بسم
الله الرحمن الرحيم
Syarah Kitab Tauhid (9)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut
lanjutan syarah (penjelasan) ringkas terhadap Kitab Tauhid karya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, yang
kami rujuk kepada kitab Al Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At Tauhid karya
Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah, semoga Allah menjadikan
penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
**********
BAB : TAFSIRAN TAUHID
DAN SYAHADAT LAAILAAHAILLALLAH
Allah Ta’ala berfirman,
اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ
اللهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَهًا
وَاحِدًا لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka
menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah dan (mereka juga mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka
hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah: 31)
**********
Firman Allah
Ta’ala, “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai Tuhan selain Allah,” yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Mereka menjadikan tokoh-tokoh mereka sebagai tuhan selain Allah dalam
arti yang menetapkan syariat untuk mereka; yang menghalalkan dan mengharamkan.
Padahal yang berhak menetapkan syariat hanyalah Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Bahkan apa saja yang dihalalkan oleh tokoh-tokoh mereka, maka mereka
mengikutinya meskipun hal itu diharamkan Allah. Dan apa saja yang diharamkan oleh tokoh-tokoh
mereka, maka mereka mengikutinya meskipun hal itu dihalalkan Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Di antara kaum yang mengikuti jejak mereka (Yahudi dan Nasrani) adalah
orang-orang Syi’ah. Apa saja yang dihalalkan oleh imam-imam mereka, meskipun
diharamkan Allah, maka mereka ikuti. Dan apa saja yang diharamkan oleh
imam-imam mereka, maka mereka haramkan, meskipun hal itu dihalalkan Allah
Subhanaahu wa Ta’ala.
Orang-orang
Nasrani juga menuhankan Al Masih putera Maryam dengan menyembah dan beribadah
kepadanya. Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan hanya menyembah dan
beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala sebagaimana yang telah disebutkan
dalam kitab-kitab mereka dan diingatkan oleh nabi-nabi mereka.
Ayat yang
disebutkan oleh penulis (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) di atas menunjukkan,
bahwa termasuk makna tauhid adalah mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam
ketaatan; hanya Allah saja yang berhak menetapkan syariat, menghalalkan dan
mengharamkan. Demikian pula menunjukkan, bahwa barang siapa mengikuti seseorang
dalam hal menghalalkan dan mengharamkan bertentangan dengan apa yang Allah
halalkan dan Allah haramkan, maka berarti dia telah menjadikannya tuhan di
samping Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Kesimpulan:
1. Termasuk kandungan tauhid adalah
menaati Allah Azza wa Jalla dalam hal menghalalkan dan mengharamkan.
2. Barang siapa yang menaati seseorang
ketika menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, maka ia sama saja
telah menjadikannya sekutu bagi Allah.
3. Bantahan terhadap orang-orang Nasrani
yang menuhankan Nabi Isa ‘alaihis salam dan menyatakan bahwa Beliau adalah anak
tuhan, padahal Isa ‘alaihi salam adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Dan bahwa
Nabi Isa ‘alaihi salam sebagaimana nabi-nabi yang lain sama-sama menyeru
manusia menyembah hanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala (Lihat QS. Al Maidah:
72).
4. Sucinya Allah dari sekutu dan
tandingan.
**********
Firman Allah
Ta’ala,
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَاداً
يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلّهِ وَلَوْ
يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ
جَمِيعاً وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
“Dan di antara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah sangat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al Baqarah: 165)
**********
Dalam ayat di
atas, Allah Subhaanahu wa Ta’ala menyebutkan keadaan kaum musyrik di dunia dan
tempat kembali mereka di akhirat, dan bahwa mereka akan menyesal dengan
penyesalan yang dalam. Yang demikian adalah karena mereka mengadakan
tandingan-tandingan bagi Allah. Mereka mencintai tandingan itu sehingga
membelanya mati-matian. Selanjutnya Allah menyebutkan keadaan orang-orang yang
beriman yang mentauhidkan-Nya, bahwa mereka mencintai Allah melebihi cintanya
orang-orang musyrik kepada tandingan-tandingan itu atau melebihi cintanya
mereka kepada Allah. Hal itu, karena kecintaan orang-orang mukmin kepada Allah
adalah murni, sedangkan kecintaan orang-orang musyrik kepada Allah bercampur
dengan kecintaan kepada tandan-tandingan. Kemudian Allah mengancam orang-orang
musyrik, bahwa kalau sekiranya mereka melihat azab yang disiapkan bagi mereka
pada hari Kiamat karena kemusyrikan mereka, tentu mereka akan menyesal
sejadi-jadinya atau mereka akan segera berhenti dari kemusyrikan itu sewaktu di
dunia.
