بسم
الله الرحمن الرحيم
Masukan dan Saran Untuk Sekolah-Sekolah Islam
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga
hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut
ini masukan dan saran untuk sekolah-sekolah Islam dari tingkat dasar hingga
perguruan tinggi, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Sekolah-sekolah
berlabel Islam di Indonesia cukup banyak. Ini menunjukkan masih adanya
kesadaran masyarakat kita terhadap agama, wal hamdulillah. Akan tetapi,
di sini saya ingin menyoroti tentang keadaan kurikulum dan kondisi lingkungan
sebagian sekolah-sekolah Islam, dimana sebagiannya ada yang hanya sekedar
berlabel Islam, namun untuk prakteknya kurang, padahal tambahan kata "Islam"
setelah kata "sekolah" menghendaki agar kurikulum dan kondisi
lingkungan sekolah itu bersesuaian dengan ajaran Islam yang bersumber dari Al
Qur'an dan As Sunnah; tidak sekedar nama. Maka di sini –sambil memohon
hidayah dan taufiq kepada Allah Azza wa Jalla-, saya ingin memberikan
masukan dan saran kepada saudara-saudara saya pengelola sekolah-sekolah Islam.
Berorientasi
Akhirat
Sekolah-sekolah
Islam hendaknya tidak hanya berorientasi kepada dunia saja, bahkan berorientasi
kepada dunia dan akhirat; sukses di dunia dan sukses pula di akhirat.
Perhatikanlah firman Allah Ta'ala,
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ
الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا
نُؤتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ
"Barang siapa yang menghendaki
keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa
yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari
keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat." (QS. Asy Syuuraa: 20)
Ayat ini
menunjukkan, bahwa orang yang mencari akhirat, maka akan memperoleh dunia juga,
tetapi orang yang mencari dunia, maka tidak akan memperoleh bagian keuntungan
di akhirat. Orang yang mencari akhirat seperti orang yang menanam padi, dimana
rumput akan tumbuh pula, tetapi orang yang mencari dunia, maka seperti orang
yang menanam rumput yang tidak mungkin padi ikut tumbuh bersamanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
mencela orang-orang yang perhatiannya tertuju kepada dunia,
تَعِسَ
عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ ، إِنْ أُعْطِىَ
رَضِىَ ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ ، تَعِسَ وَانْتَكَسَ ، وَإِذَا شِيكَ فَلاَ
انْتَقَشَ
“Celaka
hamba dinar, hamba dirham dan hamba Khamishah[i].
Jika diberi dia senang, dan jika tidak, dia marah. Celaka dan tersungkurlah,
apabila terkena duri semoga ia tidak dapat mencabutnya." (HR. Bukhari)
Oleh karena itu,
kurikulum yang dibuat hendaknya berorientasi kepada dunia dan akhirat.
Mata
Pelajaran Agama ditambah dan kemampuan di bidang agama juga ditonjolkan
Hendaknya
sekolah-sekolah Islam tidak hanya menonjolkan pengetahuan umum dan kemampuan di
bidang itu, seperti dengan memperbanyak jam pelajaran umum sedangkan jam pelajaran
diniyyah (agama) dikurangi, atau kemampuan di bidang umum ditonjolkan sedangkan
kemampuan di bidang agama sangat kurang.
Adapun mata
pelajaran diniyyah yang perlu diajarkan di sekolah-sekolah Islam di antaranya
adalah tilawah (BTAQ) dan tahfizhul Qur'an, Aqidah, Adab dan Akhlak,
Qur'an-Hadits, Fiqh, Sirah, dan bahasa Arab.
Sedangkan
kemampuan diniyyah yang perlu ditonjolkan misalnya hapal Al Qur'an sekian juz,
hapal doa-doa sesuai sunnah, mampu berkomunikasi Arab, mampu mempraktekkan
ibadah-ibadah tertentu seperti tajhizul janazah (penyelenggaraan jenazah), haji
dan umrah, dsb. Ini sekedar contoh.
Buku-buku
agama mengacu kepada Al Qur'an dan As Sunnah
Buku-buku agama
yang dipakai suatu sekolah hendaknya buku-buku yang mengacu kepada Al Qur'an
dan As Sunnah, bukan buku-buku yang mengikuti keadaan beragama masyarakat pada
umumnya, karena agama tidak mengacu ke sana, tetapi mengacu kepada firman Allah
Azza wa Jalla, sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, dan perkataan para
sahabat radhiyalllahu 'anhum serta ulama yang mengikuti jejak mereka.
Membangun
Masjid
Sekolah Islam
jika ingin membentuk generasi yang Islami hendaknya membangun masjid di dalam
lingkungannya, karena masjid memiliki peranan besar dalam membinasi sebuah
generasi. Di masjid, sebuah sekolah bisa melatih anak-anak shalat berjamaah, di
masjid guru-guru bisa memberikan taushiyah, dan di masjid para siswa dapat
diingatkan kepada Allah dan kepada akhirat.
