بسم
الله الرحمن الرحيم
Fawaid Riyadhush Shalihin (18)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut Fawaid (Kandungan Hadits)
Riyadhush Shalihin yang banyak kami rujuk dari kitab Syarh
Riyadhush Shalihin karya Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy, kitab
Bahjatun Nazhirin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy, dan lainnya. Hadits-hadits di dalamnya banyak merujuk kepada kitab Riyadhush
Shalihin, akan tetapi kami mengambil matannya dari kitab-kitab
hadits induk. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penyusunan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا يُسْأَلُ الرَّجُلُ فِيمَا ضَرَبَ
امْرَأَتَهُ»
(68) Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Janganlah seseorang ditanya; apa sebabnya
ia memukul istrinya.” (HR. Abu Dawud dan lainnya, namun isnad hadits ini dhaif
karena majhulnya Abdurrahman Al Musliy).
BAB: KETAKWAAN
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ
“Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali
Imran: 102)
فَاتَّقُوا الله مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kepada Allah
semampumu.” (QS. At Taghabun: 16)
Ayat ini menerangkan maksud ayat
yang pertama.
Allah Ta’ala juga berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,” (QS. Al
Ahzaab: 70)
Ayat-ayat yang memerintahkan
kita untuk bertakwa cukup banyak dan sudah diketahui bersama. Dia juga
berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا - وَيَرْزُقْهُ
مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.--Dan memberinya rezeki dari
arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaq: 2-3)
إِنْ تَتَّقُوا اللهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ
الْعَظِيمِ
“Jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami
akan memberikan kepadamu Furqaan[i].
Dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni
(dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al
Anfal: 29)
Ayat-ayat berkenaan dengan
masalah ini cukup banyak dan sudah sama-sama diketahui.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ:
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ: مَنْ أَكْرَمُ النَّاسِ؟ قَالَ: «أَتْقَاهُمْ»
فَقَالُوا: لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ، قَالَ: «فَيُوسُفُ نَبِيُّ اللَّهِ،
ابْنُ نَبِيِّ اللَّهِ، ابْنِ نَبِيِّ اللَّهِ، ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ» قَالُوا:
لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ، قَالَ: «فَعَنْ مَعَادِنِ العَرَبِ تَسْأَلُونِ؟
خِيَارُهُمْ فِي الجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الإِسْلاَمِ، إِذَا فَقُهُوا»
(69) Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang
yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Orang yang paling bertakwa.” Para sahabat
berkata, “Bukan terkait tentang hal ini kami bertanya kepadamu?” Beliau
menjawab, “Kalau begitu, (orang yang mulia) adalah Yusuf Nabi Allah putera Nabi
Allah, putera Nabi Allah, putera kekasih Allah.” Para sahabat berkata, “Bukan
terkait tentang hal ini kami bertanya kepadamu?” Beliau menjawab, “Jadi tentang
keturunan dan nasab bangsa Arab kalian bertanya kepadaku? Orang-orang pilihan
bangsa Arab di masa Jahiliyah akan menjadi orang-orang pilihan di masa Islam
jika mereka paham agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Fawaid:
1. Nasab yang utama akan
dipandang jika diiringi dengan takwa dan takut kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Seseorang akan menjadi mulia
ketika bertakwa kepada Allah. Dan bahwa orang yang bertakwa akan menjadi orang
yang banyak kebaikannya di dunia, dan derajatnya akan tinggi di akhirat.
3. Seseorang akan menjadi mulia
karena kemuliaan orang tua dan leluhurnya, tentunya jika mereka bertakwa dan
dirinya pun bertakwa.
4. Keutamaan Nabi Yusuf ‘alaihis
salam karena ia telah memadukan antara akhlak yang mulia, kenabian, dan
kemuliaan nasab, ditambah dengan ilmu tentang takwil mimpi, mampu mengelola
harta, serta mampu mengatur rakyat.
5. Keutamaan ilmu, dan bahwa ia
lebih utama daripada nasab, kedudukan, dan harta.
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ - رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ - عَنِ النَّبيِّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: «إنَّ
الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ
كَيفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ؛ فإنَّ أَوَّلَ
فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ»
(70) Dari Abu Sa’id Al Khudri
radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda, "Sesungguhnya
dunia ini manis lagi hijau (indah), dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu pengganti generasi sebelumnya.
Dia akan melihat apa yang kamu kerjakan, maka berhati-hatilah kamu terhadap
dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah yang pertama kali
menimpa bani Israil adalah karena wanita."
(HR. Muslim)
Fawaid:
1. Peringatan agar tidak tertipu
oleh dunia dan wanita, karena keduanya adalah fitnah (cobaan).
2. Perintah agar zuhud dan tidak
berlebihan terhadap dunia.
