بسم
الله الرحمن الرحيم
Terjemah Bulughul Maram (5)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan terjemah Bulughul Maram karya
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan
buku ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Dalam menyebutkan
takhrijnya, kami banyak merujuk kepada dua kitab; Takhrij dari cetakan Darul
‘Aqidah yang banyak merujuk kepada kitab-kitab karya Syaikh M. Nashiruddin
Al Albani rahimahullah, dan Buluughul Maram takhrij Syaikh Sumair Az
Zuhairiy –hafizhahullah- yang kami singkat dengan ‘TSZ’.
بَابُ
اَلْوُضُوءِ
Bab
Wudhu
46- وَعَنْ عُثْمَانَ t أَنَّ اَلنَّبِيَّ r كَانَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ فِي اَلْوُضُوءِ
.
أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ
46. Dari Utsman radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menyela-nyela janggutnya ketika berwudhu’.” (Hr.
Tirmidzi,
dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[i]
47- وَعَنْ عَبْدِ
اَللَّهِ بْنِ زَيْدٍ t
أَنَّ اَلنَّبِيَّ r أَتَى بِثُلُثَيْ مُدٍّ, فَجَعَلَ يَدْلُكُ
ذِرَاعَيْهِ . أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ
خُزَيْمَة َ
47. Dari Abdullah bin Zaid radhiyallahu
‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberikan 2/3 mud, lalu Beliau
menggosok kedua lengannya.” (Hr. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[ii]
48- وَعَنْهُ,
أَنَّهُ رَأَى اَلنَّبِيَّ r
يَأْخُذُ لِأُذُنَيْهِ مَاءً خِلَافَ اَلْمَاءِ اَلَّذِي أَخَذَ لِرَأْسِهِ. أَخْرَجَهُ اَلْبَيْهَقِيّ وَقَالَ
إِسْنَادُهُ صَحِيْحٌ وَ صَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ اَيْضًا وَهُوَ عِنْدَ
"مُسْلِمٍ" مِنْ هَذَا اَلْوَجْهِ بِلَفْظٍ: وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ
بِمَاءٍ غَيْرَ فَضْلِ يَدَيْهِ, وَهُوَ اَلْمَحْفُوظ ُ
48. Darinya (Abdullah bin Zaid) bahwa ia
melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil untuk membasuh kedua
telinganya air yang bukan bekas membasuh kepalanya.” (Hr. Baihaqi, ia berkata,
“Isnadnya shahih dan dishahihkan oleh Tirmidzi juga,” sedangkan dalam riwayat
Muslim dari jalan yang sama dengan lafaz “Dan Beliau mengusap kepalanya dengan
air yang bukan sisa di tangannya” inilah yang mahfuzh.[iii]
49-وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ t قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ َللَّهِ r يَقُولُ: ,
"إِنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ, مِنْ
أَثَرِ اَلْوُضُوءِ, فَمَنْ اِسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ
فَلْيَفْعَلْ. -
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِم ٍ
49. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia
berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan putih muka,
kedua tangan dan kedua kakinya karena bekas berwudhu’. Oleh karena itu, siapa
saja di antara kamu yang mampu memperlebar cahayanya maka lakukanlah.“
(Muttafaq ‘alaih, lafaz ini adalah lafaz Muslim)[iv]
50- وَعَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ,
كَانَ اَلنَّبِيُّ r
يُعْجِبُهُ اَلتَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ, وَتَرَجُّلِهِ, وَطُهُورِهُ, وَفِي
شَأْنِهِ كُلِّهِ. - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
50. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia
berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan yang kanan
dalam memakai sandal, menyisir, bersuci dan dalam semua urusannya.” (Muttafaq
‘alaih)[v]
51-
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r ,
إِذَا تَوَضَّأْتُمْ فابدأوا بِمَيَامِنِكُمْ -
أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ
51. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian
berwudhu, maka mulailah dari bagian kanan kalian.” (Diriwayatkan oleh empat
orang imam dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[vi]
52- وَعَنِ
اَلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةٍ t
أَنَّ اَلنَّبِيَّ r تَوَضَّأَ, فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ, وَعَلَى
اَلْعِمَامَةِ وَالْخُفَّيْنِ. أَخْرَجَهُ
مُسْلِم ٌ
52. Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, “Bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihiwa sallam pernah berwudhu’, Beliau mengusap bagian depan
rambutnya, sorbannya, dan dua sepatunya.” (Hr.
