بسم
الله الرحمن الرحيم
Keutamaan Negeri Syam (5)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut
lanjutan pembahasan tentang keutamaan negeri Syam yang kami ambil dari Risalah Thuubaa
Lisy Syam karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Munajjid hafizhahullah,
semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamin.
Para
Tokoh Negeri Syam
Ibnu
Hibban berkata, “Syam adalah negeri para nabi dan para rasul, menjadi pusat
para wali dan orang-orang saleh.” (Masyahir Ulama’il Anshar 1/84)
Al Walid
bin Muslim berkata, “Negeri Syam didatangi oleh puluhan ribu orang yang melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (para sahabat).” (Tarikh Dimasyq
karya Ibnu Asakir 1/327)
Di antara
para komandan dari kalangan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang datang ke negeri Syam adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, Khalid bin Al Walid,
Syurahbil bin Hasanah, Iyadh bin Ghanam, Syurahbil bin As Simth Al Kindiy,
Habib bin Maslamah, Sa’id bin Amir, Fadhalah bin Ubaid, dan Mu’awiyah bin Abi
Sufyan radhiyallahu ‘anhum.
Para
sahabat lainnya yang mendatangi negeri Syam adalah Bilal bin Rabah, Sa’ad bin
Ubadah, Abu Malik Al Asy’ariy, Abu Dzar Al Ghifariy, Al Fadhl bin Abbas, Auf
bin Malik, Tsauban maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Darda,
Syaddad bin Aus, Watsilah bin Asqa’, Irbadh bin Sariyah, Abu Umamah Al Bahiliy,
Tamim Ad Dariy, Miqdam bin Ma’diykarib, dan lain-lain.
Sedangkan
para ulama negeri Syam sangat banyak, di antaranya: Abu Muslim Al Khaulani
(wafat 62 H), Abdurrahman bin Ghanam (wafat 78 H), Abu Idris Al Khaulani (wafat
80 H), Qabishah bin Dzu’aib (wafat 86 H), Umar bin Abdul Aziz (wafat 101 H), Raja’ bin Haiwah (wafat 112 H),
Makhul (wafat 113 H), Abdurrahman bin Amr Al Auza’i (wafat 157 H), Al Walid bin
Muslim (wafat 195 H), Abu Sulaiman Ad Darani (wafat 205 H), Abdullah bin
Dzakwan (wafat 242 H), Abu Zur’ah (wafat 280 H), Ath Thabrani (wafat 360 H),
Abdullah bin Athiyyah (wafat 383 H), Ibnu Asakir (wafat 571 H), Abdul Ghani Al
Maqdisiy (wafat 600 H), Ibnu Qudamah Al Maqdisiy (wafat 620 H), Dhiya’uddin Al
Maqdisiy (wafat 643 H), Ibnush Shalah (wafat 643 H), Abul Barakat Majduddin
Ibnu Taimiyah (kakek Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah) (wafat 652 H), As Sakhawi
(wafat 657 H), Al Izz bin Abdussalam (wafat 660 H), Abu Syamah (wafat 665 H),
Imam Nawawi (wafat 676 H), Ibnu Khallikan (wafat 681 H), Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah (wafat 728 H), Badruddin bin Jamaah (wafat 733 H), Al Mizziy (wafat
742 H), Ibnu Abdil Hadiy (wafat 744 H), Adz Dzahabiy (wafat 748 H), Taqiyyuddin
As Subkiy (wafat 756 H) Ibnu Muflih (wafat 763 H), Ibnu Qayyim Al Jauziyyah
(wafat 751 H), Ibnu Katsir (wafat 774 H), Ibnu Rajab Al Hanbali (wafat 795 H),
Ibnul Jazariy (wafat 833 H), Ibnu Abidin Al Hanafiy (wafat 1252 H), Salim Al
Aththar (wafat 1307 H), Jamaluddin Al Qasimiy (wafat 1332 H), Muhammad Rasyid
Ridha (wafat 1354 H), Muhibbuddin Al Khathib (wafat 1389 H), Ahmad Az Zarqa
(1357 H), Musthafa As Siba’i (wafat 1384 H), Ali Ath Thanthawi (wafat 1420 H), Muhammad
Nashirudin Al Albani (wafat 1420 H), Abdul Qadir Al Arnauth (wafat 1425 H),
Muhammad Sulaiman Al Asyqar (wafat 1430 H), Umar Sulaiman Al Asyqar (wafat 1433
H), dll.