Memperhatikan
pengamalan agama
Di samping
kurikulum yang memuat materi-materi agama yang cukup dan mengacu kepada ajaran
Islam yang murni, hendaknya kondisi lingkungan sekolah juga bersesuaian dengan
ajaran Islam. Berikut ini contohnya:
1. Ketika azan dikumandangkan, maka
guru/dosen dan siswa/mahasiswa segera memenuhi panggilan itu dengan
menghentikan aktifitas belajar-mengajar dan menuju ke masjid untuk shalat
berjamaah.
2. Tidak memajang gambar makhluk bernyawa
di dinding-dinding sekolah.
3. Pemisahan kelas antara laki-laki dan
perempuan; tidak bercampur baur.
4. Kewajiban memakai jilbab bagi akhwat.
5. Rambut siswa tidak ada yang dicukur
dengan model qaza' (mencukur sebagian rambut dan membiarkan sebagian lagi).
Melakukan
tasfiyah dan tarbiyah
Hendaknya
sekolah-sekolah Islam melakukan tasfiyah dan tarbiyah. Tasfiyah
maksudnya membersihkan ajaran agama Islam dari ajaran yang bukan dari Islam
serta membersihkan sikap dan pemikiran beragama yang salah pada siswa,
sedangkan tarbiyah maksudnya membina generasi di atas ajaran Islam yang
murni serta memperbaiki sikap dan pemikiran siswa dengan sikap dan pemikiran
yang benar.
Contoh tasfiyah
dan tarbiyah adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan keyakinan syirk dan
khurafat yang mungkin ada pada siswa dengan membinanya di atas tauhid dan
keimanan atau akidah yang benar.
2. Memperbaiki tata cara ibadah yang dilakukan
siswa yang selama ini hanya sebatas ikut-ikutan, dan membinanya dengan tata
cara ibadah yang sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
3. Memperbaiki akhlak dan kebiasaan siswa
yang sebelumnya tidak/kurang baik, dan membinanya dengan akhlak dan kebiasaan
yang baik. Dan tidak mengapa untuk tahap pertama siswa ditekan untuk
membiasakannya agar nanti siswa memiliki kebiasaan yang baik.
4. Mengajarkan pengetahuan Islam dari yang
dasar dan seterusnya.
Tanggap
terhadap kemungkaran yang dilakukan siswa
Guru-guru
hendaknya tanggap terhadap kemungkaran yang terjadi pada siswa dan tidak
membiarkannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
“Barang
siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya.
Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya dan jika ia tidak mampu, maka dengan
hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Terlebih guru-guru di sekolah adalah sebagai pembimbing
dan memiliki kemampuan untuk merubah, maka sungguh sangat buruk jika seorang pembimbing
yang memiliki kemampuan malah membiarkan peserta didiknya melakukan kemungkaran
dan tidak mengingkari. Hal ini menunjukkan ada cacat dalam keimanannya.
Terkadang di antara siswa ada yang makan atau minum
dengan tangan kiri, ada pula yang berkata-kata yang tidak baik, ada pula yang
menzalimi temannya, ada pula yang mencaci-maki, dan ada pula yang membuat
perkumpulan-perkumpulan yang tidak baik, dsb. Ini semua harus diingkari oleh
guru dan jangan sampai dibiarkan.
Membekali
dan membentengi para siswa
Hendaknya sekolah
membekali dan membentengi siswa, seperti membekali siswa dengan ilmu, akhlak,
dan keterampilan agar ia dapat menjalani hidup dan bergaul dengan baik di
masyakarat. Demikian pula hendaknya sekolah membentengi siswa dengan akidah
yang benar, ibadah yang sesuai sunnah, dan akhlak yang Islami.
Kepribadian yang
baik akan tumbuh ketika sekolah membiasakan siswa dengan akhlak yang baik, dan
mengingatkan siswa kepada Allah dan kepada negeri akhirat. Dengan diingatkannya
siswa kepada Allah, dan bahwa Allah melihat gerak-geriknya serta akan
memberikan balasan terhhadap amalnya di akhirat, maka siswa akan berusaha
menjaga dirinya dan menghiasi dirinya dengan akhlak yang Islami.
Menurut saya
–wallahu a'lam-, apa yang diserukan oleh sebagian orang agar siswa memiliki budi
pekerti dan kepribadian yang mulia tanpa dihubungkan dengan Allah dan dengan
akhirat, tidak akan efektif. Mengapa demikian? Karena siswa akan berakhlak
mulia hanya di tempat tertentu saja, ketika telah keluar daripadanya, maka ia
akan kembali berbuat buruk. Oleh karena itu, siswa harus diingatkan kepada
Allah Azza wa Jalla dan bahwa Allah selalu mengawasinya, dan jika ia berbuat buruk,
maka Allah akan memberikan balasan sesuai amal buruknya itu di akhirat nanti.
Wallahu
a'lam, wa shallallahu 'alaa Nabiyyina Muhammad wa 'ala aalihi wa shahbihi wa
sallam.
Marwan bin Musa
[i] Khamishah adalah
pakaian mewah dari wool atau lainnya yang berwarna hitam dan memiliki
corak-corak.
0 komentar:
Posting Komentar