Muslim)[vii]
53- وَعَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اَللَّهِ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُمَا -فِي صِفَةِ حَجِّ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- قَالَ r
: اِبْدَؤُوا بِمَا بَدَأَ اَللَّهُ بِهِ . أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ, هَكَذَا بِلَفْظِ اَلْأَمْر ِ وَهُوَ
عِنْدَ مُسْلِمٍ بِلَفْظِ اَلْخَبَر ِ
53. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma –tentang tatacara
hajji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- Beliau bersabda,
“Mulailah dengan apa yang Allah mulai.” (Hr.
Nasa’i seperti itu,
yakni dengan lafaz perintah, sedangkan dalam riwayat Muslim dengan lafaz
khabar/berita)[viii]
54- وَعَنْهُ
قَالَ: كَانَ اَلنَّبِيَّ r
إِذَا تَوَضَّأَ أَدَارَ اَلْمَاءَ عَلَى مُرْفَقَيْهِ. أَخْرَجَهُ
اَلدَّارَقُطْنِيُّ بِإِسْنَادِ ضَعِيف ٍ
54. Darinya (Jabir bin Abdullah) ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berwudhu’ memutarkan air ke
atas dua sikunya.” (Diriwayatkan oleh
Daruquthni dengan isnad yang dha’if)[ix]
55- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , لَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اِسْمَ
اَللَّهِ عَلَيْهِ -
أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَابْنُ مَاجَهْ, بِإِسْنَادٍ
ضَعِيف
55. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada wudhu’
bagi orang yang tidak menyebut nama Allah padanya (waktu memulai wudhu).” (Hr.
Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah dengan isnad yang dha’if)[x]
56-
وَلِلترْمِذِيِّ: عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْد ٍ وَأَبِي سَعِيدٍ نَحْوُه ُ قَالَ
أَحْمَدُ: لَا يَثْبُتُ فِيهِ شَيْء
56. Tirmidzi juga meriwayatkan dari Sa’id
bin Zaid dan Abu Sa’id sama seperti itu. Ahmad mengatakan “Tidak sah sedikitpun
tentang hal ini.”[xi]
57- وَعَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ, عَنْ
أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ r
يَفْصِلُ بَيْنَ اَلْمَضْمَضَةِ وَالِاسْتِنْشَاقِ. أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادِ ضَعِيف ٍ
57. Dari Thalhah bin Musharrif dari bapaknya dari kakeknya ia
berkata, “Aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memisahkan antara berkumur-kumur
dengan menghirup air ke hidung.” (Hr.
