بسم
الله الرحمن الرحيم
Adab Ketika Safar
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini pembahasan tentang adab ketika
safar, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini ikhlas
karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Ada beberapa adab yang perlu diperhatikan oleh musafir agar
perjalanannya bernilai dan tidak sia-sia, di antaranya adalah:
a.
Memiliki niat yang baik
dalam safarnya
Hendaknya seorang muslim menjadikan safarnya sebagai ibadah, yaitu
dengan menghadirkan niat yang baik dalam safarnya. Misalnya untuk memperhatikan
tanda-tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla di alam semesta, untuk menyambung tali
silaturrahim, untuk menuntut ilmu, dsb. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ،
وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya
amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
b.
Hendaknya safar yang
dilakukan dalam hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ خَارِجٍ يَخْرُجُ
- يَعْنِي مِنْ بَيْتِهِ - إِلَّا بِبَابِهِ رَايَتَانِ: رَايَةٌ بِيَدِ مَلَكٍ، وَرَايَةٌ
بِيَدِ شَيْطَانٍ، فَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُحِبُّ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ، اتَّبَعَهُ الْمَلَكُ
بِرَايَتِهِ، فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الْمَلَكِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ،
وَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُسْخِطُ اللهَ، اتَّبَعَهُ الشَّيْطَانُ بِرَايَتِهِ، فَلَمْ
يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الشَّيْطَانِ، حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ
"Tidak
ada seorang pun yang keluar –yakni dari rumahnya- kecuali di pintunya ada dua
bendera; bendera di tangan malaikat dan bendera di tangan setan. Jika dia
keluar kepada hal yang dicintai Allah Azza wa Jalla, maka malaikat itu akan
mengikutinya dengan benderanya, dan ia senantiasa di bawah bendera malaikat
sampai pulang ke rumahnya. Tetapi jika ia keluar kepada hal yang dimurkai
Allah, maka setan akan mengikutinya dengan benderanya, dan ia senantiasa di
bawah bendera setan sampai pulang ke rumahnya. (HR. Ahmad dan Thabrani. Hadits
ini dinyatakan hasan isnadnya oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar
Risalah).
c.
Melunasi hutang dan
mengembalikan titipan jika ada
Disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika
hendak berhijrah ke Madinah, maka Beliau meninggalkan Ali bin Abi Thalib di
Mekkah agar ia mengembalikan barang titipan kepada pemiliknya.
d.
Dianjurkan memilih teman
untuk safarnya
Seorang muslim hendaknya mencari teman yang saleh dalam safarnya
untuk membantunya menjalankan ketaatan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا
فِي الوَحْدَةِ مَا أَعْلَمُ، مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ
"Kalau
sekiranya manusia mengetahui tentang (bahayanya) bepergian sendiri seperti yang
aku ketahui, tentu tidak ada seorang pun yang pergi sendiri di malam
hari." (HR. Bukhari)
«الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ، وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ،
وَالثَّلَاثَةُ رَكْبٌ»
"Orang
yang pergi sendiri (seperti) setan, yang pergi berdua (seperti) setan, yang
pergi bertiga itulah rombongan." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan
dihasankan oleh Al Albani)
e.
Dianjurkan memilih hari
Kamis dan berangkat di pagi hari
Hal ini berdasarkan hadits Ka'ab bin Malik berikut, ia berkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hampir tidak keluar dalam safar
kecuali pada hari Kamis." (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdoa, "Ya
Allah berikanlah berkah kepada umatku di pagi harinya." (HR. Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Oleh karenanya, Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam apabila
mengirim pasukan kecil atau besar, maka Beliau mengirimnya di pagi hari
(sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Dawud).
f.
Dianjurkan bagi musafir
ketika berpamitan dengan keluarga dan kawannya mendoakan mereka.
Doanya adalah:
أَسْتَوْدِعُكَ اللهَ الَّذِي لاَ تَضِيعُ
وَدَائِعُهُ
“Aku menitipkan
kamu kepada Allah, di mana tidak akan sia-sia titipan-Nya.” (HR. Ibnu Majah)
Sedangkan
keluarga atau kawannya dianjurkan menjawab dengan kata-kata:
أَسْتَوْدِعُ اللهُ دِيْنَكَ
وَاَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيْمَ عَمَلِكَ
“Aku titipkan
kamu kepada Allah baik agama, amanat maupun akhir-akhir amalmu.” (HR. Tirmidzi)
g.
Berdoa ketika berangkat
dan ketika pulang.
Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
apabila telah berada di atas untanya untuk keluar bersafar, Beliau bertakbir
tiga kali dan mengucapkan:
« سُبْحَانَ
الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى
رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا
الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا
سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى
السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ
وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ
وَالأَهْلِ » .
"Mahasuci Allah yang menundukkan binatang
ini bagi kami, dan sebelumnya kami tidak mampu menundukkannya, dan sesungguhnya
hanya kepada Tuhan kamilah kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami meminta
kepada-Mu dalam safar kami ini kebaikan,
ketakwaan dan amalan yang Engkau ridhai. Ya Allah, ringankanlah bagi kami safar
ini dan dekatkanlah yang jauh. Ya Allah, Engkaulah teman di perjalanan dan
pengganti kami bagi keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari penderitaan safar, pandangan yang menyedihkan dan buruknya tempat kembali
pada harta dan keluarga."
dan apabila Beliau
pulang, maka Beliau mengucapkan kata-kata yang sama, namun menambah (dengan
kata-kata):
آيِبُونَ
تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ » .
"Dalam
keadaan kembali, bertobat, beribadah dan memuji Tuhan Kami." (HR. Muslim)
h.
Dianjurkan mengucapkan
"A'uudzu bikalimaatillahittaammah min syarri ''maa khalaq" ketika
singgah di suatu tempat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« مَنْ نَزَلَ
مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا
خَلَقَ . لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ »
.
"Barang
siapa yang menempati suatu tempat, lalu mengucapkan, "A'uudzu…dst."
(artinya: Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan
makhluk-Nya), maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakannya sampai ia pergi
dari tempat itu." (HR. Muslim)
i.
Dianjurkan bertakbir
ketika menaiki tempat tinggi dan bertasbih ketika turun.
Jabir radhiyallahu 'anhu berkata, "Kami ketika menaiki tempat
tinggi bertakbir dan ketika turun bertasbih." (HR. Bukhari)
j.
Dianjurkan berdoa ketika
masuk ke sebuah kampung.
Doanya adalah sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّموَاتِ السَّبْعِ
وَمَا أَظْلَلْنَ ، وَرَبَّ الْأَرَضِيْنَ السَّبْعِ وَمَا أَقْلَلْنَ ،وَرَبَّ
الشَّيَاطِيْنِ وَمَا أَضْلَلْنَ ، وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ. أَسْأَلُكَ
خَيْرَ هَذِهِ اْلقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا ، وَخَيْرَ مَا فِيْهَا، وَأَعُوْذُ
بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّ أَهْلِهَا ، وَشَرِّ مَا فِيْهَا
“Ya Allah,
Tuhan langit yang tujuh dan apa yang dinaunginya, Tuhan bumi yang tujuh dan apa
yang berada di atasnya, Tuhan setan-setan dan makhluk yang disesatkannya, Tuhan
angin dan apa yang dibawanya. Aku meminta kepada-Mu kebaikan kampung ini dan
kebaikan penghuninya serta kebaikan yang ada di dalamnya. Aku pun berlindung
kepada-Mu dari keburukannya, keburukan penghuninya dan keburukan yang ada di
dalamnya.” (HR. Nasa'i dalam 'Amalul Yaum, Ibnu Khuzaimah, Baihaqi,
Hakim dan ia menshahihkannya serta disepakati oleh Adz Dzahabi)
k.
Berdoa dalam perjalanan
di malam hari jika tiba waktu sahur (akhir malam)
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam apabila berada dalam safar dan tiba waktu sahur, maka Beliau
berdoa,
سَمِعَ سَامِعٌ بِحَمْدِ
اللهِ وَحُسْنِ بَلَائِهِ عَلَيْنَا، رَبَّنَا صَاحِبْنَا وَأَفْضِلْ عَلَيْنَا، عَائِذًا
بِاللهِ مِنَ النَّارِ
"Hendaknya
ada yang mendengar pujian kami kepada Allah dan nikmat-Nya atas kami. Wahai
Tuhan kami, temanilah kami dan berilah kami karunia. (kami ucapkan ini) sambil
berlindung kepada Allah dari neraka."
l.
Wanita yang bersafar
harus disertai mahram.
Haram hukumnya bagi wanita bersafar sendiri. Hal ini berdasarkan
sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:
« لاَ
يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ وَلاَ تُسَافِرِ
الْمَرْأَةُ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ » .
"Janganlah
sekali-kali seseorang berkhalwat (berduaan) dengan wanita kecuali ditemani
mahram, dan janganlah seorang wanita bersafar kecuali bersama mahram."
(HR. Muslim)
Dalam hadits Abu Sa'id Al Khudriy disebutkan contoh mahram:
...إِلاَّ
وَمَعَهَا أَبُوهَا أَوِ ابْنُهَا أَوْ زَوْجُهَا أَوْ أَخُوهَا أَوْ ذُو مَحْرَمٍ
مِنْهَا » .
"…
Kecuali bersamanya ada bapaknya atau anaknya atau suaminya atau saudaranya atau
mahram lainnya." (HR. Muslim)
Larangan di atas adalah umum bagi setiap wanita, baik masih kecil
atau sudah dewasa.
Syarat mahram adalah muslim,
laki-laki, baligh dan berakal.
m.
Jika jumlah orang yang bepergian ada
tiga orang atau lebih disunatkan mengangkat ketua rombongan.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اِذَا خَرَجَ
ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوْا اَحَدَهُمْ
"Apabila
keluar tiga orang untuk bepergian, maka hendaknya mereka mengangkat salah
seorang di antara mereka sebagai ketua." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan
oleh Al Albani)
n.
Segera kembali setelah
selesai keperluannya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ
نَوْمَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ، فَإِذَا قَضَى أَحَدُكُمْ نَهْمَتَهُ مِنْ وَجْهِهِ،
فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
“Safar adalah
bagian dari azab. Salah seorang di antara kamu menahan tidurnya, makanannya,
dan minumannya. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kamu telah
menyelesaikan keperluannya, maka hendaknya ia segera pulang ke keluarganya.”
(HR. Muslim)
o.
Sesampainya di tempat asalnya
hendaknya ia mengawali dengan masjid dan melakukan shalat dua rakaat di sana.
Demikianlah
praktek Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau ketika kembali dari
safarnya, maka Beliau mengawali dengan masjid dan shalat dua rakaat di dalamnya
(sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Al Qur'anul Karim, Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu'ah
Haditsiyyah Mushaghgharah, Mausu’ah Al Usrah Al
Muslimah (dari situs www.islam.aljayyash.net),
dll.
0 komentar:
Posting Komentar