Hadits-Hadits Tentang Tazkiyatun Nufus (3)

بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits-Hadits Tentang Tazkiyatun Nufus (3)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini hadits-hadits tentang tazkiyatun nufus, yang kami kumpulkan dari beberapa kitab hadits. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan pengumpulan hadits-hadits ini ikhlas karena-Nya dan menjadikan hati kita bersih, sehingga kita datang menghadap Allah Azza wa Jalla dengan hati yang selamat, Allahumma aamin.
Berhati-Hati Terhadap Doa Orang Yang Terzalimi
عَنْ خُزَيْمَةَ بن ثَابِتٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهَا تُحْمَلُ عَلَى الْغَمَامِ ، يَقُولُ اللَّهُ جَلَّ جَلالُهُ : وَعِزَّتِي وَجَلالِي لأَنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ "
Dari Khuzaimah bin Tsabit ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Berhati-hatilah dengan doa orang yang terzalimi, karena doanya akan diangkat ke atas langit, Allah Jalla Jalaaluh berfirman, “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan menolongmu meskipun telah berlalu waktu yang lama.”  [HR. Thabrani dalam Al Kabir dan Adh Dhiyaa’, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 117].

Rendahnya Kesenangan Dunia
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلاً مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ بِجَدْىٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ » . فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ قَالَ « أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ » . قَالُوا وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ « فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
Dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah lewat di sebuah pasar, masuk melalui sebagian kampung (dekat Madinah), sedangkan orang-orang mengelilinginya, maka Beliau melewati seekor kambing kecil yang sudah mati yang kecil telinganya, lalu Beliau mengambilnya dan memegang bagian telinganya kemudian bersabda, “Siapakah di antara kamu yang suka jika hewan ini dibelinya dengan harga satu dirham?” Para sahabat berkata, “Kami tidak suka jika hewan itu kami beli meskipun dengan harga sedikit, dan apa yang bisa kami lakukan dengannya?” Beliau bersabda, “Sukakah kamu jika hewan ini untukmu?” Para sahabat menjawab, “Demi Allah, jika ia hidup tentu hidup dalam keadaan cacat karena ia bertelinga kecil, lalu bagaimana jika sudah mati?” Maka Beliau bersabda, “Demi Allah, dunia lebih hina bagi Allah dibanding hewan ini bagi kamu.” (HR. Muslim)
Dunia Hanya Sementara
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ ، قَالَ : جَاءَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَ : « يَا مُحَمَّدُ ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِي بِهِ » ثُمَّ قَالَ : « يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُ اللَّيْلِ وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ » 
Dari Sahl bin Sa’ad ia berkata: Jibril ‘alaihis salam datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, namun engkau akan mati. Cintailah orang yang engkau cintai, namun engkau akan berpisah dengannya. Kerjakanlah apa yang engkau inginkan, namun engkau akan diberi balasan.” Kemudian Jibril berkata, “Wahai Muhammad, keutamaan orang mukmin ada pada Qiyamullail dan kemuliaannya ketika ia merasa cukup dari manusia (tidak tergantung kepada mereka, tetapi kepada Allah).”  (HR. Asy Syiiraaziy dalam Al Alqaab, Hakim dan Baihaqi dalam Asy Syu’ab, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 73)
Memiliki Niat Yang Baik
عَنْ أَبِي كَبْشَةَ الْأَنَّمَارِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ثَلَاثَةٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ قَالَ مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ وَلَا ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلَمَةً فَصَبَرَ عَلَيْهَا إِلَّا زَادَهُ اللَّهُ عِزًّا وَلَا فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ إِلَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ قَالَ إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
Dari Abu Kabsyah Al Anmari, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga perkara yang aku bersumpah terhadapnya dan aku juga akan menceritakan kepadamu sebuah hadits, maka hapalkanlah.” Beliau melanjutkan sabdanya, “Harta seorang hamba tidaklah berkurang karena bersedekah, tidaklah seorang hamba dizalimi dengan suatu kezaliman, lalu ia bersabar terhadapnya, kecuali Allah akan menambahkan suatu kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba membuka pintu meminta-minta, kecuali Allah akan membukakan pintu kemiskinan –atau kalimat yang seperti itu-.” Aku juga akan menyampaikan suatu hadits kepadamu, maka hapalkanlah. Beliau melanjutkan sabdanya, “Sesungguhnya dunia ini diperuntukkan untuk 4 orang; (pertama) seorang hamba yang Allah karuniakan harta dan ilmu (ilmu agama), ia menggunakannya untuk bertakwa kepada Tuhannya, ia menyambung tali silaturrahim dan mengetahui hak Allah di sana; ini adalah orang yang paling utama kedudukannya. (Kedua) seorang hamba yang dikaruniakan Allah ilmu namun tidak diberikan harta, ia jujur dalam niatnya, seraya mengatakan, “Kalau seandainya aku punya harta, aku ingin menggunakan seperti yang digunakan si fulan (yang pertama),” maka dia karena niatnya mendapat pahala yang sama. (Ketiga) seorang hamba yang dikaruniakan harta namun tidak diberikan ilmu, ia menghabiskan hartanya tidak untuk ketakwaaan kepada Tuhannya, ia tidak menyambung tali silaturrahim dan tidak mengetahui hak Allah di sana, ini adalah orang yang paling buruk kedudukannya. (Keempat) seorang hamba yang tidak diberi harta dan tidak diberi ilmu, ia mengatakan, “Kalau seandainya saya punya harta, saya ingin melakukan seperti yang dilakukan si fulan (yang ketiga),” ia sama niatnya maka dosanya pun sama.”  (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi no. 2325)