Syam
negeri jihad dan pertahanan
Penduduk
Syam adalah para mujahid yang mempertahankan negeri-negeri Islam sejak
penaklukkan pertama Islam hingga tiba hari Kiamat.
Syam
pernah menjadi pusat pemerintahan Daulah Bani Umayyah yang merupakan
sebaik-baik Daulah setelah khulafaur rasyidin, serta paling banyak melakukan
penaklukan wilayah. Meskipun masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah tidak
mencapai seratus tahun, namun penaklukkan wilayah besar-besaran dimulai
darinya, dimana kekuasaannya di sebelah timur dari Cina sampai ke barat di
Spanyol dan Prancis, di sebelah utara dari laut Qazwin sampai ke selatan di
laut India, bahkan Eropa hampir dikuasai secara keseluruhan.
Daulah Az
Zankiyyah dan Al Ayyubiyyah di Syam memiliki peran besar dalam melawan kaum
salibis, dimana Sulthan Nuruddin Mahmud bin Zankiy berhasil menyelamatkan
negeri Syam dan penduduknya dari serangan kaum Salibis sebagaimana Shalahuddin
Al Ayyubi berhasil membebaskan Al Quds dan Masjidil Aqsha.
Di bumi
Syam pula terjadi berbagai pertempuran, seperti perang Yarmuk, Hiththin, ‘Ain
Jalut, Syaqhab, dan Maisalun.
Demikianlah
negeri Syam, yang merupakan negeri jihad dan pertahanan. Syam adalah negeri
pemisah antara kaum muslim dengan orang-orang Yahudi di akhir zaman, demikian
pula pemisah antara kaum muslim dengan bangsa Romawi dalam perang besar, serta
pemisah antara kaum muslim dengan Dajjal.
Musuh-musuh
Islam berulang kali berusaha menguasai Syam, akan tetapi para mujahidnya
menghadangnya dan berhasil mengusir mereka dengan pertolongan Allah Azza wa
Jalla.
Sejak
zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dilakukan perlawanan antara kaum
muslim dengan bangsa Romawi, seperti pada perang Tabuk, dan kemudian berhasil
ditaklukkan pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma dalam
beberapa pertempuran, terutama pada perang Yarmuk di bawah komando Khalid bin
Al Walid radhiyallahu ‘anhu, lalu Damaskus berhasil ditaklukkan di bawah
komando Abu Ubaidah Ibnul Jarrah radhiyallahu ‘anhu.
Setelah
terjadi pertempuran berdarah, bangsa Romawi pun terusir dari Syam, dan
Heraklius pergi meninggalkan kota Himsh sambil mengucapkan selamat tinggal
terhadap negeri Suriah, ia berkata, “Untukmu salam wahai Suriyah; salam yang
setelahnya tidak dapat berkumpul lagi.” (Tarikh Thabari 3/603).
Meskipun
begitu bangsa Romawi tidak kemudian berputus asa, bahkan mereka berusaha
merebut kembali negeri Syam dengan mengirimkan pasukan besar ke sana, mereka
rusak tanaman dan ternak, membakar pepohonan, dan mengadakan kerusakan di muka
bumi, membunuh dan mencincang, serta melanggar kehormatan, sehingga terbunuh lebih
dari tujuh puluh ribu lebih jiwa di Baitul Maqdis, demikian pula yang terjadi
di kota Ma’arrah An Nu’man.
Maka
berlanjutlah jihad kaum muslim melawan tentara Salibis selama satu dekade, dan
berakhir dengan perang Hiththin yang memukul mundur tentara Salibis.
