بسم
الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah
Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
kiamat, amma ba'du:
Kita semua tentu tidak ingin jika setelah beramal saleh susah
payah kemudian amal itu menjadi sia-sia; tidak bernilai pahala, maka pada
kesempatan ini penulis akan menyebutkan beberapa sebab yang menjadikan amal
saleh menjadi sia-sia, semoga Allah menjadikan risalah ini ditulis ikhlas
karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Pengantar
Muhammad bin Malik bin Dhaigham
berkata, “Telah menceritakan kepadaku maula (tuan) kita Abu Ayyub, “Suatu hari
Abu Malik pernah berkata kepadaku, “Wahai Abu Ayyub, waspadailah bahaya nafsumu
terhadap dirimu, karena aku melihat penderitaan kaum mukmin di dunia tidak ada
habis-habisnya. Demi Allah, jika akhirat tidak datang kepada seorang mukmin
dengan membawa kebahagiaan, maka akan berkumpul padanya dua perkara;
penderitaan dunia dan kesengsaraan di akhirat.” Aku pun berkata, “Biarlah
ayahku menjadi tebusanmu, bagaimana akhirat tidak datang kepada seorang mukmin
dengan membawa kebahagiaan padahal ia telah bersusah payah menghadap Allah di
dunia dan bekerja keras?” Ia menjawab, “Wahai Abu Ayyub, apakah sudah pasti
diterima dan sudah pasti selamat?” Selanjutnya ia berkata, “Betapa banyak orang
yang menyangka bahwa dirinya telah berbuat baik, berkurban dengan baik, berniat
baik, dan beramal baik, lalu semua itu dikumpulkan pada hari Kiamat dan
dilempar ke mukanya (tidak diterima).” (Sifatush Shofwah 3/360)
Sebab Amal Menjadi
Sia-Sia
Ada beberapa penyebab
tidak diterimanya amal saleh dari seseorang, sehingga ia ibarat seorang yang
bekerja namun tidak diberi upah atau ibarat mengisi air di ember yang bocor.
Berikut beberapa sebab
tidak diterimanya amal saleh dari seseorang:
1. Tidak di atas agama
Islam atau di atas syirik kepada Allah Ta’ala
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ
يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa mencari
agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Qs. Ali Imran: 85)
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu. "Jika kamu
mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. Az Zumar: 65)
2. Membenci syariat
Islam
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ
فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
“Yang demikian itu
adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al
Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (Qs. Muhammad: 9)
3. Murtad dari Islam
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ
وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa yang kafir
sesudah beriman, maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk
orang-orang merugi.” (Qs. Al Maidah: 5)
4. Tidak Ikhlas
Dari Abu Umamah Al
Bahiliy ia berkata, “Ada seorang yang datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa
sallam dan bertanya, “Beritahukan kepadaku tentang seorang yang berperang agar
mendapatkan pahala dan disebut namanya? Apa yang dia peroleh?” Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dia tidak memperoleh apa-apa.” Orang
itu bertanya demikian tiga kali, namun Beliau tetap menjawab, “Dia tidak
memperoleh apa-apa.” Selanjutnya Beliau bersabda,
«إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا
مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا، وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ»
“Sesungguhnya Allah tidak
menerima amal selain yang ikhlas karena-Nya dan mencari keridhaan-Nya.” (Hr.
Nasa’I, dan dinyatakan hasan shahih oleh Al Albani)
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah
Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ
عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ
وَشِرْكَهُ
"Aku sangat tidak butuh kepada sekutu, siapa saja yang
beramal menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syiriknya."
(HR. Muslim)
Dari
Mahmud bin Lubaid ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “
إِنَّ
أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ
“Sesungguhnya
yang paling aku takuti menimpa kalian adalah syirk kecil.”
Para
sahabat bertanya, “Apa itu syirk kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
الرِّيَاءُ
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ
بِأَعْمَالِهِمُ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا
فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Riya.
Allah ‘Azza wa Jalla akan berfirman
kepada mereka (orang-orang yang berbuat riya’), ketika amal manusia diberi
balasan, “Pergilah kalian kepada orang yang kalian beramal karena riya kepada
mereka di dunia! Lihatlah apakah kalian mendapatkan balasa!” (HR. Ahmad dan
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1555)
Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan
kerikil; hanya memberatkannya namun tidak bermanfaat.”
Termasuk pula beramal
saleh karena dunia. Allah Azza wa Jalla berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا
نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا
وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)
“Barang siapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan.--Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Huud: 15-16)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ
وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ
وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ
“Celaka hamba dinar, hamba dirham dan hamba khamishah (pakaian
mewah). Jika diberi ia senang, jika tidak ia marah. Celakalah dan
tersungkurlah, kalau terkena duri semoga tidak tercabut.” (HR. Bukhari)
5. Kemunafikan besar
Kemunafikan besar atau
akbar adalah kemunafikan terkait akidah dengan menampakkan keislaman di luar
dan menyembunyikan kekafiran di batinnya. Allah Azza wa Jalla berfirman,
فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ
فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ
بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ
نَادِمِينَ (52) وَيَقُولُ الَّذِينَ آمَنُوا أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ
جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَأَصْبَحُوا خَاسِرِينَ
(53)
“Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera
mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, "Kami takut akan
mendapat bencana.". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan
(kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu,
mereka menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.--Dan
orang-orang yang beriman akan mengatakan, "Inikah orang-orang yang
bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar
beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi
orang-orang yang merugi.”
(Qs. Al Ahzab: 52-53)
6. Menentang Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam
Allah Azza wa Jalla
berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ
اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا
اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ
“Sesungguhnya
orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah serta
menentang Rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat
memberi mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala)
amal-amal mereka.” (Qs. Muhammad: 32)
7. Tidak memiliki adab
terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا
أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ
بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Wahai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah
kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara
sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala)
amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (Qs. Al Hujurat: 2)
8. Tidak di atas
tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا
فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang
mengerjakan amal yang tidak kami perintahkan, maka amal itu tertolak.” (Hr.
Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, sebelum
seseorang beramal, hendaknya ia tengok hatinya; apakah karena Allah atau karena
selain-Nya. Setelah itu, ia tengok amalnya, apakah ada contoh atau perintah
dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam atau tidak?
7. Bersedekah namun
dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti hati penerima
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ
يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ (263) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ
النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ
عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ
مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (264)
“Perkataan yang baik dan
pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.--Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan mengungkit-ungkitnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu jadilah dia
bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Qs. Al Baqarah: 263-264)
8. Ujub
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ،
فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ، وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ، فَكَانَ لَا
يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ: أَقْصِرْ، فَوَجَدَهُ
يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ، فَقَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي أَبُعِثْتَ
عَلَيَّ رَقِيبًا؟ فَقَالَ: وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ، أَوْ لَا يُدْخِلُكَ
اللَّهُ الْجَنَّةَ، فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا، فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ
فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا، أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي
يَدِي قَادِرًا؟ وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي،
وَقَالَ لِلْآخَرِ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ
“Ada dua orang bersaudara di tengah-tengah bani Israil, yang satu
mengerjakan dosa, sedangkan yang satu lagi rajin beribadah. Orang yang rajin
beribadah ini senantiasa memperhatikan saudaranya yang mengerjakan dosa sambil
berkata, “Berhentilah (melakukan dosa)!” Suatu ketika orang yang rajin
beribadah ini memergoki saudaranya sedang mengerjakan dosa, lalu ia berkata,
“Berhentilah melakukan dosa!” Namun saudaranya balik menjawab, “Biarkanlah aku bersama
Tuhanku, dan memangnya kamu dikirim untuk mengawasiku?” Maka orang yang rajin
beribadah itu berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu atau tidak
akan memasukkanmu ke surga.” Maka Allah mencabut nyawa keduanya, dan keduanya
berkumpul bersama di hadapan Allah. Allah berfirman kepada orang yang rajin
beribadah, “Apakah kamu mengetahui keadaan Diriku atau berkuasa terhadap apa
yang Aku lakukan dengan Tangan-Ku?” Maka Allah berfirman kepada orang yang
mengerjakan dosa, “Pergilah dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku,”
sedangkan kepada yang satu lagi Allah berfirman, “Bawalah dia ke neraka.”
Abu Hurairah
radhiyallahu anhu berkata, “Demi Allah yang nyawaku di Tangan-Nya, ia telah
mengucapkan kata-kata yang membuat dirinya binasa dunia dan akhirat.”
(Hr. Abu Dawud,
dishahihkan oleh Al Albani)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, “Jika Allah membukakan untukmu pintu shalat malam, janganlah engkau
memandang orang yang tidur dengan pandangan merendahkan.
Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa, jangan engkau memandang orang yang tidak berpuasa dengan
pandangan merendahkan.
Jika Allah membukakan untukmu pintu jihad, jangan engkau memandang orang yang tidak berjihad dengan pandangan
merendahkan.
Bisa saja orang yang tidur, yang tidak berpuasa dan yang tidak berjihad lebih dekat
kepada Allah daripada dirimu.
Kemudian beliau melanjutkan, “Engkau berada di pagi hari bangun dari tidur lalu menyesal lebih
baik dari pada berada di pagi hari dalam keadaan terjaga lalu berbangga, karena
orang yang sombong (ujub),
amalannya tidak akan naik ke sisi Allah.” (Madarijus Salikin 1/17)
9. Bersumpah mendahului
Allah Azza wa Jalla
Imam Muslim meriwayatkan
dari hadits Jundab bin Abdillah ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ
لِفُلَانٍ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ
لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ، فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ، وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ
"
Ada seorang yang
berkata, “Demi Allah! Allah tidak akan mengampuni si fulan,” maka Allah Ta’ala
berfirman, “Siapa yang bersumpah mendahuluiku, bahwa Aku tidak akan mengampuni
si fulan? Aku telah mengampuni si fulan dan Aku hapus amalmu.”
10. Melakukan perbuatan
buruk atau kezaliman
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu , bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab, “Orang bangkrut
menurut kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan barang-barang.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«المُفْلِسُ مِنْ أُمَّتِي
مَنْ يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ بِصَلَاتِهِ وَصِيَامِهِ وَزَكَاتِهِ، وَيَأْتِي قَدْ
شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ
هَذَا فَيَقْعُدُ فَيَقْتَصُّ هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ
فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْتَصّ مَا عَلَيْهِ مِنَ الخَطَايَا أُخِذَ مِنْ
خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ»
“Orang bangkrut dari
kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat dengan membawa
shalat, puasa, dan zakat, namun ia pernah mencela si fulan, menuduh si fulan,
memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, lalu orang ini duduk, maka
si fulan (yang dizaliminya) mengurangi kebaikannya, yang lain juga mengurangi
kebaikannya, dan ketika kebaikanya telah habis sebelum kesalahannya tertebus,
maka kesalahan orang-orang itu diambil dan dilimpahkan kepadanya, kemudian dia
dilemparkan ke neraka.” (Hr. Tirmidzi, dan ia menyatakan hasan shahih)
Beliau juga bersabda,
«مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ
لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ
لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ
كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ
لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ»
“Barang siapa yang
pernah berbuat zalim kepada saudaranya baik terkait dengan kehormatannya atau
lainnya, maka mintalah untuk dihalalkan (dimaaf) pada hari ini, sebelum tiba
hari tidak ada dinar dan dirham. Jika dia memiliki amal saleh, maka akan
diambil daripadanya seuai kezaliman yang dilakukannya. Tetapi jika ia tidak
memiliki kebaikan, maka akan diambil
keburukan orang lain (yang dizaliminya) dan dipikulkan kepadanya.” (Hr.
Bukhari)
11. Melanggar
larangan-larangan Allah di saat sepi
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
«لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا
مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ
بِيضًا، فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا»
“Aku benar-benar
mengetahui ada beberapa kaum dari umatku yang datang pada hari Kiamat dengan
membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lalu Allah Azza wa Jalla
menjadikannya seperti debu yang berhamburan.”
Tsauban berkata, “Wahai
Rasulullah, beritahukanlah kepada kami sifat mereka! Jelaskanlah kepada kami
agar kami tidak termasuk mereka karena kami tidak mengetahui!” Beliau bersabda,
«أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ،
وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ، وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ
أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا»
“Sesungguhnya mereka
adalah saudara-saudara kalian, dari golongan kalian, melakukan shalat malam
sebagaimana yang kalian lakukan, hanyasaja ketika menyendiri, mereka melakukan
larangan-larangan Allah.” (Hr. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
Renungan
Hendaknya kita
menyadari, bahwa sebagaimana amal saleh dapat menghapuskan keburukan, demikian
pula amal buruk dapat menghapus kebaikan. Berikut sekedar renungan agar amal
saleh kita, tidak kita hapus dengan keburukan, wallahul musta’an.