Abu Dawud dengan isnad yang dha’if)[xii]
58- وَعَنْ
عَلِيٍّ t -فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- , ثُمَّ تَمَضْمَضَ r وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا, يُمَضْمِضُ
وَيَنْثِرُ مِنْ اَلْكَفِّ اَلَّذِي يَأْخُذُ مِنْهُ اَلْمَاءَ -
أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ
58. Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu –tentang
cara wudhu’-, “Kemudian Beliau berkumur-kumur dan menghembuskan air dari hidung
tiga kali, Beliau berkumur-kumur dan menghembuskannya itu dari satu telapak
tangan yang dipakai buat mengambil air.” (Hr. Abu Dawud dan Nasa’i)[xiii]
59- وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ زَيْدٍ t
-فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- , ثُمَّ أَدْخَلَ r
يَدَهُ, فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدَةٍ, يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثًا
- مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ ُ
59. Dari Abdullah bin Zaid radhiyallahu
‘anhu –tentang cara wudhu’- , “Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
memasukkan tangannya (ke dalam bejana untuk mengambil air), lalu berkumur-kumur
dan menghirup air ke hidung dari satu tangan, Beliau lakukan hal itu sebanyak
tiga kali.” (Muttafaq ‘alaih)[xiv]
60- وَعَنْ أَنَسٍ t
قَالَ: ,
رَأَى اَلنَّبِيُّ r رَجُلًا, وَفِي قَدَمِهِ مِثْلُ اَلظُّفْرِ
لَمْ يُصِبْهُ اَلْمَاءُ. فَقَالَ: "اِرْجِعْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ" - أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيّ ُ
60. Dari anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang, pada kakinya ada
bagian seukuran kuku yang tidak terkena air (wudhu), maka Beliau bersabda,
“Ulangilah, perbaguslah wudhumu.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i)[xv]
61- وَعَنْهُ
قَالَ: , كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r يَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ, وَيَغْتَسِلُ
بِالصَّاعِ إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ - مُتَّفَقٌ عَلَيْه
61. Darinya (Anas) ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu dengan satu mud, mandi dengan
satu sha’ (1 sha’=4 mud) hingga lima mud.” (Muttafaq ‘alaih)[xvi]
62-وَعَنْ عُمَرَ t قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r :
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ, فَيُسْبِغُ اَلْوُضُوءَ, ثُمَّ يَقُولُ:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ, إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ
اَلْجَنَّةِ" . أَخْرَجَهُ مُسْلِم ٌ وَاَلتِّرْمِذِيُّ,
وَزَادَ: اَللَّهُمَّ اِجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ, وَاجْعَلْنِي مِنَ
الْمُتَطَهِّرِينَ .
62. Dari Umar radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Tidak ada seorang pun
di antara kamu yang berwudhu’, lalu ia sempurnakan wudhunya kemudian
mengucapkan,
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja,
tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba-Nya
dan Rasul-Nya,
kecuali akan dibukakan baginya pintu-pintu surga.” (Hr.
Muslim dan Tirmidzi, Tirmidzi menambahkan, “Ya Allah, jadikan aku termasuk
orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci.”)[xvii]
بَابُ اَلْمَسْحِ عَلَى اَلْخُفَّيْنِ
Bab Mengusap
Dua Sepatu
63-عَنْ اَلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ t
قَالَ: كُنْتُ مَعَ اَلنَّبِيِّ r فَتَوَضَّأَ, فَأَهْوَيْتُ لِأَنْزِعَ
خُفَّيْهِ, فَقَالَ: "دَعْهُمَا, فَإِنِّي أَدْخَلْتُهُمَا
طَاهِرَتَيْنِ" فَمَسَحَ عَلَيْهِمَا . مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
63. Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Aku pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
Beliau berwudhu’, akupun turun hendak melepas kedua sepatunya, maka Beliau
bersabda, “Biarkanlah, sesungguhnya aku memasukkan kakiku dalam keadaan suci,”
Beliau pun lalu mengusap bagian atasnya.” (Muttafaq ‘alaih)[xviii]
64- وَلِلْأَرْبَعَةِ عَنْهُ إِلَّا
النَّسَائِيَّ: ,
أَنَّ اَلنَّبِيَّ r مَسَحَ أَعْلَى اَلْخُفِّ وَأَسْفَلَهُ - وَفِي إِسْنَادِهِ ضَعْف ٌ
64. Dan menurut riwayat
empat orang selain Nasa’i dari Mughirah juga, “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengusap bagian atas sepatu dan bagian bawahnya.” (Namun dalam
isnadnya ada kelemahan)[xix]
65-وَعَنْ عَلِيٍّ t
قَالَ: ,
لَوْ كَانَ اَلدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ اَلْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ
مِنْ أَعْلَاهُ, وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ r
يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ -
أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ حَسَن ٍ
65. Dari ‘Ali
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Kalau seandainya agama itu didasari dengan
pendapat akal, tentu bagian bawah sepatu lebih berhak diusap daripada bagian atasnya.“
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad hasan)[xx]
66- وَعَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ t
قَالَ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r يَأْمُرُنَا إِذَا كُنَّا سَفْرًا أَنْ لَا
نَنْزِعَ خِفَافَنَا ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ, إِلَّا مِنْ جَنَابَةٍ
وَلَكِنْ مِنْ غَائِطٍ, وَبَوْلٍ, وَنَوْمٍ .
أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ, وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَاللَّفْظُ لَهُ, وَابْنُ
خُزَيْمَةَ وَصَحَّحَاه ُ
66. Dari Shafwan bin ‘Assal radhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menyuruh kami apabila kami menjadi musafir agar tidak melepas sepatu kami selama tiga hari tiga
malam kecuali apabila kami junub, tetapi apabila
buang air besar, buang air kecil,
dan tidur (maka tidak perlu dilepas-pent).”
(Hr. Nasa’i dan Tirmidzi, lafaz ini adalah lafaz Tirmidzi, Ibnu
Khuzaimah juga meriwayatkannya,
keduanya (Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah) menshahihkannya)[xxi]
67-وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ t
قَالَ: جَعَلَ اَلنَّبِيُّ r ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ
لِلْمُسَافِرِ, وَيَوْمًا وَلَيْلَةً لِلْمُقِيمِ. يَعْنِي: فِي اَلْمَسْحِ عَلَى
اَلْخُفَّيْنِ . أَخْرَجَهُ مُسْلِم ٌ
67. Dari ‘Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan tiga hari tiga malam bagi musafir, dan sehari-semalam
bagi yang mukim,” yakni dalam hal mengusap kedua
sepatu. (Hr. Muslim)[xxii]
68-وَعَنْ ثَوْبَانَ t
قَالَ: بَعَثَ رَسُولُ اَللَّهِ r سَرِيَّةً, فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَمْسَحُوا
عَلَى اَلْعَصَائِبِ - يَعْنِي: اَلْعَمَائِمَ -وَالتَّسَاخِينِ- يَعْنِي:
اَلْخِفَافَ. رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِم ُ
68. Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah mengirim pasukan kecil, Beliau menyuruh mereka untuk mengusap
‘ashaaib -yakni sorban- dan tasaakhin -yakni
sepatu-.” (Hr. Ahmad dan Abu Dawud, dan
dishahihkan oleh Hakim)[xxiii]
69- وَعَنْ عُمَرَ -مَوْقُوفًا- و]عَنْ]
أَنَسٍ -مَرْفُوعًا-: إِذَا تَوَضَّأَ
أَحَدُكُمْ وَلَبِسَ خُفَّيْهِ فَلْيَمْسَحْ عَلَيْهِمَا, وَلْيُصَلِّ فِيهِمَا,
وَلَا يَخْلَعْهُمَا إِنْ شَاءَ إِلَّا مِنْ جَنَابَةٍ" . أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ, وَالْحَاكِمُ
وَصَحَّحَه
69. Dari Umar
radhiyallahu ‘anhu secara mauquf, sedangkan dari Anas secara marfu’ disebutkan,
“Apabila salah seorang di antara kamu berwudhu’, sedangkan ia memakai kedua
sepatunya, maka usaplah bagian atas sepatunya, shalatlah dengannya, kalau dia
mau jangan dilepas kecuali karena junub.” (Diriwayatkan oleh Daruquthni dan
Hakim, dan dishahihkan oleh Hakim)[xxiv]
70- وَعَنْ أَبِي بَكْرَةَ t
عَنِ النَّبِيِّ r
أَنَّهُ رَخَّصَ لِلْمُسَافِرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ,
وَلِلْمُقِيمِ يَوْمًا وَلَيْلَةً, إِذَا تَطَهَّرَ فَلَبِسَ خُفَّيْهِ: أَنْ
يَمْسَحَ عَلَيْهِمَا. أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة
َ
70. Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Beliau memberikan keringanan untuk musafir tiga hari-tiga malam dan untuk
yang mukim sehari-semalam, apabila ia telah bersuci dan memakai kedua
sepatunya dengan mengusap bagian atasnya.” (Hr. Daruquthni dan dishahihkan oleh
Ibnu Khuzaimah)[xxv]
71- وَعَنْ أُبَيِّ بْنِ عِمَارَةَ t
أَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ أَمْسَحُ عَلَى اَلْخُفَّيْنِ? قَالَ:
"نَعَمْ" قَالَ: يَوْمًا? قَالَ: "نَعَمْ", قَالَ:
وَيَوْمَيْنِ? قَالَ: "نَعَمْ", قَالَ: وَثَلَاثَةً? قَالَ:
"نَعَمْ, وَمَا شِئْتَ" أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَقَالَ: لَيْسَ
بِالْقَوِيِّ .