Ayat di atas
merupakan salah satu di antara sekian ayat yang menerangkan makna tauhid, yakni
barang siapa yang mengadakan tandingan bagi Allah, dimana ia mencintainya
sebagaimana mencintai Allah, maka berarti dia telah berbuat syirk. Dari sini
kita ketahui, bahwa termasuk makna tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal
cinta semacam ini; yang menghendaki untuk memurnikan ibadah hanya kepada-Nya,
tunduk, dan menghinakan diri kepada-Nya.
Kesimpulan:
1. Termasuk makna tauhid adalah mengesakan
Allah Ta’ala dalam hal cinta yang menghendaki untuk tunduk dan menghinakan
diri.
2. Orang-orang musyrik juga mencintai
Allah, akan tetapi tidak memasukkan mereka ke dalam Islam, karena mereka
menyertakan yang lain di samping Allah dalam hal kecintaan semacam ini.
3. Syirk merupakan kezaliman, karena Allah
menyebutkan pelakunya sebagai orang-orang zalim, dan karena arti zalim adalah
menempatkan sesuatu bukan tempatnya, ketika seseorang mengarahkan ibadah bukan
kepada yang berhak diibadahi, maka berarti ia telah berbuat zalim.
4. Ancaman untuk orang-orang musyrik pada
hari Kiamat.
**********
Dalam Kitab Shahih
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Beliau bersabda,
مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مَنْ
دُونِ اللهِ، حَرُمَ مَالُهُ، وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ
“Barang siapa
yang menyatakan tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan kafir kepada
semua yang disembah selain Allah, maka harta dan darahnya menjadi terpelihara,
dan hisabnya diserahkan kepada Allah.”
Penjelasan
tentang bab ini akan diterangkan pada bab-bab selanjutnya.
**********
Hadits yang
disebutkan di atas ada dalam Shahih Muslim (23) dan Musnad Ahmad
(3/472).
Maksud, “hisabnya
diserahkan kepada Allah,” adalah bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang akan
menghisab orang yang mengucapkan kalimat tersebut (Laailaahaillallah), lalu Dia
membalasnya sesuai niat dan keyakinannya.
Dalam hadis di
atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, bahwa untuk terpelihara
harta dan darah seseorang, maka harus terpenuhi dua syarat, yaitu menyatakan
Laailaahaillallah dan kafir kepada semua yang disembah selain Allah. Jika kedua
hal ini ada pada diri seseorang, maka kita wajib menahan diri darinya secara
lahiriah, dan kita serahkan urusan batinnya kepada Allah. JIka hatinya jujur,
maka Allah akan membalasnya dengan surga yang penuh kenikmatan, dan jika
hatinya mendustakannya seperti halnya orang-orang munafik, maka Allah akan
mengazabnya dengan azab yang pedih. Adapun di dunia ini, maka kita menghukumi
atas dasar lahiriahnya.
Hadits di atas
termasuk di antara selian dalil yang menerangkan makna Laailaahaillallah,
bahwa maknanya adalah meniadakan sesembahan selain Allah dan menetapkan bahwa
yang berhak disembah hanyalah Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Kesimpulan:
1. Menyatakan Laailaahaillallah
menghendaki untuk mengingkari semua sesembahan selain Allah.
2. Barang siapa yang menyatakan
Laailaahaillallah dan mengamalkan syariatnya secara lahiriah, maka wajib
menahan diri daripadanya sampai nyata darinya perbuatan yang menyalahinya.
3. Hukum di dunia dibangun atas hal yang
tampak, adapun di akhirat maka dibangun di atas niat dan keyakinan.
4. Terpeliharanya harta dan darah seorang
muslim.
Bersambung...
Marwan
bin Musa
Maraji’:
Al
Mulakhkhash fii Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih bin Fauzan
Al Fauzan), Maktabah Syamilah
versi 3.45, dll.
0 komentar:
Posting Komentar