Hati-hati dengan ember
yang bocor
1. Anda belajar agama
agar disebut Ahli Ilmu, bersedekah agar disebut dermawan, dan berjihad agar
disebut pemberani (ember bocor).
2. Anda melakukan amalan
sunah seperti shalat malam dan puasa sunah, namun dalam waktu yang bersamaan anda
menyakiti tetangga. (Ember bocor)
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu ia berkata, “Ada seorang yang berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya si fulanah dikenal banyak shalatnya, puasanya, dan sedekahnya,
namun ia menyakiti tetangganya dengan lisannya?” Beliau bersabda, “Dia di
neraka.” Lalu ia bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, si fulanah dikenal kurang
puasa, sedekah, shalatnya, ia bersedekah dengan sepotong aqith (semacam keju),
dan tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya?” Beliau bersabda, “Dia di
surga.” (Hr. Ahmad, dan dinyatakan isnadnya hasan oleh para pentahqiq Musnad
Ahmad)
3. Anda mengerjakan
semua shalat, tetapi secara tidak thuma’ninah. (Ember bocor)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha, bahwa
ada seorang laki-laki masuk masjid, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam keadaan duduk di pojok masjid. Lalu orang itu shalat, kemudian
datang kepada Beliau sambi mengucapkan salam, maka Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam menjawab, “Wa alaikas salam,” dan bersabda, “Kembalilah lagi
dan lakukan shalat karena engkau belum shalat.” Maka orang itu
kembali shalat, kemudian datang kepada Beliau sambil mengucapkan salam, maka Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Wa alaikas salam,” dan bersabda,
“Kembalilah lagi dan lakukan shalat karena engkau belum shalat.”
Orang itu pun berkata pada kedua kali atau ketiga kalinya, “Ajarilah aku wahai
Rasulullah.” Beliau pun bersabda, “Jika engkau hendak shalat, maka
sempurnakanlah wudhu, lalu menghadap kiblat, kemudian bertakbirlah. Lalu
bacalah ayat Al Qur’an yang mudah bagimu, kemudian rukulah sehingga engkau
thuma’ninah ketika ruku. Lalu bangunlah, sehingga engkau berdiri lurus,
kemudian sujudlah sehingga engkau thuma’ninah dalam keadaan sujud. Kemudian
bangunlah sehingga engkau thuma’ninah dalam keadaan duduk, lalu sujudlah
sehingga engkau thuma’ninah dalam keadaan sujud, dan bangunlah sehingga engkau
thuma’niah dalam keadaan duduk. Lakukanlah seperti itu dalam semua shalatmu.” (HR.
Bukhari (6251) dan Muslim (397))
4. Anda memberikan
banyak sedekah kepada orang miskin, tetapi Anda mempermalukan mereka,
mengungkit-ungkit pemberian, dan melukai hati mereka. (Ember bocor)
7. Anda menegakkan
tahajjud di malam hari, berpuasa dan membaca Quran setiap hari tetapi Anda
memutuskan hubungan dengan kerabat Anda. (Ember bocor)
8. Anda berpuasa dan
bersabar untuk rasa lapar dan haus tetapi Anda masih saja berkata dusta. (Ember
bocor)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لمَ ْيَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ
وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْس ِللهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak
mau meninggalkan kata-kata dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak lagi
butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)
Jangan mengumpulkan
semua perbuatan baik Anda dalam ember yang bocor. Anda berjuang untuk
mengisinya, namun isinya dengan mudah habis melalui lubang yang bocor!
Sikap yang harus
dimiliki dalam beribadah
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ
وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60) أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ (61)
“Dan orang-orang yang
memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena
mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka,--Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah
orang-orang yang segera memperolehnya.” (Qs. Al Mu’minun: 60-61)
Dalam Shahih Bukhari
dari Aisyah radhiyallahu anha secara marfu (dari Nabi shallallahu alaihi wa
sallam), bahwa mereka adalah orang-orang yang berpuasa dan bersedekah, namun
mereka takut jika amal mereka tidak diterima. (Hr. Ahmad dan Tirmidzi, dan
dishahihkan oleh Al Albani)
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa
shahbihi wa sallam wal hamdulillahi Rabbil alamin.
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah versi
3.45, Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Penulis), Untaian
Mutiara Hadits (Penulis), http://www.drmalo.com/IMG/pdf/kh_muhbitat-aemaal.pdf
dll.