بسم الله الرحمن الرحيم
STOP FITNAH!
Sikap Yang Telah Dilupakan Ketika Ada Isu dan Berita Miring
Ketika mulut tidak dijaga, mudah sekali jatuh ke dalam maksiat lisan
seperti ghibah, namimah (mengadu domba), dan dusta. Yang demikian karena memang
lisan adalah anggota badan yang paling mudah digerakan, tetapi tahukah kita
bahwa lisan adalah anggota badan yang paling banyak menjatuhkan manusia ke
jurang neraka.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Mu’adz,
كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا
"Jaga ini!"
Beliau berisyarat ke lisannya.
Muadz balik berkata, "Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa
karena ucapan yang kita sampaikan?"
Saat itu Muadz memandang aneh karena bagaimana lisan yang kecil ini bisa
membuat seseorang disiksa di neraka.
Maka Beliau bersabda,
ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ
- أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ - إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
".
"Aduh Muadz, ibumu malang sekali karena kehilangan dirimu. Bukankah
banyak manusia yang dijungkirbalikkan di atas wajah atau hidungnya karena ulah
lisannya." (Hr. Tirmidzi, dan ia menyatakan hasan shahih)
Beliau juga bersabda,
«إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا
بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ»
“Sesungguhnya seorang hamba
benar-benar mengucapkan kalimat yang tidak diperhatikan (bahaya)nya, padahal
karena kalimat itu ia tergelincir ke dalam neraka melebihi jauhnya antara timur
dan barat.” (Muttafaq ‘alaih)
Demikian juga jika kita perhatikan keadaan di zaman sekarang, berita mudah
tersebar tanpa diperiksa lebih dulu kebenarannya. Apa saja yang didengarnya
langsung ia sampaikan tanpa memeriksa dahulu kebenarannya, padahal Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«كَفَى
بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ»
“Cukuplah seseorang dianggap pendusta ketika menyampaikan semua
yang didengarnya.” (Hr. Muslim dari Abu Hurairah)
Apalagi berita mengenai kehormatan seseorang, dengan mudahnya tersebar
tanpa tabayyun terlebih dahulu, sepertinya tidak ingat firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ
فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Qs. Al Hujurat: 6)
وَلَوْلَا إِذْ
سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ
هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ (16) يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ
أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (17)
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu:
"Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Mahasuci Engkau
(ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar."---Allah memperingatkan kamu
agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu
orang-orang yang beriman.” (Qs. An Nuur: 16-17)
Al Hasan Al Basri rahimahullah berkata,
"Ghibah (membicarakan orang lain) ada tiga macam dan semuanya
disebutkan dalam kitabullah (terkait keharaman dan dosanya yang besar-pent),
yaitu ghibah, ifk, dan buhtan.
Adapun ghibah, yaitu engkau membicarakan tentang saudaramu terkait keadaan
dirinya.
Ifk adalah engkau membicarakan saudaramu menurut berita yang sampai
kepadamu (tanpa tabayyun)
Sedangkan buhtan adalah engkau membicarakan saudaramu namun tidak sesuai
kenyataannya."
(Tafsir Al Qurthubi 16/335)
Ketiga-tiganya adalah dosa besar. Jika sesuai kenyataannya disebut ghibah,
dan Allah mengumpamakan orang yang mengghibahi orang lain seperti memakan
daging saudara yang telah meninggal. Dan jika tidak sesuai dengan kenyataannya
disebut Buhtan (dusta).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ
إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ
اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ *
“Tahukah kamu apa itu
ghibah?” Para shahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau
menjawab, “Kamu sebutkan tentang saudaramu hal yang tidak disukainya,” Beliau
pun ditanya, “Bagaimana jika keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku
katakan?” Beliau menjawab, “Jika sesuai yang kamu katakan maka kamu telah
mengghibahnya, namun jika tidak demikian keadaan saudaramu maka kamu telah
berdusta terhadapnya.” (HR. Muslim)
Tidakkah mereka yang membicarakan saudaranya –apalagi secara dusta- takut
terkena sabda Rasululah shallalahu alaihi wa sallam,
َمَنْ قَالَ فِي
مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيهِ أَسْكَنَهُ اللَّهُ رَدْغَةَ الْخَبَالِ حَتَّى
يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ
“Barang siapa yang berkata tentang seorang mukmin sesuatu yang
tidak ada padanya, maka Allah akan menempatkan orang itu ke dalam Radghah Al
Khabal (cairan yang keluar dari tubuh penghuni neraka) sampai ia keluar dari
pernyataannya itu (dengan bertobat dan meminta maaf).” (Hr. Abu Dawud dan
dishahihkan oleh Al Albani)
Maka berhentilah mereka dari sikap seperti jika mereka sebagai orang-orang
yang beriman.
Akhukum fillah Marwan Hadidi