بسم
الله الرحمن الرحيم
Hakikat Amanah
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini pembahasan tentang amanah. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan
penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Pada saat Fathu (penaklukkan) Mekah, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa
sallam masuk ke Masjidilharam dan bertawaf mengelilingi Ka’bah. Setelah selesai
thawaf, Beliau memanggil Utsman bin Thalhah juru kunci ka’bah, lalu Beliau
mengambil kunci darinya. Setelah ka’bah dibuka, maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam memasukinya,
selanjutnya Beliau keluar sambil membaca ayat,
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ
أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya…dst.” (Terj.
QS. An Nisaa’: 58)
Ketika itu Ali bin Abi Thalib meminta Beliau agar menyerahkan kunci itu
kepadanya agar ia yang menjadi juru kunci ka’bah dan pemberi minum (jamaah
haji).
Namun Beliau menyerahkan
kembali kunci itu kepada Utsman bin Thalhah.” (Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dari Ibnu Juraij)
Demikianlah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak untuk memberikan kunci itu kepada Ali
agar ia menjadi juru kunci Ka’bah, tetapi Beliau menyerahkan kepada Utsman bin
Thalhah karena mengikuti perintah Allah untuk menyampaikan amanah kepada orang
yang berhak menerimanya.
Apa itu amanah?
Amanah
artinya setiap yang dibebankan kepada manusia dan mereka diperintahkan memenuhinya.
Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya menunaikan amanah secara
sempurna; yakni tanpa mengurangi dan menunda-nunda. Amanah di sini mencakup
amanah yang terkait dengan hak Allah Azza wa Jalla seperti amanah untuk
beribadah, melakukan shalat, zakat, puasa, memenuhi nadzar, dan lain sebagainya.
Demikian juga mencakup amanah yang terkait dengan hak manusia, seperti amanah
barang titipan, amanah jabatan, dan amanah rahasia. Contoh menunaikan amanah
dalam jabatan adalah dengan memenuhi kewajibannya, memenuhi amanah dalam harta
adalah dengan menjaganya dan mengembalikan kepada pemiliknya secara utuh,
sedangkan amanah dalam rahasia adalah dengan menyembunyikannya dan tidak
membukanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
“Tunaikanlah amanah
kepada yang memberi amanah kepadamu dan jangan khianati orang yang
mengkhianatimu.” (HR. Ahmad dan para pemilik kitab sunan, Syu’aib Al Arnauth
berkata, “Marfu’nya adalah hasan lighairih.”)
Amanah adalah akhlak yang mulia di antara akhlak-akhlak Islam dan
merupakan asas di antara asas-asasnya. Ia juga merupakan kewajiban agung yang
dipikul manusia ketika langit, bumi, dan gunung-gunung enggan menerimanya
karena besar dan beratnya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا عَرَضْنَا
الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن
يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ إِنَّهُ كَانَ
ظَلُوماً جَهُولاً
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh,” (QS. Al Ahzaab:
72)
Amanah di ayat ini adalah beban untuk beribadah hanya kepada Allah dan
mengisi hidup di dunia dengan beribadah minimal yang wajib yang nantinya Dia
akan memberikan balasan dan pahala yang besar kepadanya.
Allah subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan kita menunaikan amanah, Dia
berfirman,
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ
أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya.” (QS. An Nisaa’: 58)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjadikan amanah sebagai
dalil yang menunjukkan keimanan seseorang dan akhlaknya yang baik, Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ
لَهُ
“Tidak ada iman bagi orang yang yang tidak amanah, dan tidak ada agama
bagi orang yang tidak bisa dipegang janjinya.” (HR.
Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7179)
Macam-macam amanah
Amanah ada banyak macamnya, di antaranya adalah:
Amanah dalam beribadah
Termasuk amanah adalah seorang muslim mengerjakan beban-beban agama, ia
kerjakan kewajiban agama yang harus dikerjakan, seperti mendirikan shalat,
puasa, berbakti kepada kedua orang tua, dan kewajiban lainnya yang diamanahkan
Allah Rabbul ‘alamin kepadanya.
Amanah terhadap anggota badan
Seorang muslim juga hendaknya mengetahui, bahwa anggota badannya
semuanya adalah amanah, ia wajib menjaganya dan tidak menggunakannya untuk perkara
yang membuat Allah Subhaanahu wa Ta’ala
murka. Mata adalah amanah, maka ia wajib menundukkannya dari yang haram,
telinga juga amanah, maka ia wajib menjauhinya dari mendengarkan yang haram,
tangan juga amanah, kaki juga amanah, dan begitulah seterusnya.
Amanah dalam barang-barang titipan
Termasuk amanah adalah menjaga barang-barang titipan dan mengembalikan
kepada pemiliknya ketika mereka memintanya sesuai seperti keadaan semula,
seperti yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap kaum
musyrik, dimana mereka meninggalkan barang titipan mereka kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam agar Beliau menjaganya untuk mereka, karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikenal tentang kejujurannya dan
amanahnya di kalangan penduduk Mekah. Oleh karena itulah mereka menjuluki
Beliau sebelum diutus sebagai orang yang jujur lagi amanah, dan ketika
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka
Beliau meninggalkannya kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu agar ia
memberikan kepada kaum musyrik barang-barang titipan mereka dan amanah yang
mereka titipkan padanya.
