بسم
الله الرحمن الرحيم
Fawaid Riyadhush Shalihin (19)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut Fawaid (Kandungan Hadits)
Riyadhush Shalihin yang banyak kami rujuk dari kitab Syarh
Riyadhush Shalihin karya Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy, kitab
Bahjatun Nazhirin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy, dan lainnya. Hadits-hadits di dalamnya merujuk kepada kitab Riyadhush
Shalihin, akan tetapi kami mengambil matannya dari kitab-kitab
hadits induk. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penyusunan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
BAB: YAKIN DAN TAWAKKAL[i]
وَلَمَّا رَأى الْمُؤْمِنُونَ الأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا
وَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلاَّ
إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Dan ketika orang-orang mukmin melihat
golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, "Inilah yang
dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan
Rasul-Nya. Yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.” (QS.
Ahzab: 22)
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ
قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا
اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ،- فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللهِ وَفَضْلٍ لَمْ
يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللهِ وَاللهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
“(yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan
Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah
kepada mereka," maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab, "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah
sebaik-baik pelindung.”--Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang
besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti
keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Ali Imran: 173-174)
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لاَ يَمُوتُ
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup
(kekal) yang tidak mati.” (QS. Al Furqan: 58)
وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya
orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ibrahim: 11)
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 159)
Ayat-ayat yang berkaitan dengan tawakkal sangat
banyak dan sudak diketahui bersama.
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaq: 3)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ
اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ
إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah
mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfal: 2)
Ayat-ayat tentang keutamaan tawakkal sangat
banyak dan sudah diketahui bersama.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : « عُرِضَتْ
عَلَىَّ الأُمَمُ ، فَجَعَلَ النَّبِىُّ وَالنَّبِيَّانِ يَمُرُّونَ مَعَهُمُ
الرَّهْطُ ، وَالنَّبِىُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ ، حَتَّى رُفِعَ لِى سَوَادٌ
عَظِيمٌ ، قُلْتُ : مَا هَذَا ؟ أُمَّتِى هَذِهِ ؟ قِيلَ : هَذَا مُوسَى
وَقَوْمُهُ . قِيلَ : انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ . فَإِذَا سَوَادٌ يَمْلأُ الأُفُقَ
، ثُمَّ قِيلَ لِى : انْظُرْ هَاهُنَا وَهَاهُنَا فِى آفَاقِ السَّمَاءِ فَإِذَا
سَوَادٌ قَدْ مَلأَ الأُفُقَ قِيلَ هَذِهِ أُمَّتُكَ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ
هَؤُلاَءِ سَبْعُونَ أَلْفاً بِغَيْرِ حِسَابٍ ، ثُمَّ دَخَلَ وَلَمْ يُبَيِّنْ
لَهُمْ فَأَفَاضَ الْقَوْمُ وَقَالُوا : نَحْنُ الَّذِينَ آمَنَّا بِاللَّهِ ،
وَاتَّبَعْنَا رَسُولَهُ ، فَنَحْنُ هُمْ أَوْ أَوْلاَدُنَا الَّذِينَ وُلِدُوا
فِى الإِسْلاَمِ ؟ فَإِنَّا وُلِدْنَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ . فَبَلَغَ النَّبِىَّ
صلى الله عليه وسلم فَخَرَجَ فَقَالَ : هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ
يَتَطَيَّرُونَ ، وَلاَ يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ » . فَقَالَ
عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ : أَمِنْهُمْ أَنَا يا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ :«
نَعَمْ » . فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ : أَمِنْهُمْ أَنَا ؟ قَالَ :« سَبَقَكَ
عُكَّاشَةُ » .
(74) Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu 'anhuma ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Berbagai umat ditunjukkan kepadaku, lalu ada seorang dan dua orang
nabi yang lewat dengan beberapa orang pengikut, dan ada seorang nabi tanpa
seorang pun pengikut. Kemudian ditampakkan kepadaku sejumlah besar orang. Aku
bertanya, "Siapa mereka ini? Apakah ini umaku?” Lalu dikatakan, “Ini
adalah Musa dan kaumnya.” Kemudian dikatakan (kepadaku), “Lihatlah ke ufuk
(ujung langit)!” Maka tampak sejumlah besar orang yang memenuhi ufuk. Lalu
dikatakan lagi kepadaku, “Lihatlah ke sebelah sana dan sebelah situ di beberapa
ufuk langit!” Ternyata ada pula sejumlah besar orang yang memenuhi ufuk. Kemudian
dikatakan (keadaku), “Ini umatmu, dan di antara mereka ada 70.000 orang yang
masuk surga tanpa hisab.” Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
masuk ke dalam rumah dan tidak menerangkan kepada para sahabat (siapa mereka
itu). Maka orang-orang sibuk membicarakan. (Di antara mereka) ada yang berkata,
“Kita adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya,
maka mungkin mereka itu adalah kita atau anak-anak kita yang lahir di atas
Islam, karena kita lahir di atas Jahiliyyah?” Maka sampailah berita itu kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau pun keluar dan bersabda, “Mereka
adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah (dijampi-jampi penyakitnya), tidak
merasa sial (dengan sesuatu), tidak mengobati luka mereka dengan besi panas,
dan mereka bertawakkal kepada Tuhan mereka.” Lalu Ukkasyah bin Muhshan
berkata, “Apakah aku termasuk mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya.”