3. Mengambil pelajaran dari
umat-umat terdahulu.
4. Allah menjadikan manusia
sebagai pengganti manusia sebelumnya agar Dia melihat perbuatan yang kita
lakukan di dunia, karena dunia adalah tempat ujian; bukan tempat yang kekal.
5. Dunia enak dinikmati dan
indah dipandang sebagai ujian bagi kita.
6. Banyak manusia yang tertipu
oleh dunia dan wanita, sehingga yang diperhatikan hanya masalah perut dan
syahwat saja.
عَنْ عَبْدِ اللهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: «اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى
وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى»
(71) Dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdoa, “Ya
Allah, aku meminta kepadamu petunjuk, ketakwaan, kesucian, dan kecukupan.” (HR.
Muslim)
Fawaid:
1. Keutamaan empat sikap di
atas: (a) petunjuk, yaitu kebenaran, (b) ketakwaan, yaitu menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya, (c) kesucian, yaitu menjaga diri dari hal yang
haram dan dari perkara yang menodai kemuliaan diri, (d) kecukupan, yakni kaya
hati dan tidak membutuhkan apa yang ada di tangan manusia.
2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak berkuasa memberikan manfaat dan menolak madharat terhadap dirinya.
Hal ini menunjukkan batilnya perbuatan orang yang bergantung dan meminta kepada
para wali dan orang-orang saleh yang telah meninggal dunia untuk mendatangkan
manfaat dan menghindarkan madharat.
3. Hendaknya kita senantiasa
kembali kepada Allah Azza wa Jalla dalam segala urusan.
4. Butuhnya jiwa kepada akhlak
yang mulia agar senantiasa istiqamah di atas perintah Allah, takut terhadap
azab-Nya, dan mengharap rahmat-Nya.
5. Hendaknya seseorang tidak bersandar
kepada kemampuan diri untuk memiliki sifat-sifat mulia, tetapi bersandar kepada
Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
عَنْ عَدِّيِّ بْنِ حَاتِمٍ الطَّائِيِّ - رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ -، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
يَقُولُ: «مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ، ثُمَّ رَأَى أَتْقَى لِلَّهِ مِنْهَا،
فَلْيَأْتِ التَّقْوَى»
(72) Dari Addi bin Hatim
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Barang siapa yang bersumpah, lalu ia melihat ada perkara
lain yang lebih mengarah kepada ketakwaan kepada Allah, maka hendaklah ia
datangi sikap takwa itu.” (HR. Muslim)
Fawaid:
1. Barang siapa yang bersumpah
untuk mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya, namun ternyata ada perbuatan
lain yang lebih baik dan lebih mengarah kepada ketakwaan daripada melanjutkan
sumpahnya, maka hendaklah ia melakukan perbuatan yang lebih baik itu dan
membayar kaffarat terhadap sumpahnya.
2. Barang siapa yang telah
bertekad mengerjakan kemaksiatan, maka janganlah ia lanjutkan.
3. Wajibnya berada di atas
ketakwaan bak dalam kondisi senang maupun susah, dan dalam kondisi lapang
maupun sempit.
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ صُدَيِّ بْنِ عَجْلاَنَ الْبَاهِلِيِّ
- رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - قَالَ: سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فِي حَجَّةِ الوَدَاعِ فَقَالَ: «اتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ،
وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ، وَصُومُوا شَهْرَكُمْ، وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ،
وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ»
Dari Abu Umamah Shuday bin Ajlan
Al Bahiliy radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah pada saat haji wada (perpisahan),
“Bertakwalah kepada Allah, dirikanlah shalat lima waktu, berpuasalah pada bulan
kalian (Ramadhan), tunaikanlah zakat harta kalian, dan taatilah pemimpin
kalian, niscaya kalian akan masuk ke dalam surga Rabb kalian.” (HR. Tirmidzi,
ia berkata, “Hadits hasan shahih.”)
Fawaid:
1. Takwa merupakan wasiat Allah
dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Wajibnya melaksanakan rukun
Islam.
3. Wajibnya menaati pemerintah
selama perintahnya bukan maksiat.
4. Semua perbuatan di atas
merupakan sebab masuk ke dalam surga.
Bersambung…
Marwan bin Musa
Maraji': Tathriz Riyadh Ash Shalihin (Syaikh Faishal bin Abdul
Aziz An Najdiy), Syarh Riyadh Ash Shalihin (Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin), Bahjatun Nazhirin
(Salim bin ’Ied Al Hilaliy), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.45, dll.
[i] Petunjuk
yang dapat membedakan antara yang hak (benar) dan yang batil, dapat juga
diartikan di sini sebagai pertolongan.
0 komentar:
Posting Komentar