Amanah dalam bekerja
Termasuk amanah dalam bekerja adalah seorang mengerjakan kewajibannya
dengan sebaik-baiknya. Ia memperbagus pekerjaannya dan melakukannya dengan baik
dan amanah.
Amanah dalam berbicara: Termasuk amanah adalah seseorang membiasakan
diri dengan ucapan yang serius, ia memahami kadar ucapan dan urgensinya. Ucapan
terkadang dapat memasukkan seseorang ke surga dan menjadikannya sebagai
orang-orang yang bertakwa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menerangkan pentingnya suatu kalimat dan pengaruhnya, Beliau bersabda,
إِنَّ الرجل لَيتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهَِ، مَا
كَانَ يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ،
يَكْتُبُ اللهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمٍ يَلْقَاهُ، وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سُخْطِ اللهِ، مَا كَانَ يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ، يَكْتُبُ
اللهُ لَهُ بِهَا سُخْطَهُ إِلَى يَوْمٍ يَلْقَاهُ
“Seorang laki-laki mengatakan suatu kalimat yang diridlai Allah,
sementara ia tidak tahu betapa besar kalimat itu, sehingga dengan kalimat itu
Allah mencatat untuknya keridhaan-Nya sampai hari kiamat. Ada juga seorang laki-laki mengatakan suatu
kalimat yang Allah murkai, sementara ia tidak tahu betapa besar kalimat itu,
sehingga Allah mencatat untuknya kemurkaan-Nya sampai hari kiamat." (HR.
Malik, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1619)
Seorang muslim juga memilih ucapan yang baik dan menjadikannya sebagai
sarana mendekatkan diri kepada Allah subhaanhau wa Ta’ala. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ
صَدَقَةٌ
“Dan kalimat yang baik adalah sedekah.” (HR. Muslim)
Amanah dalam menjaga rahasia
Seorang muslim menjaga rahasia saudaranya, ia tidak mengkhianatinya dan
tidak menyebarkan rahasianya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ بِالْحَدِيثِ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ
“Apabila seseorang menyampaikan sebuah perkataan, lalu ia menoleh, maka
yang demikian itu adalah amanah.” (HR. Abu Dawud
dan Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 486)
Amanah dalam berjual beli
Seorang muslim tidak akan menipu seorang pun, tidak ingkar janji dan
mengkhianati. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seorang
laki-laki yang menjual makanan, lalu Beliau memasukkan tangannya ke dalam
tumpukan makanan, ternyata Beliau mendapatinya dalam keadaan basah, lalu Beliau
bertanya kepadanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Orang itu menjawab,
“Makanan itu terkena siraman hujan, wahai Rasulullah.” Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ
الطَّعَامِ حَتَّى يَرَاهُ النَّاسُ؟ مَنْ غَشَّ فلَيْسَ مِنِّيْ
“Mengapa engkau tidak letakkan di atas makanan agar orang-orang melihat?
Barang siapa yang menipu, maka bukan termasuk golonganku.” (HR. Muslim)
Keutamaan amanah
Ketika manusia menjalankan amanah, maka akan terwujud kebaikan dan
kecintaan di antara mereka. Allah subhaanahu wa Ta’ala telah memuji
hamba-hamba-Nya yang mukmin karena menjaga amanah, Dia berfirman,
وَالَّذِينَ هُمْ
لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan
janjinya.” (Terj. QS. Al Ma’aarij: 32)
Sedangkan di akhirat, maka
orang-orang yang amanah akan mendapatkan keridhaan Allah dan mendapatkan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa.
Ancaman terhadap
sikap khianat
Kebalikan dari sikap amanah
adalah khianat. Orang yang khianat akan diazab karena sikapnya itu dan menjadi
kehinaan serta penyesalan baginya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
لِكُلِّ
غَادِرٍ لِوَاءٌ يُعْرَفُ بِهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Bagi pengkhianat akan
disiapkan bendera (khusus) pada hari Kiamat agar ia dikenal dengannya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Tidak hanya itu, khianat
juga merupakan salah satu tanda orang munafik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
« أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقاً ، وَإِنْ كَانَتْ خَصْلَةٌ
مِنْهُنَّ فِيْهِ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا :مَنْ
إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ وَإِذَا
عَاهَدَ غَدَرَ » .
"Ada empat yang jika ada
pada seeseorang maka ia menjadi seorang munafik. Tetapi, jika hanya satu saja,
maka dalam dirinya terdapat sifat munafik sampai ia meninggalkannya, yaitu:
orang yang apabila berbicara berdusta, apabila berjanji mengingkari, apabila
bertengkar ia berbuat jahat, dan apabila mengadakan perjanjian ia khianat."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, tidak ada yang melakukan khianat dan
menyia-nyiakan amanah kecuali orang munafik, dan seorang muslim jauh dari sikap
itu.
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': http://islam.aljayyash.net/,
Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam Li abhatsil Qur’ani was Sunnah), , Modul Akhlak
kelas 8 (Penulis), dll.
0 komentar:
Posting Komentar