Memperoleh Manisnya Iman
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga yang barang siapa ketiga hal tersebut ada padanya, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya, mencintai seseorang dilakukannya karena Allah dan tidak suka kembali kepada kekafiran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api.”  (HR. Bukhari dan Muslim)
Penolakan Hati Seorang Mukmin terhadap Kemaksiatan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلُوهُ إِنَّا نَجِدُ فِي أَنْفُسِنَا مَا يَتَعَاظَمُ أَحَدُنَا أَنْ يَتَكَلَّمَ بِهِ قَالَ وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ قَالُوا نَعَمْ قَالَ ذَاكَ صَرِيحُ الْإِيمَان
Dari Abu Hurairah ia berkata: Ada beberapa orang dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang datang bertanya kepada Beliau, “Sesungguhnya kami mendapatkan dalam diri kami sesuatu yang terasa berat bagi kami jika mengucapkannya.” Beliau berkata, “Apakah kamu merasakannya?” Mereka menjawab, “Ya.” Maka Beliau bersabda, “Itu adalah keimanan yang tegas.”  (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjaga Lisan dan Tangan
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r : "اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى الله عَنْهُ" متفق عليه. وزاد الترمذي والنسائي: "وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ" وزاد البيهقي: "وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ".
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Orang muslim (yang sempurna Islamnya) adalah orang yang kaum muslimin lainnya dapat selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya. Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang.”  (HR. Bukhari dan Muslim. Tirmidzi dan Nasa’i menambahkan, “Orang mukmin (yang sempurna Imannya) adalah orang yang manusia lain merasa aman darah dan hartanya (dari gangguannya).” Baihaqi menambahkan, “Orang yang berjihad adalah orang yang berusaha melawan nafsunya untuk ketaatan kepada Allah.” )
Menjauhi Sifat-Sifat Orang Munafik
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : « أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقاً خَالِصاً ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا : إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ ، وَإِذا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ » . 
Dari Abdullah bin ‘Amr, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Empat perkara yang jika semua itu ada padanya, maka ia menjadi munafik sejati. Tetapi, apabila hanya ada salah satunya saja, maka ada perkara kemunafikan pada dirinya sampai ia meninggalkannya, yaitu: Apabila dipercaya khianat, apabila berbicara berdusta, apabila berjanji mengingkari dan apabila bertengkar berbuat jahat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak Putus Asa dan Terus Berusaha
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ *
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, namun pada keduanya ada kebaikan, bersegeralah untuk mengerjakan hal yang memberikan manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah. Janganlah bersikap lemah, jika engkau tertimpa sesuatu maka jangan katakan, “Kalau seandainya aku mengerjakan ini dan itu tentu akan jadi begini dan begitu,” tetapi katakalah, “Allah telah menakdirkan dan apa yang Dia kehendaki, maka Dia perbuat,” karena (kata) “Seandainya” membuka celah amal setan.” (HR. Muslim)
Berhati-Hati Terhadap Kezaliman
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ « اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ » . 
Dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah olehmu kezaliman, karena kezaliman adalah kegelapan-kegelapan pada hari Kiamat[1]. Jauhilah olehmu Syuh (tamak dan bakhil), karena Syuh telah membinasakan orang-orang sebelum kamu, sehingga membuat mereka menumpahkan darah dan menghalalkan larangan.” (HR. Muslim)
Bersambung…
Wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa


[1] Al Qaadhiy ‘Iyadh berkata, “Ada yang mengatakan bahwa maksudnya sesuai zhahirnya, yakni kezaliman itu akan menjadi kegelapan-kegelapan bagi pelakunya sehingga ia tidak tahu jalan pada hari Kiamat sedangkan cahaya kaum mukmin bersinar di hadapan mereka dan di kanan mereka. Bisa juga maksud kegelapan di sini adalah penderitaan-penderitaan. Oleh karena itu, mereka (para ulama) menafsirkan seperti itu pada firman Allah Ta’ala, “Katakanlah, “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari kegelapan di darat dan di laut?” (Terj. Al An’aam: 62) yakni penderitaan(bencana)nya. Bisa juga ia sebagai ungkapan terhadap siksaan-siksaan dan hukuman-hukuman.”

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger