بسم
الله الرحمن الرحيم
Fawaid Riyadhush Shalihin (16)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut Fawaid (Kandungan Hadits)
Riyadhush Shalihin yang banyak kami rujuk dari kitab Syarh
Riyadhush Shalihin karya Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy, kitab
Bahjatun Nazhirin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy, dan lainnya. Hadits-hadits di dalamnya banyak merujuk kepada kitab Riyadhush
Shalihin, akan tetapi kami mengambil matannya dari kitab-kitab
hadits induk. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penyusunan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا،
قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبيِّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَوْمًا،
فَقَالَ: «يَا غُلاَمُ، إنِّي أعلّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، اِحْفَظِ
اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وإِذَا اسْتَعَنْتَ
فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ: أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ
يَنْفَعُوكَ بِشَيءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إلاَّ بِشَيءٍ قَدْ كَتَبهُ اللهُ لَكَ،
وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيءٍ
قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحفُ » . رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ، وَقَالَ: «حَدِيْثٌ
حَسَنٌ صَحِيْحٌ» وَفِي
رِوَايَةٍ غَيْرِ التَّرْمِذِيِّ: «اِحْفَظِ الله تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعرَّفْ
إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ: أنَّ مَا
أَخْطَأكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ،
وَاعْلَمْ: أنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ،
وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا» .
(62) Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Suatu hari aku berada di
belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Beliau bersabda, “Wahai
ananda, saya akan mengajarkan kamu beberapa perkara, “Jagalah (perintah) Allah,
niscaya Dia akan menjagamu[i],
Jagalah (perintah) Allah niscaya kamu akan mendapatkan-Nya di hadapanmu (dengan
memberikan pertolongan dan perlindungan). Jika kamu meminta, maka mintalah
kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada
Allah. Ketahuilah, sesungguhnya jika suatu umat berkumpul untuk memberikan
manfaat kepadamu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikit pun
kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk
mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang
telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering[ii].
(HR. Tirmidzi, ia berkata, “Hasan shahih.”)
Dalam sebuah riwayat
selain Tirmidzi[iii]
disebutkan, “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di depanmu.
Kenalilah Allah di waktu senggang[iv]
niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah, bahwa apa yang
ditetapkan tidak menimpamu, maka tidak akan menimpamu dan apa yang ditetapkan akan menimpamu, maka pasti akan
menimpamu. Ketahuilah, bahwa pertolongan bersama kesabaran, kelapangan bersama
kesempitan, dan di balik kesulitan ada kemudahan.”
Fawaid:
1. Bolehnya membonceng orang lain di atas hewan
kendaraannya.
2. Anjuran mengajarkan ilmu yang bermanfaat
kepada manusia dengan kalimat yang sederhana, padat, dan berfaedah.
3. Berusaha mendidik generasi Islam sejak dini,
karena mengajarkan ilmu di usia dini seperti mengukir di atas batu.
4. Dalam mendidik, seorang guru hendaknya berusaha
menghadirkan perhatian siswa kepadanya, atau memanfaatkan waktu-waktu pada saat
nasihatnya didengar.
5. Balasan sesuai tindakan yang dilakukan.
Barang siapa yang menjaga perintah Allah, maka Allah akan menjaganya baik dalam
urusan dunia (mencakup pula pada badannya, anaknya, istrinya, dan hartanya)
maupun agamanya (mencakup imannya dan agamanya dari berbagai syubhat dan
syahwat).
6. Seorang hamba sepatutnya berhenti di hadapan
batasan-batasan Allah dengan tidak melanggarnya. Ia juga memuliakannya, dan
tunduk kepada perintah Rabbnya lahir maupun batin.
7. Haramnya meminta kepada selain Allah dalam
hal yang tidak disanggupi kecuali hanya Dia saja, seperti meminta rezeki,
kesembuhan, kemenangan, dsb.
8. Apa yang diketahui oleh Allah atau telah
ditetapkan-Nya dalam Ummul Kitab (Lauhul Mahfuzh) pasti berlaku dan tidak akan
berubah. Apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi tidak lepas dari
pengetahun Allah Ta’ala.
