بسم
الله الرحمن الرحيم
Kumpulan Hadits Tentang Tauhid (1)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini kumpulan hadits tentang tauhid dan
bahaya syirk. Kami kumpulkan hadits-haditsnya agar kita dapat mencapai
kesempurnaan tauhid dan terhindar dari syirk.
Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas
karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
TAUHID[i]
ADALAH HAK ALLAH YANG HARUS DIPENUHI HAMBA
عَنْ مُعَاذٍ - رضى الله عنه - قَالَ : كُنْتُ رِدْفَ النَّبِىِّ صلى
الله عليه وسلم عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ ، فَقَالَ :« يَا مُعَاذُ ،
هَلْ تَدْرِى حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ ؟ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى
اللَّهِ ؟ » . قُلْتُ : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ . قَالَ :« فَإِنَّ حَقَّ
اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِه شَيْئاً ،
وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ
شَيْئاً » . فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَفَلاَ أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ ؟
قَالَ :« لاَ تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا ».
Dari Mu’adz
radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Aku pernah dibonceng Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam di atas sebuah keledai yang bernama ‘Ufair, lalu Beliau bersabda,
“Wahai Mu’adz, tahukah kamu hak Allah yang wajib dipenuhi hamba-hamba-Nya? Dan
apa hak hamba yang pasti dipenuhi Allah?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya hak Allah yang wajib dipenuhi
hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu, dan hak hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah Dia tidak akan mengazab
orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” Aku berkata, “Wahai
Rasulullah, bolehkah aku beritahukan kabar gembira ini kepada manusia?” Beliau
menjawab, “Tidak perlu kamu sampaikan, nanti mereka akan bersandar." (HR.
Bukhari dan Muslim)
KEUTAMAAN TAUHID, DIMANA DOSA-DOSA
DAPAT TERHAPUS OLEHNYA
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ عَنِ
النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : « مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ،
وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ ، أَلْقَاهَا إِلَى
مَرْيَمَ ، وَرُوحٌ مِنْهُ ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ ، أَدْخَلَهُ
اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ » .
Dari Ubadah bin Ash
Shaamit radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Barang siapa bersaksi bahwa
tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, demikian pula
bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya, dan kalimat-Nya yang
disampaikan kepada Maryam, dan dengan tiupan ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa
surga adalah benar dan neraka adalah benar, maka Allah akan memasukkannya ke
dalam surga bagaimana pun amal yang dikerjakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
MENGAMALKAN TAUHID DENGAN
SEBENAR-BENARNYA DAPAT MEMASUKKAN SESEORANG KE SURGA TANPA HISAB
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم : « عُرِضَتْ عَلَىَّ الأُمَمُ ، فَجَعَلَ النَّبِىُّ
وَالنَّبِيَّانِ يَمُرُّونَ مَعَهُمُ الرَّهْطُ ، وَالنَّبِىُّ لَيْسَ مَعَهُ
أَحَدٌ ، حَتَّى رُفِعَ لِى سَوَادٌ عَظِيمٌ ، قُلْتُ : مَا هَذَا ؟ أُمَّتِى
هَذِهِ ؟ قِيلَ : هَذَا مُوسَى وَقَوْمُهُ . قِيلَ : انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ .
فَإِذَا سَوَادٌ يَمْلأُ الأُفُقَ ، ثُمَّ قِيلَ لِى : انْظُرْ هَاهُنَا
وَهَاهُنَا فِى آفَاقِ السَّمَاءِ فَإِذَا سَوَادٌ قَدْ مَلأَ الأُفُقَ قِيلَ
هَذِهِ أُمَّتُكَ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ هَؤُلاَءِ سَبْعُونَ أَلْفاً
بِغَيْرِ حِسَابٍ ، ثُمَّ دَخَلَ وَلَمْ يُبَيِّنْ لَهُمْ فَأَفَاضَ الْقَوْمُ
وَقَالُوا : نَحْنُ الَّذِينَ آمَنَّا بِاللَّهِ ، وَاتَّبَعْنَا رَسُولَهُ ،
فَنَحْنُ هُمْ أَوْ أَوْلاَدُنَا الَّذِينَ وُلِدُوا فِى الإِسْلاَمِ ؟ فَإِنَّا
وُلِدْنَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ . فَبَلَغَ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم فَخَرَجَ
فَقَالَ : هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ ، وَلاَ
يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ » . فَقَالَ عُكَّاشَةُ بْنُ
مِحْصَنٍ : أَمِنْهُمْ أَنَا يا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ :« نَعَمْ » . فَقَامَ
آخَرُ فَقَالَ : أَمِنْهُمْ أَنَا ؟ قَالَ :« سَبَقَكَ عُكَّاشَةُ » .
Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu 'anhuma ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Umat-umat ditunjukkan kepadaku, lalu ada seorang dan dua orang nabi yang lewat
dengan beberapa orang pengikut, dan ada seorang nabi tanpa seorang pun
pengikut. Kemudian ditampakkan kepadaku sejumlah besar orang. Aku bertanya,
"Apa ini? Apakah ini umaku?” Maka dikatakan, “Ini adalah Musa dan
kaumnya.” Kemudian dikatakan (kepadaku), “Lihatlah ke ufuk (ujung langit)!”
Maka tampak sejumlah besar orang yang memenuhi ufuk. Lalu dikatakan kepadaku,
“Lihatlah ke sebelah sana
dan sebelah situ di beberapa ufuk langit!” Ternyata ada pula sejumlah besar
orang yang memenuhi ufuk. Maka dikatakan (keadaku), “Ini umatmu, dan dari
mereka itu ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab.” Kemudian
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke dalam rumah dan tidak
menerangkan kepada para sahabat (siapa mereka itu). Maka orang-orang sibuk
membicarakan. (Di antara mereka) ada yang berkata, “Kita adalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya, maka mungkin mereka itu
adalah kita atau anak-anak kita yang lahir di atas Islam, karena kita lahir di
atas Jahiliyyah?” Maka sampailah berita itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, Beliau pun keluar dan bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang
tidak meminta ruqyah (dijampi-jampi penyakitnya), tidak merasa sial (dengan
sesuatu), tidak mengobati luka mereka dengan besi panas dan bertawakkal kepada
Tuhan mereka.” Lalu Ukkasyah bin Muhshan berkata, “Apakah aku termasuk
mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya.” Lalu ada lagi yang berdiri
dan berkata, “Apakah aku juga termasuk mereka?” Beliau menjawab, “Kamu telah
didahului oleh Ukkasyah.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
TAKUT TERHADAP SYIRK
عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ
الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ
قَالَ الرِّيَاءُ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ تُجَازَى
الْعِبَادُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ
بِأَعْمَالِكُمْ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ
جَزَاءً.
Dari
Mahmud bin Labid ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa kamu adalah syirk kecil.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa syirk kecil
itu?” Beliau menjawab, “Riya (beramal agar dipuji manusia). Sesungguhnya Allah
Tabaaraka wa Ta'aala akan berfirman pada hari manusia dibalas dengan amalnya,
“Pergilah kamu kepada orang-orang yang kamu riya’ (kepada mereka) dengan amalmu
di dunia. Lihatlah! Apakah kamu mendapatkan balasan dari mereka.” [HR. Ahmad, dan dinyatakan shahih oleh Al
Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 1555].
MENJAGA TAUHID HINGGA AKHIR HAYAT
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا
يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ
النَّارَ
Dari
Jabir bin Abdullah ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Barang siapa bertemu Allah dalam keadaan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka dia masuk surga, dan barang siapa yang
bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka ia akan
masuk neraka.” [HR. Muslim].
PENYESALAN PENGHUNI NERAKA AKIBAT
MENOLAK TAUHID
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِأَهْوَنِ أَهْلِ
النَّارِ عَذَابًا لَوْ كَانَتْ لَكَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا أَكُنْتَ
مُفْتَدِيًا بِهَا فَيَقُولُ نَعَمْ فَيَقُولُ قَدْ أَرَدْتُ مِنْكَ أَهْوَنَ مِنْ
هَذَا وَأَنْتَ فِي صُلْبِ آدَمَ أَنْ لَا تُشْرِكَ أَحْسِبُهُ قَالَ وَلَا
أُدْخِلَكَ النَّارَ فَأَبَيْتَ إِلَّا الشِّرْكَ
Dari
Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Beliau bersabda: Allah
Tabaaraka wa Ta'aala berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan
azabnya, “Jika seandainya dunia serta seisinya milikmu, maukah kamu menebus
dirimu dengannya?” Ia menjawab, “Ya.” Allah berfirman, “Sungguh, Aku telah
menginginkan darimu yang lebih ringan dari itu ketika kamu masih di tulang
shulbi Adam, yaitu agar kamu tidak berbuat syirk –rawi hadits ini berkata,
“Saya kira Beliau menyebutkan pula firman-Nya (dalam hadits qudsi ini), “Dan
Aku tidak akan memasukkan kamu ke neraka. Tetapi kamu tidak menginginkan selain
berbuat syirk.” [HR. Muslim].
TAUHID, PRIORITAS UTAMA DALAM DAKWAH
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ مُعَاذًا قَالَ بَعَثَنِي رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ
اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ
فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ
عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ
فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ
دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
Dari
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Mu’adz berkata, “Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam pernah mengutusku (ke Yaman), Beliau bersabda, “Sesungguhnya
engkau akan mendatangi segolongan Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada
persaksian Laailaahaillallah (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain
Allah) dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka menaatimu dalam hal itu, maka
beritahukanlah kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima
waktu dalam sehari-semalam. Jika mereka menaatimu dalam hal itu, maka
beritahukanlah kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan zakat kepada mereka yang
diambil dari orang yang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang yang
fakir di antara mereka. Jika mereka menaatimu juga dalam hal itu, maka
hindarilah harta pilihan mereka, dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang
terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Bersambung…
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Kitabut Tauhid (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), Maktabah
Syamilah, Mausu'ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam),
dll.
[i] Tauhid artinya
mengesakan Allah baik dalam rububiyyah, uluhiyyah maupun asmaa’ wa shifat.
Tauhid dalam rububiyyah maksudnya meyakini bahwa Allah adalah Rabbul ‘aalamin,
yakni yang menciptakan, yang memberi rezeki, yang mengatur, yang mengurus dan
menguasai alam semesta. Tauhid dalam uluhiyyah maksudnya, mengarahkan segala
macam ibadah hanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, seperti berdoa, ruku dan
sujud, menyembah, berkurban, meminta pertolongan dan perlindungan, dsb.
Sedangkan tauhid dalam Asmaa’ wa Shifat adalah dengan menetapkan nama-nama dan
sifat-sifat yang Allah tetapkan dalam Al Qur’an dan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam tetapkan dalam As Sunnah tanpa menta’wil, mentamtsil
(menyerupakan dengan makhluk), menta’thil (meniadakan) dan mentakyif
(menanyakan bagaimana hakikatnya), serta mensucikan-Nya dari segala aib dan
kekurangan (lihat ‘Aqidatut Tauhid oleh Dr. Shalih Al Fauzan).
1 komentar:
asslamu'alaikum ya ustadz marwan
Posting Komentar