بسم
الله الرحمن الرحيم
Fawaid Riyadhush Shalihin (30)
Segala puji bagi Allah
Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para
sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut Fawaid (Kandungan Hadits)
Riyadhush Shalihin yang banyak kami rujuk dari kitab Bahjatun
Nazhirin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy, Syarh Riyadhush Shalihin karya
Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy, dan lainnya. Hadits-hadits di dalamnya merujuk kepada
kitab Riyadhush Shalihin, akan tetapi kami mengambil matannya
dari kitab-kitab hadits induk. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan
penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Bab:
Tentang Banyaknya Jalan-Jalan Kebaikan
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ، يُصَلُّونَ
كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ،
قَالَ: " أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ؟ إِنَّ بِكُلِّ
تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً،
وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ
صَدَقَةٌ، وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيَأتِي
أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: «أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا
فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ
كَانَ لَهُ أَجْرٌ»
(120) Dari Abu
Dzar, bahwa ada
beberapa orang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang berkata, “Wahai
Rasullah, orang-orang kaya telah pergi membawa banyak pahala; mereka shalat
sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa serta
bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” Beliau balik bersabda, “Bukankah
Allah telah mengadakan untuk kalian sesuatu yang bisa kalian sedekahkan?
Sesungguhnya ucapan tasbih adalah sedekah, ucapan takbir adalah sedekah, ucapan
tahmid adalah sedekah, ucapan tahlil (Laailaahaillallah) adalah sedekah, amar
makruf adalah sedekah, dan nahi munkar juga sedekah, bahkan dalam menggauli
istri kalian juga terdapat sedekah.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, apakah
jika salah seorang di antara kami mendatangi syahwatnya ia akan mendapatkan
pahala?” Beliau bersabda, “Bagaimana menurut kalian jika syahwatnya diletakkan
pada yang haram, bukankah ia akan mendapatkan dosa? Demikian juga jika
diletakkan pada yang halal, maka ia akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)
Fawaid:
1. Para sahabat
radhiyallahu anhum berlomba-lomba dalam kebaikan, semangatnya mereka
mengerjakan ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
2. Luasnya
cakupan ibadah dalam Islam, dan bahwa ibadah itu mencakup semua amal yang
dilakukan seorang muslim dengan niat yang baik atau ikhlas meskipun perbuatan
yang dikerjakan termasuk perbuatan yang biasa dilakukan.
3. Meninggalkan
maksiat akan diberi pahala sebagaimana mengerjakan ketaatan akan diberi pahala,
tentunya jika niatnya menjalankan ketaatan.
4. Kemudahan
Islam, dimana setiap muslim selalu mendapatkan amal yang bisa digunakan untuk mendekatkan
diri kepada Allah Ta’ala.
5. Hiburan bagi orang miskin.
6. Amalan mubah
akan menjadi ibadah apabila niatnya baik.
7. Dasar hukum
qiyas.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ لِيَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ
أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ»
(121) Dari Abu Dzar radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepadaku, “Janganlah engkau
meremehkan perbuatan baik sedikit pun, meskipun engkau hanya menemui saudaramu
dengan wajah yang berseri-seri.” (Hr. Muslim)
Fawaid:
1. Tidak menganggap remeh perbuatan baik meskipun
sedikit.
2. Anjuran membuat gembira kaum muslimin
3. Bantahan terhadap orang yang membagi Islam kepada
inti dan kulit, kemudian ia meremehkan yang dianggapnya kulit.
