendapat, bahwa Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam berisra-mi’raj dengan ruh dan jasad, dan dalam
keadaan jaga (tidak tidur). Ibnu Hajar berkata, ”Isra-mi’raj terjadi dalam
semalaman saja di saat Beliau jaga dengan ruh dan jasadnya. Inilah pendapat
jumhur ulama dari kalangan Ahli Hadits, Ahli Fiqih, dan kaum Mutakallimin, di samping
zhahir hadits-hadits yang shahih datang menunjukkan demikian. Bahkan tidak
patut berpaling darinya, karena akal tidak menolaknya sehingga harus ditakwil.”
Sejalannya peristiwa isra dan mi’raj dengan akal sehat manusia
Sebagian orang yang kurang akalnya mengatakan bahwa isra’ dan mi’raj
bertentangan dengan akal sehat manusia. Kita menjawab, “Tidak, bahkan sama
sekali tidak bertentangan dengan akal manusia, karena yang memperjalankan Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kemudian
ke langit adalah Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebagaimana disebutkan dalam surah Al Israa ayat 1, bukan
diri Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam sendiri. Sedangkan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan semuanya
mudah bagi-Nya. Untuk lebih jelasnya, kami akan membuatkan permisalan dengan
pertanyaan berikut, “Mungkinkah seekor semut tiba dari Jakarta ke Bogor dalam waktu dua jam?” Jawab, “Mungkin,
karena bisa saja semut tersebut berada dalam buah rambutan, lalu buah rambutan
tersebut diangkut ke dalam sebuah mobil yang hendak berangkat dari Jakarta ke
Bogor, ternyata sampai di Bogor hanya memakan waktu dua jam, sehingga semut pun
sampai di sana dalam waktu dua jam. Sampainya semut ke Bogor dalam waktu yang cukup singkat itu,
karena yang memperjalankan adalah mobil yang memiliki kecepatan dan kekuatan,
bukan semut itu sendiri. Perhatikanlah permisalan ini!” (Hidayatul Insan oleh penulis bagian tafsir surah Al Israa)
Kisah Isra dan Mi’raj
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ،
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ،
وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ، وَدُونَ الْبَغْلِ، يَضَعُ حَافِرَهُ
عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ» ، قَالَ: «فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ»
، قَالَ: «فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ» ، قَالَ
" ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ، فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ خَرَجْتُ
فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ، وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ،
فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ، فَقَالَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اخْتَرْتَ
الْفِطْرَةَ، ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ:
مَنَ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ، قِيلَ: وَقَدْ
بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: َ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ،
فَرَحَّبَ بِي، وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ، ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ،
فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقِيلَ: مَنَ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ،
قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ، قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ
بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِابْنَيْ الْخَالَةِ عِيسَى ابْنِ
مَرْيَمَ، وَيَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّاءَ، صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْهِمَا، فَرَحَّبَا وَدَعَوَا
لِي بِخَيْرٍ، ثُمَّ عَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ،
فَقِيلَ: مَنَ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ،
فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا هُوَ
قَدِ اُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ، ثُمَّ عُرِجَ بِنَا
إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، قِيلَ:
مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ، قَالَ: وَقَدْ
بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِدْرِيسَ،
فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا
عَلِيًّا} [مريم: 57] ، ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ، فَاسْتَفْتَحَ
جِبْرِيلُ، قِيلَ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ،
قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا
أَنَا بِهَارُونَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَحَّبَ، وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ،
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ
السَّلَامُ، قِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ،
قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا
أَنَا بِمُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ،
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ:
مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ،
فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْنِدًا
ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ، وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ
أَلْفَ مَلَكٍ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ، ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى،
وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ، وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلَالِ "، قَالَ:
" فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللهِ مَا غَشِيَ تَغَيَّرَتْ، فَمَا أَحَدٌ
مِنْ خَلْقِ اللهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا، فَأَوْحَى اللهُ إِلَيَّ
مَا أَوْحَى، فَفَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ صَلَاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَنَزَلْتُ
إِلَى مُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى
أُمَّتِكَ؟ قُلْتُ: خَمْسِينَ صَلَاةً، قَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ،
فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ، فَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
وَخَبَرْتُهُمْ "، قَالَ: " فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي، فَقُلْتُ: يَا رَبِّ،
خَفِّفْ عَلَى أُمَّتِي، فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقُلْتُ:
حَطَّ عَنِّي خَمْسًا، قَالَ: إِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ، فَارْجِعْ إِلَى
رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ "، قَالَ: " فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ
رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى، وَبَيْنَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ حَتَّى قَالَ: يَا
مُحَمَّدُ، إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، لِكُلِّ صَلَاةٍ
عَشْرٌ، فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلَاةً، وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ
لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ
فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً
"، قَالَ: " فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ
"، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " فَقُلْتُ:
قَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ
Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Didatangkan kepadaku binatang buraq, yaitu binatang
putih yang tinggi melebihi keledai namun di bawah bighal (binatang hasil
perkawinan kuda dan keledai), ia meletakkan kakinya di ufuk batas jangkauan
penglihatannya. Aku pun menaikinya, dan Jibril membawaku sampai ke
Baitulmaqdis, lalu aku menambatkan hewan ini di lingkaran (pintu Baitulmaqdis)
tempat para nabi biasa menambatkan hewan tunggangannya. Kemudian aku masuk ke
masjid dan shalat di dalamnya dua rakaat, lalu aku keluar, kemudian Jibril
membawakan sebuah wadah berisikan khamr (arak) dan wadah berisikan susu, lalu
aku memilih susu, maka Jibril 'alaihis salam berkata, "Engkau telah
memilih fitrah." Kemudian kami dinaikkan ke langit, lalu Jibril meminta
dibukakan, kemudian ia ditanya, "Siapa engkau?" Jibril menjawab,
"Jibril." Lalu ia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Ia
menjawab, "Muhammad." Kemudian ia ditanya, "Apakah ia dikirim
untuk menghadap-Nya?" Jibril menjawab, "Ia dikirim untuk
menghadap-Nya." Maka dibukakan untuk kami pintu itu, dan ternyata aku
bertemu dengan Adam. Ia menyambut hangat kedatanganku dan mendoakan kebaikan
untukku. Lalu kami dinaikkan lagi ke langit kedua. Kemudian Jibril 'alaihis
salam meminta dibukakan, lalu ia ditanya, "Siapa engkau?" Jibril
menjawab, "Jibril." Kemudian ia ditanya kembali, "Siapa yang
bersamamu?" Ia menjawab, "Muhammad." Kemudian ia ditanya,
"Apakah ia dikirim untuk menghadap-Nya?" Jibril menjawab, "Ia
dikirim untuk menghadap-Nya." Maka dibukakan untuk kami pintu itu, dan
ternyata aku bertemu dengan dua putera bibi, yaitu Isa putera Maryam dan Yahya
bin Zakariya semoga Allah memberikan shalawat kepada keduanya. Maka keduanya
pun menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Lalu Jibril membawaku ke langit
ketiga. Kemudian Jibril 'alaihis salam meminta dibukakan, lalu ia ditanya,
"Siapa engkau?" Jibril menjawab, "Jibril." Kemudian ia
ditanya kembali, "Siapa yang bersamamu?" Ia menjawab,
"Muhammad." Kemudian ia ditanya, "Apakah ia dikirim untuk menghadap-Nya?"
Jibril menjawab, "Ia dikirim untuk menghadap-Nya." Maka dibukakan
untuk kami pintu itu, dan ternyata aku bertemu dengan Yusuf, dan ia diberikan
separuh ketampanan. Maka ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Lalu
kami dinaikkan lagi ke langit keempat. Kemudian Jibril 'alaihis salam meminta
dibukakan, lalu ia ditanya, "Siapa engkau?" Jibril menjawab,
"Jibril." Kemudian ia ditanya kembali, "Siapa yang
bersamamu?" Ia menjawab, "Muhammad." Kemudian ia ditanya, "Apakah
ia dikirim menghadap-Nya?" Jibril menjawab, "Ia dikirim untuk
menghadap-Nya." Maka dibukakan untuk kami pintu itu, dan ternyata aku
bertemu dengan Idris, maka ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah
'Azza wa Jallan berfirman, "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat
yang tinggi." (Terj. QS. Maryam: 57). Lalu kami dinaikkan lagi ke
langit kelima. Kemudian Jibril 'alaihis salam meminta dibukakan, lalu ia
ditanya, "Siapa engkau?" Jibril menjawab, "Jibril."
Kemudian ia ditanya kembali, "Siapa yang bersamamu?" Ia menjawab,
"Muhammad." Kemudian ia ditanya, "Apakah ia dikirim untuk
menghadap-Nya?" Jibril menjawab, "Ia dikirim untuk
menghadap-Nya." Maka dibukakan untuk kami pintu itu, dan ternyata aku
bertemu dengan Harun 'alaihis salam, maka ia menyambutku dan mendoakan kebaikan
untukku. Lalu kami dinaikkan lagi ke langit keenam. Kemudian Jibril 'alaihis
salam meminta dibukakan, lalu ia ditanya, "Siapa engkau?" Jibril
menjawab, "Jibril." Kemudian ia ditanya kembali, "Siapa yang
bersamamu?" Ia menjawab, "Muhammad." Kemudian ia ditanya,
"Apakah ia dikirim untuk menghadap-Nya?" Jibril menjawab, "Ia
dikirim untuk menghadap-Nya." Maka dibukakan untuk kami pintu itu, dan
ternyata aku bertemu dengan Musa, maka ia menyambutku dan mendoakan kebaikan
untukku. Lalu kami dinaikkan lagi ke langit ketujuh, kemudian Jibril 'alaihis
salam meminta dibukakan, lalu ia ditanya, "Siapa engkau?" Jibril
menjawab, "Jibril." Kemudian ia ditanya kembali, "Siapa yang
bersamamu?" Ia menjawab, "Muhammad." Kemudian ia ditanya, "Apakah
ia dikirim untuk menghadap-Nya?" Jibril menjawab, "Ia dikirim untuk
menghadap-Nya." Maka dibukakan untuk kami pintu itu, dan ternyata aku
bertemu dengan Ibrahim yang sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma'mur,
dimana tempat itu setiap harinya dimasuki tujuh puluh ribu malaikat yang
selanjutnya mereka tidak kembali lagi. Kemudian ia membawaku ke Sidratul
Muntaha, tiba-tiba daun-daunnya seperti telinga gajah dan buah-buahnya seperti
gentong besar, maka ketika Sidratul Muntaha diliputi sesuatu atas perintah
Allah, maka keadaan pun berubah, sehingga tidak ada seorang pun yang sanggup
menggambarkan sifatnya karena begitu indahnya, lalu Allah mewahyukan kepadaku
apa yang Dia wahyukan dan mewajibkan kepadaku lima puluh kali shalat sehari-semalam,
maka aku turun menemui Musa 'alaihis salam, lalu ia bertanya, "Apa yang
diwajibkan Tuhanmu untuk umatmu?" Aku menjawab, "Lima puluh kali
shalat." Musa berkata, "Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah
keringanan kepada-Nya, karena umatmu tidak akan sanggup memikulnya. Karena
sesungguhnya aku pernah mencoba Bani Israil dan menguji mereka." Maka aku
kembali kepada Tuhanku dan berkata, "Wahai Tuhanku, berikanlah keringanan
untuk umatku." Maka akhirnya diturunkan untukku menjadi lima kali, lalu
aku kembali kepada Musa, dan ia berkata, "Sesungguhnya umatmu tidak akan
sanggup melakukannya. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan
kepada-Nya." Maka aku senantiasa kembali antara kepada Tuhanku Tabaaraka
wa Ta'ala dan kepada Musa 'alaihis salam, sehingga Allah berfirman, "Wahai
Muhammad, sesungguhnya shalat itu tetap lima kali sehari-semalam. Setiap kali
shalat dianggap sepuluh, sehingga menjadi lima puluh. Dan barang siapa yang
berniat mengerjakan kebaikan, tetapi tidak ia kerjakan, maka akan dicatat
untuknya satu kebaikan. Jika dia mengerjakannya, maka akan dicatat sepuluh
kebaikan. Dan barang siapa yang berniat mengerjakan keburukan, tetapi tidak ia
lakukan, maka tidak dicatat apa-apa, tetapi jika ia mengerjakannya, maka akan
dicatat satu keburukan." Beliau melanjutkan sabdanya, "Maka aku
turun sampai tiba ke hadapan Musa 'alaihis salam dan memberitahukan hal itu,
lalu ia berkata, "Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan
kepada-Nya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Aku telah kembali kepada Tuhanku sehingga aku merasa malu
kepadanya." (HR. Muslim)
Perlukah kita memperingati Isra dan Mi’raj?
Ketua
majlis ulama Saudi Arabia Syaikh Abdul 'Aziz bin Abdillah bin Baaz berkata,
وهذه الليلة التي حصل فيها الإسراء والمعراج لم يأتِ في الأحاديث
الصحيحة تعيينها، لا في رجب ولا في غيره، وكلُّ ما ورد في تعيينها فهو غير ثابت عن
النبي صلى الله عليه وسلم عند أهل العلم بالحديث ولله الحكمة البالغة في إنساء
الناس لها، ولو ثبت تعيينها لم يجزْ للمسلمين أن يخصُّوها بشيء من العبادات، ولم
يجزْ لهم أن يحتفلوا بها؛ لأنَّ النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه رضي الله عنهم
لم يحتفلوا بها ولم يخصُّوها بشيء، ولو كان الاحتفال بها أمراً مشروعاً لبيَّنه
الرَّسول صلى الله عليه وسلم للأُمّة، إما بالقول، وإما بالفعل، ولو وقع شيء من
ذلك لعُرفَ واشتهر، ولَنَقَلهُ الصحابة رضي الله عنهم إلينا، فقد نقلوا عن نبيِّهم
صلى الله عليه وسلم كلَّ شيء تحتاجه الأُمّة، ولم يُفرِّطوا في شيء من الدين، بل
هم السابقون إلى كلِّ خير، ولو كان الاحتفال بهذه الليلة مشروعاً لكانوا أسبق إليه
…
"Malam yang
terjadi Isra' dan Mi'raj sama sekali tidak disebutkan dalam hadits-hadits yang
shahih kapan terjadinya,
apakah bulan Rajab ataukah bulan lainnya, semua riwayat yang menjelaskan
tentang kapannya tidak sahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam menurut Ahli
Hadits.
Allah memiiki hikmah yang dalam mengapa Dia menjadikan manusia lupa
terhadap
waktu terjadinya. Kalaupun ada riwayat yang sah tentang
kapan terjadinya,
namun tetap tidak diperbolehkan bagi kaum muslimin mengkhususkannya dengan salah satu
ibadah, juga tidak diperbolehkan memperingatinya,
karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu
'anhum tidak memperingatinya, juga tidak mengkhususkannya dengan satupun
(ibadah).
Sekiranya
memperingati hal itu masyru' (disyari'atkan), tentu Rasul shallallahu 'alaihi
wa sallam telah menjelaskannya kepada umat, baik dengan ucapan maupun dengan
perbuatan.
Dan
jika memang demikian,
tentu hal tersebut akan dikenal dan masyhur, juga akan diriwayatkan oleh para
sahabat radhiyallahu 'anhum kepada kita. Bukankah mereka telah menukilkan dari
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam semua yang dibutuhkan umat, dan tidak
meremehkan sedikit pun hal yang berkaitan dengan agama? Bahkan mereka terdepan
dalam kebaikan, sehingga jika memperingati malam ini (malam Israa' Mi'raaj)
masyru' (disyari'atkan), tentu mereka sudah mendahului
mengerjakannya…dst."
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa
‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah
versi 3.45, http://www.saaid.net/Doat/yahia/43.htm, http://articles.islamweb.net/media/index.php?page=article&lang=A&id=196726,
Hidayatul Insan bitafsiril
Qur’an (Penulis), dll.
0 komentar:
Posting Komentar