Lalu ada lagi yang berdiri dan berkata, “Apakah aku juga termasuk mereka?”
Beliau menjawab, “Kamu telah didahului oleh Ukkasyah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Fawaid:
1. Tingginya kedudukan Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Keutamaan umat Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan bahwa umat Beliau lebih banyak di antara umat para nabi
yang lain.
3. Tolok ukur kebenaran, bukanlah banyaknya
orang yang mengikuti, karena di antara para nabi ada yang pengikutnya hanya
seorang atau dua orang, bahkan ada yang tidak punya pengikut sama sekali.
4. Nikmat
Allah untuk umat ini, dan bahwa umat ini adalah umat yang mendapat rahmat,
dimana di antara mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab.
5. Keutamaan para sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
6. Keutamaan Ukkasyah radhiyallahu ‘anhu.
7. Keutamaan orang-orang yang lahir di masa
Islam dan belum tersentuh dengan kotoran perbuatan kaum Jahiliyyah.
8. Bolehnya berijtihad dalam masalah yang tidak
ada nashnya untuk mencapai ke arah kebenaran.
9. Termasuk metode mengajar adalah membuat
kondisi yang menimbulkan pertanyaan dan membiarkan para siswa mengkaji,
selanjutnya memberian jawaban yang benar.
10. Keutamaan tawakkal kepada Allah dan
bersandar kepada-Nya dalam mendatangkan manfaat atau menghindarkan madharat.
11. Ruqyah ada yang masyru’ (disyariatkan),
yaitu jika menggunakan doa-doa yang diambil dari Al Qur’an atau hadits, dan ada
pula yang ghairu masyru (tidak disyariatkan), yaitu jampi-jampi yang di dalamnya
mengandung kemusyrikan.
12. Haramnya merasa sial dengan sesuatu dan
bersikap pesimis.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَقُولُ: «اللهُمَّ لَكَ
أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ
خَاصَمْتُ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْ
تُضِلَّنِي، أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لَا يَمُوتُ، وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ
يَمُوتُونَ»
(75) Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa, “Ya Allah,
kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal,
kepada-Mu aku bertawakkal, kepada-Mu aku kembali, dan karena Engkau aku bertengkar
dengan musuh. Ya Allah, aku berlindung kepada keperkasaan-Mu agar Engkau tidak
menyesatkan diriku, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau
Mahahidup dan tidak akan mati, sedangkan manusia dan jin akan mati.” (HR.
Bukhari dan Muslim, lafaz ini adalah lafaz Muslim, dan Bukhari menyebutkannya
secara ringkas).
Fawaid:
1. Kembali kepada Allah, bergantung kepada-Nya,
dan mencari kemuliaan kepada-Nya. Barang siapa yang mencari kemulian kepada
selain-Nya, maka dia akan hina, dan barang siapa yang mencari petunjuk selain
petunjuk-Nya, maka dia akan tersesat.
2. Wajibnya bertawakkal kepada Allah Azza wa
Jalla, dan bahwa semua selain Allah akan binasa, oleh karena itu tidak pantas
bersandar kepada selain-Nya.
3. Anjuran mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengucapkan doa yang padat ini; yang menunjukkan kebenaran iman dan
keyakinan.
Bersambung…
Marwan bin Musa
Maraji': Tathriz Riyadh Ash Shalihin (Syaikh Faishal bin Abdul
Aziz An Najdiy), Syarh Riyadh Ash Shalihin (Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin), Bahjatun Nazhirin
(Salim bin ’Ied Al Hilaliy), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.45, dll.
[i] Yakin adalah
kuatnya iman dan keteguhan, sehingga seseorang seakan-akan menyaksikan langsung
apa yang Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan karena
kuatnya keyakinan.
Tawakkal adalah seseorang bersandar kepada
Rabbnya Azza wa Jalla lahir maupun batin dalam mendatangkan manfaat dan
menghindarkan madharat (bahaya). (Lihat Syarh Riyadhush Shalihin 1/283)