71. Dari Ubay bin ‘Imarah radhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku
mengusap dua sepatuku?” Beliau menjawab, “Ya,” lalu ia bertanya
lagi, “Seharikah?” Beliau menjawab, “Ya,” kemudian ia bertanya lagi, “Bolehkah dua hari?” Beliau menjawab, “Ya”, lalu ia bertanya
lagi “Bolehkah tiga hari?” Beliau menjawab, “Ya, bahkan semaumu.” (Hr. Abu Dawud, ia berkata, “Hadits ini tidak kuat.”)[xxvi]
Bersambung….
Wa
shallallahu 'alaa Nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Alih Bahasa:
Marwan bin Musa
[i] Shahih,
diriwayatkan oleh Tirmidzi (31) bab Maa Jaa’a fii Tahliilil lihyah, ia berkata,
“Hasan shahih”, Ibnu Khuzaimah (1/78 no. 152), dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih At Tirmidzi (31) .
Menurut Sumair Az
Zuhairiy,
bahwa Tirmidzi menyatakan “Hasan
shahih”, yakni
karena syahid-syahidnya, hadits ini memiliki lebih beberapa syahid dari lebih
10 orang sahabat radhiyallahu 'anhum.
[ii] Isnadnya shahih,
diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1/62) no. 118, Hakim, Ibnu Hibban dalam Shahihnya
dari Abdullah bin Zaid, Abu Dawud (94) dengan lafaz “Annan Nabiyya
shallallahu 'alaihi wa sallam tawadhdha’a fa’utiya bi’inaa’in fiihi maa’un
qadra tsulutsai mudd” dari Ummu ‘Imarah, dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih Abu Dawud (94) dari Ummu ‘Imarah. Lihat Al Irwaa’
(142) –kami belum melihat hadits Ahmad- .
[iii] Syaadz,
diriwayatkan oleh Baihaqi (1/65) dari jalan Al Haitsam bin Khaarijah, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb, ia mengatakan: telah mengabarkan
kepadaku ‘Amr bin Al Haarits dari Hayyan bin Waasi’ Al Anshaariy, bahwa
bapaknya menceritakan kepadanya bahwa ia mendengar Abdullah bin Zaid melihat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu’…dst. ia mengatakan, “Dan ini
isnad yang shahih,” demikian juga diriwayatkan dari Abdul ‘Aziz bin Imran bin Miqlaas dan
Harmalah bin Yahya dari Ibnu Wahb. Muslim bin Al hajjaj meriwayatkan dalam Ash
Shahih (236) dari Harun bin Ma’ruf dan Harun bin Sa’id Al Ayliy serta Abuth
Thahir dari Ibnu Wahb dengan isnad yang shahih bahwa dia melihat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu’ –ia pun menyebutkan tentang wudhu’
Beliau, selanjutnya ia mengatakan, “Dan Beliau mengusap kepalanya dengan air
yang bukan sisa di tangannya,” tidak disebutkan di situ “dua telinga”, dan
hadits ini lebih shahih dari sebelumnya (yakni riwayat Baihaqi-pent).” Ibnut
Turkumaaniy mengakhiri dengan mengatakan: “Saya mengatakan, “Pemilik kitab Al
Imam menyebutkan bahwa dia melihat dalam riwayat Ibnul Muqri’ dari Harmalah
dari Ibnu Wahb dengan isnad ini, di situ disebutkan, “Dan Beliau mengusap
dengan air yang bukan dari sisa di tangannya”, tidak disebutkan dua telinga.”