Pada
tahun 658 H, bangsa Tartar Mongol yang terkenal kejam menyerang negeri Syam,
mereka tiba di Halb dan mengepungnya, lalu mereka menguasainya dengan merasakan
keamanan, tetapi mereka berkhianat dan membunuh sejumlah besar penduduknya yang
hanya diketahui jumlahnya oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Ketika itu Timurlenk
menghancurkan kota Halb dan menumpuk kepala mereka yang terbunuh sehingga
menjadi seperti anak bukit, ia bersama tentaranya menghancurkan masjid-masjid
dan sekolah, merampas harta, dan mengadakan kerusakan di berbagai pelosok kota,
dan menawan kaum wanita dan anak-anak. Pada saat itu, terjadi pada penduduk
Halb hal yang sama terjadi pada penduduk Bagdad. Bangsa Tartar juga memperlakukan
hal yang sama terhadap penduduk Damaskus dan Hama.
Saat
berita penyerangan bangsa Tartar ke negeri Syam sampai ke telinga Sulthan Al
Muzhaffar Saifuddin Al Qutz penguasa Mesir, bahkan mereka merebut semua wilayah
yang ada dan sampai memasuki wilayah Gaza, serta bermaksud memasuki Mesir, maka
Sultan Al Qutz segera bangkit sebelum mereka menyerang, maka keluarlah Beliau
bersama pasukan besar dari Mesir dan Syam melawan pasukan Tartar dalam perang
yang terkenal dengan nama ‘Ain Jalut pada hari Jum’at 25 Ramadhan. Ketika itu
terjadilah pertempuran yang dahsyat, dan kaum muslim berhasil mengalahkan
pasukan Tartar Mongol dan berhasil membunuh pemimpin mereka beserta pengikutnya
dari kalangan keluarganya. Pasukan kaum muslim terus mengejar dan menyerang mereka
sehingga negeri Syam berhasil mereka bersihkan dari orang-orang yang melakukan
kerusakan di muka bumi, walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Pada
kesempatan lain bangsa Tartar berusaha menyerang negeri Syam sehingga
terjadilah perang Syaqhab pada tanggal 2 Ramadhan 702 H. perang tersebut adaah
perang yang menyelesaikan antara kaum muslimin yang berasal dari Mesir dan Syam
di bawah pimpinan Sultan Muhammad bin Qalawun dengan pasukan Tartar dan
sekutunya yang terdiri dari kaum Nasrani. Ketika itu, Allah Azza wa Jalla
memberikan kemenangan kepada kaum muslimin, sebagian musuh mereka bunuh dan
sebagian lagi mereka tawan. Pada saat itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan
para ulama lainnya ikut andil dalam perang ini, Beliau memberikan semangat
kepada para mujahid dan menguatkan hati mereka, di samping beliau juga terjun
dalam perang tersebut dan memberikan semangat kepada mereka. Beliau sampai
bersumpah kepada para komandan dan para pasukan, bahwa mereka akan menang dalam
pertempuran tersebut, lalu para komandan berkata kepadanya, “Ucapkanlah, “Insya
Allah,” maka Syaikhul Islam berkata, “Insya Allah terwujud; bukan sekedar tergantung.”
Ketika
itu, beliau memfatwakan kepada pasukan agar berbuka puasa, sebagaimana beliau
juga berbuka puasa; yang demikian agar mereka lebih kuat menghadapi musuh
(Lihat Al Bidayah wan Nihayah 14/23).
Demikian
pula yang dilakukan kaum Bathiniyyah dari kalangan Syi’ah Bani Ubaidiyyah dan
Qaramithah; mereka berusaha menguasai negeri Syam dan hampir saja mereka
menguasainya, namun para mujahid segera menghadang mereka.
Hal yang
sama juga dilakukan oleh tentara Perancis; mereka berusaha menguasai negeri
Syam, namun penduduknya berhasil menghadangnya, sehingga para mujahid berhasil
membebaskan seluruh wilayah Syam dari mereka.
Sekarang,
kaum Syi’ah Nushairiyyah dibantu para sekutunya hendak menguasai kembali negeri
Syam, namun para mujahidin negeri Syam dan para mujahid dari berbagai negeri
berusaha menghadangnya, Semoga Allah memberikan kemenangan kepada para
mujahidin negeri Syam terhadap musuh-musuhnya, sesungguhnya Dia Mahakuasa
terhadapnya.
Wallahu
a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa
sallam.
Marwan
bin Musa
Maraji’:
Thuba
Lisy Syam (Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Munajjdid), Maktabah Syamilah versi 3.45, dll.
0 komentar:
Posting Komentar