4. Dorongan berbuat baik sekecil apa pun.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ -
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كُلُّ سُلَامَى مِنَ
النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ» قَالَ: «تَعْدِلُ
بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا،
أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ» قَالَ: «وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ
صَدَقَةٌ، وَكُلُّ خُطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ، وَتُمِيطُ الْأَذَى
عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ»
(122) Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata,
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Setiap persendian
tubuh manusia harus bersedekah di setiap hari dimana matahari terbit. Engkau
menyelesaikan secara adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah,
engkau menolong seseorang yang berkendaraan dengan menaikkannya ke atas
kendaraannya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik[i] adalah
sedekah, setiap langkah menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan
dari jalan adalah sedekah.” (Hr. Bukhari-Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ:
إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّهُ خُلِقَ
كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِي آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلَاثِمِائَةِ مَفْصِلٍ،
فَمَنْ كَبَّرَ اللهَ، وَحَمِدَ اللهَ، وَهَلَّلَ اللهَ، وَسَبَّحَ اللهَ،
وَاسْتَغْفَرَ اللهَ، وَعَزَلَ حَجَرًا عَنْ طَرِيقِ النَّاسِ، أَوْ شَوْكَةً أَوْ
عَظْمًا عَنْ طَرِيقِ النَّاسِ، وَأَمَرَ بِمَعْرُوفٍ أَوْ نَهَى عَنْ مُنْكَرٍ،
عَدَدَ تِلْكَ السِّتِّينَ وَالثَّلَاثِمِائَةِ السُّلَامَى، فَإِنَّهُ يَمْشِي
يَوْمَئِذٍ وَقَدْ زَحْزَحَ نَفْسَهُ عَنِ النَّارِ»
Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata,
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya anak
keturunan Adam diciptakan dengan 360
ruas tulang. Barang siapa yang yang bertakbir (mengucapkan Allahu akbar),
bertahmid (mengucapkan Alhamdulillah),
bertahlil (mengucapkan Laailaahaillallah), bertasbih (mengucapkan
Subhaanallah), dan beristighfar (mengucapkan astaghfirullah), menyingkirkan
batu, duri, atau tulang dari jalan manusia, melakukan amar makruf dan nahi
munkar sebanyak 360 ruas tulang itu, maka dia sedang berjalan pada hari itu
dalam keadaan menjauhkan dirinya dari neraka.” (Hr. Muslim)
Fawaid:
1. Anjuran mendamaikan secara adil pihak yang bertikai
dan bergaul dengan mereka menggunakan akhlak yang mulia.
2. Anjuran menjaga shalat berjamaah di masjid.
3. Jumlah ruas tulang manusia yang hendaknya
dikeluarkan sedekahnya.
4. Menyebutkan amalan-amalan yang memasukkan ke surga.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ غَدَا إِلَى المَسْجِدِ وَرَاحَ، أَعَدَّ اللَّهُ
لَهُ نُزُلَهُ مِنَ الجَنَّةِ كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ»
(123) Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu alaihi
wa sallam, Beliau bersabda, “Barang siapa yang berangkat pagi atau sore ke
masjid, maka Allah akan siapkan untuknya hidangan dari surga setiap kali ia
berangkat pagi atau sore.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Fawaid:
1. Amalan hamba semuanya dijumlahkan oleh Allah
Ta’ala.
2. Keutamaan berjalan menuju masjid untuk shalat
berjamaah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «يَا نِسَاءَ المُسْلِمَاتِ، لاَ
تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا، وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ»
(124) Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu
alaihi wasallam, Beliau bersabda, “Wahai wanita muslimah, janganlah seorang
tetanggan menganggap remeh pemberian kepada tetangganya meskipun hanya berupa
kaki kambing.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Fawaid:
1. Dorongan memberi hadiah dan bersedekah meskipun
kecil.
2. Larangan bersikap bakhil.
3. Anjuran menjalin hubungan antara kaum muslimin,
khususnya dengan tetangga.
4. Tidak meremehkan perkara ma’ruf meskipun dianggap
ringan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ
- أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ - شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ،
وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ»
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam
puluh cabang lebih. Yang paling utama adalah ucapan Laailaahaillallah,
sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu
dari jalan. Malu adalah salah satu cabang keimanan.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Fawaid:
1. Iman memiliki tingkatan-tingkatan, dimana sebagiannya
di atas sebagian yang lain.
2. Iman terdiri
dari ucapan dan amalan (amalan hati dan anggota badan). Ucapan contohnya kalimat
Laailaahaillallah, sedangkan perbuatan contohnya menyingkirkan
sesuatu yang mengganggu dari jalan.
3. Iman adalah pendorong dan pengendali amal, sehingga
timbullah amal yang saleh.
4. Iman memiliki cabang, ia bisa bertambah dan
berkurang; bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
5. Iman merupakan perkara yang diusahakan. Oleh karena
itu, sepatutnya seorang hamba menjaga keimanan dan memperbaiki keislamannya
sertai mendaki tangga orang-orang mukmin agar mencapai kesempurnaan iman.
6. Malu adalah akhlak terpuji karena membuat seseorang
menjauhi perkara buruk dan mencegahnya dari mengurangi hak orang lain.
7. Cabang-cabang keimanan berupa amalan syar’i, yang terdiri
dari amalan hati, amalan lisan, dan amalan anggota badan.
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa
alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
[i] Ucapan
yang baik atau disebut kalimah thayyibah adalah setiap kalimah yang mendekatkan
diri kita kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, seperti tasbih, tahlil, takbir,
tahmid, amr ma’ruf dan nahi munkar, membaca Al Qur’an, menyampaikan ilmu dsb.