Al Albani berkata, “Hadits ini diperselisihkan tentang Ibnu Wahbnya, adapun Al
Haitsam bin Khaarijah dan Ibnu Miqlaas serta Harmalah bin Yahya -Masalahnya masih dalam riwayat Baihaqi-
mereka meriwayatkan dengan lafaz pertama yang di sana disebutkan tentang
mengambil air yang baru untuk kedua telinganya. Ibnu Ma’ruf, Ibnu Sa’id Al
Ailiy dan Abuth Thahir menyelisihi
mereka yaitu dengan meriwayatkan memakai lafaz yang akhir yang di
Al Albani mengatakan, “Singkatnya, tidak
ditemukan dalam As Sunnah hadits yang mengharuskan mengambil air baru untuk
kedua telinga, oleh karena itu ia usap telinganya dengan air bekas kepala
sebagaimana dibolehkan mengusap kepala dengan air yang bekas tangannya setelah
dicuci tangannya berdasarkan hadits Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz, “Bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam mengusap kepalanya dengan sisa air yang ada di
tangannya.” diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad hasan. [Adh Dha’iifah
(995)] .
[iv] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (136) dalam Al Wudhu’, Muslim (246) dalam Ath
Thaharah. Al Albani mengatakan, “Kata-kata ‘Oleh karena itu, siapa saja di
antara kamu yang mampu…..” adalah selipan dalam hadits yang bukan termasuk
sabda Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan ulama
muhaqqiqin seperti Al Mundziriy, Ibnul Qayyim, Ibnu Hajar dan lainnya,
ketahuilah baik-baik hal itu, karena ini penting.” [Al Misykaat (290)].
[v] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (168) dalam Al Wudhu’, Muslim (268) dalam Ath
Thaharah.
[vi] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (4141) dalam Al Libas, Ibnu Majah (402)
dalam Ath Thaharah wa sunanuhaa, dari Zuhair bin Mu’awiyah dari Al
A’masy dari Abu Shaalih dari Abu Hurairah, juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan
Nasa’i serta dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (4141), Ibnu
Khuzaimah (1/91) no. (178), [lihat Nashbur
Raayah (1/91)] .
Dalam TSZ disebutkan setelah menyebutkan
takhrijnya, “Lafaz tersebut adalah lafaz Ibnu Majah, adapun lafaz Abu Dawud dan
Ibnu Majah adalah “إذا لبستم، وإذا توضأتم فابدأوا
بأيامنكم “ (Apabila kamu
memakai dan berwudhu’, mulailah dari bagian kananmu), sedangkan lafaz Tirmidzi
dan Nasa’i adalah “كان إذا ليس قميصا بدأ بميامنه” (Beliau apabila memakai gamis, memulai dari bagian kanannya).”
[vii] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (274) dalam Ath Thaharah .
[viii] Shahih,
diriwayatkan oleh Nasa’i (2962) dalam Manaasikul Hajj, dishahihkan oleh
Al Albani dalam Shahih An Nasa’i (2962) dalam Manaasikul
hajj, sedangkan di Muslim (1218) dalam Al Hajj dengan lafaz “Abda’u”
inilah yang mahfuzh sebagaimana dikatakan
Al Albani.
[ix] Dha’if sekali,
diriwayatkan oleh Daruquthni (
[x] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (101) dalam Ath Thaharah, Ahmad (9137), Ibnu Majah
(399), hadits ini dishahihkan oleh Al Albani dalam Abu Dawud yakni Shahihnya
dengan no. (101) .
