Terjemah Bulughul Maram (5)

بسم الله الرحمن الرحيم



Terjemah Bulughul Maram (5)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut lanjutan terjemah Bulughul Maram karya Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan buku ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

Dalam menyebutkan takhrijnya, kami banyak merujuk kepada dua kitab; Takhrij dari cetakan Darul ‘Aqidah yang banyak merujuk kepada kitab-kitab karya Syaikh M. Nashiruddin Al Albani rahimahullah, dan Buluughul Maram takhrij Syaikh Sumair Az Zuhairiy –hafizhahullah- yang kami singkat dengan ‘TSZ’.

بَابُ اَلْوُضُوءِ

Bab Wudhu

46- وَعَنْ عُثْمَانَ t  أَنَّ اَلنَّبِيَّ r كَانَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ فِي اَلْوُضُوءِ .  أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ

46. Dari Utsman radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyela-nyela janggutnya ketika berwudhu’.” (Hr. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[i]

47- وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ زَيْدٍ t أَنَّ اَلنَّبِيَّ r أَتَى بِثُلُثَيْ مُدٍّ, فَجَعَلَ يَدْلُكُ ذِرَاعَيْهِ . أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ

47. Dari Abdullah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberikan 2/3 mud, lalu Beliau menggosok kedua lengannya.” (Hr. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[ii]

48- وَعَنْهُ, أَنَّهُ رَأَى اَلنَّبِيَّ r يَأْخُذُ لِأُذُنَيْهِ مَاءً خِلَافَ اَلْمَاءِ اَلَّذِي أَخَذَ لِرَأْسِهِ. أَخْرَجَهُ اَلْبَيْهَقِيّ وَقَالَ إِسْنَادُهُ صَحِيْحٌ وَ صَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ اَيْضًا وَهُوَ عِنْدَ "مُسْلِمٍ" مِنْ هَذَا اَلْوَجْهِ بِلَفْظٍ: وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ بِمَاءٍ غَيْرَ فَضْلِ يَدَيْهِ, وَهُوَ اَلْمَحْفُوظ ُ

48. Darinya (Abdullah bin Zaid) bahwa ia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil untuk membasuh kedua telinganya air yang bukan bekas membasuh kepalanya.” (Hr. Baihaqi, ia berkata, “Isnadnya shahih dan dishahihkan oleh Tirmidzi juga,” sedangkan dalam riwayat Muslim dari jalan yang sama dengan lafaz “Dan Beliau mengusap kepalanya dengan air yang bukan sisa di tangannya” inilah yang mahfuzh.[iii]

49-وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ َللَّهِ r يَقُولُ: , "إِنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ, مِنْ أَثَرِ اَلْوُضُوءِ, فَمَنْ اِسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ. -  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِم ٍ

49. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan putih muka, kedua tangan dan kedua kakinya karena bekas berwudhu’. Oleh karena itu, siapa saja di antara kamu yang mampu memperlebar cahayanya maka lakukanlah.“ (Muttafaq ‘alaih, lafaz ini adalah lafaz Muslim)[iv]

50- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: , كَانَ اَلنَّبِيُّ r يُعْجِبُهُ اَلتَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ, وَتَرَجُّلِهِ, وَطُهُورِهُ, وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ. -  مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ

50. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan yang kanan dalam memakai sandal, menyisir, bersuci dan dalam semua urusannya.” (Muttafaq ‘alaih)[v]

51- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , إِذَا تَوَضَّأْتُمْ فابدأوا بِمَيَامِنِكُمْ -  أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ

51. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian berwudhu, maka mulailah dari bagian kanan kalian.” (Diriwayatkan oleh empat orang imam dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[vi]

52- وَعَنِ اَلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةٍ t  أَنَّ اَلنَّبِيَّ r تَوَضَّأَ, فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ, وَعَلَى اَلْعِمَامَةِ وَالْخُفَّيْنِ. أَخْرَجَهُ مُسْلِم ٌ

52. Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihiwa sallam pernah berwudhu’, Beliau mengusap bagian depan rambutnya, sorbannya, dan dua sepatunya.” (Hr. Muslim)[vii]

53- وَعَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اَللَّهِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا -فِي صِفَةِ حَجِّ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ r : اِبْدَؤُوا بِمَا بَدَأَ اَللَّهُ بِهِ . أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ, هَكَذَا بِلَفْظِ اَلْأَمْر ِ وَهُوَ عِنْدَ مُسْلِمٍ بِلَفْظِ اَلْخَبَر ِ

53. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma –tentang tatacara hajji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- Beliau bersabda, “Mulailah dengan apa yang Allah mulai.” (Hr. Nasa’i seperti itu, yakni dengan lafaz perintah, sedangkan dalam riwayat Muslim dengan lafaz khabar/berita)[viii]

54- وَعَنْهُ قَالَ: كَانَ اَلنَّبِيَّ r إِذَا تَوَضَّأَ أَدَارَ اَلْمَاءَ عَلَى مُرْفَقَيْهِ.  أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ بِإِسْنَادِ ضَعِيف ٍ

54. Darinya (Jabir bin Abdullah) ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berwudhu’ memutarkan air ke atas  dua sikunya.” (Diriwayatkan oleh Daruquthni dengan isnad yang dha’if)[ix]

55- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , لَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اِسْمَ اَللَّهِ عَلَيْهِ -  أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَابْنُ مَاجَهْ, بِإِسْنَادٍ ضَعِيف

55. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada wudhu’ bagi orang yang tidak menyebut nama Allah padanya (waktu memulai wudhu).” (Hr. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah dengan isnad yang dha’if)[x]

56- وَلِلترْمِذِيِّ: عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْد ٍ وَأَبِي سَعِيدٍ نَحْوُه ُ قَالَ أَحْمَدُ: لَا يَثْبُتُ فِيهِ شَيْء

56. Tirmidzi juga meriwayatkan dari Sa’id bin Zaid dan Abu Sa’id sama seperti itu. Ahmad mengatakan “Tidak sah sedikitpun tentang hal ini.”[xi]

57- وَعَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ, عَنْ أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ r يَفْصِلُ بَيْنَ اَلْمَضْمَضَةِ وَالِاسْتِنْشَاقِ.  أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادِ ضَعِيف ٍ

57. Dari Thalhah bin Musharrif dari bapaknya dari kakeknya ia berkata, