بسم
الله الرحمن الرحيم
Dzikr Setelah Shalat
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut dzikr setelah shalat yang diajarkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah menjadikan penulisan
risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Dzikr setelah shalat
Telah datang
riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan dzikr dan doa
setelah Beliau salam, dimana seorang yang selesai shalat disunahkan membacanya.
Berikut ini sebagian di antaranya:
1. Dari Tsauban
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika selesai shalat beristighfar kepada Allah (mengucapkan astaghfirullah)
sebanyak tiga kali, kemudian mengucapkan,
اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا
الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
”Ya Allah, Engkau Maha Penyelamat,
dari-Mulah keselamatan, Maha banyak kebaikannya Engkau, wahai Pemilik keagungan
dan kemuliaan.” (HR. Jamaah selain Bukhari. Imam Muslim menambahkan, “Al Walid
berkata, “Aku bertanya kepada Al Auza’i, “Bagaimana istighfar itu?” Ia
menjawab, “Yaitu mengucapkan, “Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah.”(artinya:
aku memohon ampun kepada Allah)).
Jika sebagai imam, maka setelah membaca dzikr di atas,
hendaknya ia berbalik menghadap ke arah makmum[i].
2. Dari Mughirab
bin Syu’bah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah shalat fardhu
mengucapkan,
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا
مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Artinya: “Tidak
ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya,
milik-Nya kerajaan dan milik-Nya segala pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala
sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan
tidak ada yang dapat memberikan jika Engkau menghalangi serta tidaklah
bermanfaat bagi seseorang kekayaannya (yang bermanfaat adalah iman dan amal
saleh).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah
bin Az Zubair ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
salam di akhir shalat mengucapkan,
لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ
الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Artinya: “Tidak ada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya
kerajaan dan milik-Nya pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada
daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah. Tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah, dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya. Milik-Nya
kenikmatan, karunia, dan pujian yang baik. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah sambil beribadah hanya kepada-Nya meskipun orang-orang kafir
tidak menyukainya.” (HR. Ahmad, Muslim, Muslim, Abu Dawud, dan Nasa’i).
Dari Abdurrahman bin Ghanam, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang sebelum
berbalik dan melipat kakinya pada shalat Subuh dan Maghrib membaca,
لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
بِيَدِهِ الْخَيْرُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Tidak ada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya
kerajaan dan milik-Nya pujian. Di Tangan-Nya segala kebaikan; Dia menghidupkan
dan mematikan. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Sebanyak 10 kali, maka akan dicatat pada
setiap masing-masingnya sepuluh kebaikan, dihapus sepuluh kesalahan,
ditinggikan sepuluh derajat, menjadi penjaganya dari hal-hal yang tidak
dinginkan dan penjaganya dari setan yang terkutuk, dan tidak berhak sebuah dosa
membinasakannya kecuali dosa syirk. Ia juga akan menjadi manusia paling baik
amalnya, kecuali ada orang yang mengunggulinya dalam ucapan itu.” (HR. Ahmad
dan Tirmidzi, namun Tirmidzi tidak menyebutkan kata “Biyadihil khair,” dan
dinyatakan hasan lighairih oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar
Risalah).
3. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang bertasbih (mengucapkan Subhaanallah) setelah shalat
33 kali, bertahmid kepada Allah (mengucapkan Alhamdulillah) 33 kali, dan
bertakbir (mengucapkan Allahu akbar) 33 kali, sehingga menjadi 99 kali,
kemudian ia sempurnakan menjadi seratus dengan mengucapkan,
لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Tidak ada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya
kerajaan dan milik-Nya pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Maka akan diampuni dosa-dosanya
meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)
Dosa-dosa di sini adalah dosa-dosa
kecil.
Dari Ka’ab bin Ujrah, dari Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
مُعَقِّبَاتٌ لَا يَخِيبُ قَائِلُهُنَّ - أَوْ فَاعِلُهُنَّ - دُبُرَ
كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ، ثَلَاثٌ وَثَلَاثُونَ تَسْبِيحَةً، وَثَلَاثٌ
وَثَلَاثُونَ تَحْمِيدَةً، وَأَرْبَعٌ وَثَلَاثُونَ تَكْبِيرَةً
“Kalimat setelah fardhu yang
beriringan; dimana orang yang mengucapkannya atau mengamalkannya tidak akan
rugi, yaitu bertasbih sebanyak 33 kali, bertahmid 33 kali, dan bertakbir 34
kali.” (HR. Muslim)
Dari Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
«خَصْلَتَانِ، أَوْ خَلَّتَانِ لَا يُحَافِظُ عَلَيْهِمَا عَبْدٌ
مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ، هُمَا يَسِيرٌ، وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا
قَلِيلٌ، يُسَبِّحُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا، وَيَحْمَدُ عَشْرًا،
وَيُكَبِّرُ عَشْرًا، فَذَلِكَ خَمْسُونَ وَمِائَةٌ بِاللِّسَانِ، وَأَلْفٌ وَخَمْسُ
مِائَةٍ فِي الْمِيزَانِ، وَيُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ إِذَا أَخَذَ
مَضْجَعَهُ، وَيَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَيُسَبِّحُ ثَلَاثًا
وَثَلَاثِينَ، فَذَلِكَ مِائَةٌ بِاللِّسَانِ، وَأَلْفٌ فِي الْمِيزَانِ»
“Dua
perkara yang jika dijaga oleh seorang hamba yang muslim akan memasukkannya ke
surga. Kedua perkara itu mudah, namun yang mengamalkannya sedikit, yaitu
bertasbih 10 kali di akhir shalat, bertahmid 10 kali, dan bertakbir 10 kali.
Itu semua menjadi 150 di lisan dan 1500 di timbangan. Dia juga bertakbir
sebanyak 34 kali ketika di tempat tidur, bertahmid 33 kali, dan bertasbih 33
kali. Itu semua menjadi 100 di lisan dan 1000 di timbangan.” (HR. Abu Dawud,
Nasa’i, dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
Abdullah
bin Amr menyatakan, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menghitung kalimat itu dengan tangannya (jarinya).” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi)
Dari
Ali radhiyallahu ‘anhu, ketika itu ia bersama istrinya Fathimah radhiyallahu
‘anha datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta pembantu untuk
meringankan sebagian pekerjaan mereka, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menolaknya dan bersabda, “Maukah kamu berdua aku beritahukan sesuatu yang
lebih baik daripada apa yang kamu minta?” Mereka berdua menjawab, “Ya.”
Beliau bersabda, “(Yaitu mengucapkan) kalimat yang diajarkan kepadaku oleh
Jibril alaihis salam; kamu berdua bertasbih setelah shalat 10 kali, bertahmid
10 kali, dan bertakbir 10 kali. Dan ketika kamu menuju tempat tidur, maka kamu
bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, dan bertakbir 34 kali.” Ali berkata,
“Demi Allah, aku tidak pernah meninggalkannya sejak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengajarkannya kepadaku.”
4. Dari Abu Umamah, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membaca Ayat
Kursi setelah shalat, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain
kematian.” (HR. Nasa’i, Ibnu Hubban, dan Thabrani, dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6464)
Ayat kursi adalah surat Al Baqarah
ayat 255.
Dari Al Hasan bin Ali ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang
membaca Ayat Kursi setelah shalat fardhu, maka ia berada dalam perlindungan
Allah sampai shalat berikutnya.” (HR. Thabrani dalam Al Kabir, dan
dinyatakan isnadnya hasan oleh Al Haitsami dalam Majma’uz Zawaid
2/148)
5. Dari Uqbah bin Amir ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku membaca mu’awwidzatain
(surat Al Falaq dan An Naas) setelah shalat.” Dalam lafaz Ahmad dan Abu Dawud
disebutkan, “Membaca mu’awwidzat (surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas).”
(HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim).
6.
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika salam dari shalat Subuh mengucapkan,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا،
وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta
kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.” (HR.
Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani).
Marwan bin Musa
Maraji': Al Maktabatusy Syamilah versi 3.45, Fiqhus Sunah (Syaikh Sayyid
Sabiq), Majma’uz Zawaid (Ali bin Abu Bakr Al Haitsami), Hishnul
Muslim (Dr. Sa’id Al Qahthani), dll.
[i] Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata, “Sepatutnya bagi makmum tidak bangkit sampai imam berpaling,
yakni berpindah dari arah kiblat (menghadap makmum), dan tidak patut bagi imam
duduk setelah salam terus-menerus menghadap kiblat kecuali seukuran istighfar
tiga kali dan mengucapkan, “Allahumma antas salaam wa minkas salam,
tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam.”
Dari
Samurah bin Jundab ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila
telah selesai shalat, maka Beliau menghadap kami dengan wajahnya.” (HR.
Bukhari)