[xi] Hasan, dari
hadits Sa’id bin Zaid dalam riwayat Tirmidzi no. (25), dan dihasankan oleh Al
Albani dalam Shahih At Tirmidzi (25).
Sumair Az Zuhairiy mengomentari kata-kata
Imam Ahmad tersebut dengan mengatakan, “Akan tetapi hadits tersebut hasan
dengan syahid-syahidnya, dan dishahihkan oleh lebih dari seorang haafizh.”
[xii] Dha’if,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (139) dalam Ath Thaharah, dan didha'ifkan
oleh Al Albani dalam Dha’if Abi Dawud (139).
[xiii] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (111) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (95) dalam Ath
Thaharah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (111) .
[xiv] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (199) dalam Al Wudhu’, Muslim (235) dalam Ath
Thaharah .
[xv] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (173) dalam Ath Thaharah, Ibnu Majah (665)
dalam Ath Thaharah, Ahmad (12078) dan Nasa’i .
Namun dalam TSZ disebutkan, “Al Haafizh
rahimahullah keliru menghubungkan kepada Nasa’i, karena Nasa’i tidak meriwayatkannya baik di Al Kubranya
maupun di Ash Shughraa, Wallahu a’lam.”
[xvi] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (201) dalam Al Wudhu’, Muslim (325) dalam Al
Haidh, lafaz ini adalah lafaz Muslim.
[xvii] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (234) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (55) dalam
Abwaabuth thaharah dan Ahmad (12912) .
Lafaz Muslim secara
lengkap sebagai berikut,
عن
عقبة بن عامر قال: كانت علينا رعاية الإبل، فجاءت نوبتي، فروحتها بعشي، فأدركت
رسول الله صلى الله عليه وسلم قائما يحدث الناس، فأدركت من قوله: "ما من مسلم
يتوضأ فيحسن وضوءه، ثم يقوم فيصلى ركعتين، مقبل عليهما بقلبه ووجهه، إلا وجبت له
الجنة" قال: فقلت: ما أجود هذه، فإذا قائل بين يدي يقول: التي قبلها أجود،
فنظرت فإذا عمر. قال: إني قد رأيتك جئت آنفا، قال: ....فذكره.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir,
ia
berkata, “Kami memiliki kewajiban menggembala unta, pada saat tiba giliranku,
aku pun melepaskannya di sore hari, lalu aku mendapati Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam berdiri berceramah kepada orang-orang, aku mendengar sebagian
kata-katanya, “Tidak ada seorang muslim pun yang berwudhu
lalu ia memperbagus wudhunya, kemudian berdiri shalat dua rakaat
dengan khusyu’ baik hati maupun anggota badannya kecuali ia pasti masuk surga.”
Aku pun
berkata, “Alangkah bagus hal ini,” lalu di depanku
ada yang berkata, “Sebelumnya lebih bagus lagi.” Setelah
aku lihat ternyata Umar, ia mengatakan, “Sesungguhnya aku melihat kamu datang
tadi, ia melanjutkan kata-katanya, “…(maka disebutkan
hadits di atas). Pada hadits tersebut disebutkan kata-kata “الثمانية،
يدخل من أيها شاء
“ (artinya: dibukakan pintu surga yang delapan, ia boleh masuk dari mana saja
yang ia mau).
[xviii] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (206) dalam Al Wudhu’, Muslim (274) dalam Ath
Thaharah .
[xix] Dha’if,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (165) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (97)
dalam Abwaabuth Thaharah, Ibnu Majah (550) dalam Ath Thaharah wa
sunanuhaa, Al Albani mengatakan dalam Shahih Abu Dawud, “Dh’aif, lihat Al
Misykaat (521).”
[xx] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (162) dalam Ath Thaharah, dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahih Abu Dawud (162).
[xxi] Hasan,
diriwayatkan oleh Nasa’i (158) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (96) dalam Abwaabuth
Thaharah, Ibnu Majah (478) dan dihasankan oleh Al
Albani dalam Shahih At Tirmidzi (96), Abu Isa mengatakan, “Hadits ini
hasan shahih, Muhammad bin Isma’il (yakni Bukhari) berkata, “Hadits ini adalah
hadits yang paling baik dalam masalah ini.”
Dalam Shahih Ibnu Khuzaimah (1/98
hadits no. 196), Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Ahmad (4/239, 240),
namun dalam riwayatnya tidak ada kata-kata “tetapi
apabila buang air besar…dst”. Al Albani berkata dalam Al Irwaa’ (104), “Hadits
tersebut adalah hasan menurutku, karena ‘Ashim ini dalam hapalan ada kelemahan,
namun tidak turun haditsnya dari derajat hasan.”
[xxii] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (276) dalam Ath Thaharah, Nasaa’i (128) dan
Darimiy (714) .
Lafaz riwayat
Muslim yaitu dari jalan Syuraih bin Hani’, ia berkata:
أتيت عائشة أسألها عن المسح على الخفين؟ فقالت: عليك بابن أبي طالب
فسله، فإنه كان يسافر مع رسول الله صلى الله عليه وسلم. فسألناه فقال: ...فذكره
Aku mendatangi Aisyah untuk
bertanya tentang mengusap kedua khuf? Ia menjawab, “Datangilah Ibnu Abi
Thaalib, bertanyalah kepadanya, karena ia bersafar bersama Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam,” maka kami bertanya kepadanya, ia menjawab,
“…dst” -tanpa ada kata-kata “Yakni dalam hal mengusap kedua sepatu”- kalimat
ini adalah susunan Al Hafizh.
[xxiii] Shahih,
diriwayatkan oleh Ahmad (21878), Abu Dawud (146) dalam Ath Thaharah,
Hakim dalam Al Mustadrak (1/169) dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih
Abu Dawud.
[xxiv] Diriwayatkan oleh
Daruquthni (1/203), Hakim (1/181) ia mengatakan, “Isnad ini shahih sesuai
syarat Muslim”, namun Adz Dzahabiy mengatakan, “Hadits tersebut syadz.”
[xxv] Shahih lighairih,
diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya no. (192), Thahawiy
dalam Syarhul Ma’aaniy (1/50), Daruquthni dalam Sunannya
(1/194/1), Ibnu ‘Abil Bar dalam At Tamhid (11/155), Thabrani dalam Mu’jamnya,
Baihaqi dalam Sunannya (1/281) dari beberapa jalan dari Al Muhajir bin
Makhlad Abu Makhlad dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapaknya. Al Muhajir
bin Makhlad adalah lembek haditsnya sebagaimana dikatakan Abu Hatim. Tirmidzi
mengatakan dalam ‘Ilalul kabirnya, “Aku bertanya kepada Muahammad -yakni
Bukhari-, “Hadits manakah yang paling shahih menurutmu tentang batas waktu
dalam mengusap khuffain (dua sepatu)?” Maka ia menjawab,
“Hadits Shafwan bin ‘Assaal, dan hadits Abu Bakrah adalah hadits hasan.”
Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah menshahihkan hadits Shafwan, oleh sebab itu hadits
ini karena hadits Shafwan shahih,
dikarenakan
Al Muhaajir bin Makhlad diperselisihkan.” [Nashbur Raayah (1/244) dan Ash
Shahiihah ( 3455)].
Menurut Sumair Az
Zuhairiy,
“Hadits tersebut meskipun dha’if sanadnya hanyasaja memiliki beberapa syahid
yang saya sebutkan di asalnya, oleh karena itulah Bukhari menghasankan hadits
tersebut sebagaimana dinukil oleh Tirmidzi dalam Al ‘Ilal.”
[xxvi] Dha’if,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (158) dalam Ath Thaharah dan didha'ifkan
oleh Al Albani dalam Dha’if Abu Dawud (158).
0 komentar:
Posting Komentar