9. Faedah digandengkannya pertolongan
bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan kesulitan bersama
kemudahan adalah karena kesulitan ketika semakin memuncak, dan seorang hamba
telah berputus asa dari semua makhluk, hatinya hanya bergantung kepada Allah
Ta’ala sehingga mencapai tingkatan tawakkal, maka Allah akan memberikan
kelapangan kepadanya. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS.
Ath Thalaq: 3)
9. Lemahnya makhluk dan
butuhnya mereka kepada Allah Ta’ala.
10. Seorang hamba harus
mendahulukan keridhaan Allah daripada keridhaan manusia.
11. Seorang hamba tidak
sanggup menarik manfaat untuk dirinya dan menghindarkan bahaya kecuali dengan
izin Allah Ta’ala.
12. Tipu daya pembuat
makar tidak akan menimpa kecuali kepada yang berhak selama Allah tidak
menakdirkan cobaan kepada seorang hamba.
13. Beriman kepada takdir wajib bagi seorang
hamba.
14. Berjihad fii
Sabilillah butuh kesabaran dan keteguhan, barang siapa yang sabar, maka dia
akan menang sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya: “Maka jika ada di
antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua
ratus orang kafir; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya
mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfaal: 66)
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ:
«إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالًا، هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنَ
الشَّعَرِ، إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ المُوبِقَاتِ»
(63) Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
“Sesungguhnya kalian mengerjakan perbuatan yang kalian anggap lebih tipis daripada
sehelai rambut, namun kami menganggapnya di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagai dosa-dosa yang dapat membinasakan seseorang.” (Diriwayatkan oleh
Bukhari)
Fawaid:
1. Sikap meremehkan dosa menunjukkan kurangnya
rasa takut kepada Allah Azza wa Jalla, dan merupakan tanda kemunafikan di hati.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin
saat melihat dosa-dosanya seakan-akan sedang duduk di bawah sebuah bukit; ia
khawatir bukit itu runtuh menimpanya. Akan tetapi orang yang fasik memandang
dosa-dosanya seakan-akan seperti lalat yang menempel di hidungnya.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari)
2. Peringatan agar tidak meremehkan dosa.
Sebagian ulama menjelaskan, bahwa dosa kecil bisa menjadi besar jika dilakukan terus-menerus,
meremehkannya, bangga dalam mengerjakannya, atau terang-terangan melakukannya.”
3. Keutamaan para sahabat.
4. Dalamnya pemahaman para sahabat terhadap kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَغَارُ،
وَغَيْرَةُ اللهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ»
(65) Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah cemburu. Cemburu
Allah adalah ketika seorang mukmin mengerjakan perbuatan yang diharamkan Allah
kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Fawaid:
1. Hendaknya seorang hamba menjauhi maksiat,
karena yang demikian mendatangkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla.
2. Allah Subhaanahu wa Ta’ala membenci
kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.
3. Menetapkan sifat cemburu bagi Allah
Subhanahu wa Ta’ala, namun cemburu-Nya berbeda dengan makhluk-Nya.
Bersambung…
Marwan bin Musa
Maraji': Tathriz Riyadh Ash Shalihin (Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy),
Syarh Riyadh Ash Shalihin (Muhammad bin Shalih Al Utsaimin), Bahjatun Nazhirin (Salim bin ’Ied Al
Hilaliy), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.45, dll.
[i] Baik duniamu maupun
agamamu.
[ii] Maksudnya apa yang
ditetapkan Allah Ta’ala dalam Al Lauhul Mahfuzh sudah selesai, tidak ada lagi
perubahan terhadap kalimat Allah.
[iii] Yaitu riwayat Ahmad.
[iv] Maksudnya penuhilah
hak Allah dengan diibadati tidak disekutukan, disyukuri tidak dikufuri, diingat
dan tidak dilupakan pada waktu senggang, saat kaya, dan pada waktu sehat,
niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah.
0 komentar:
Posting Komentar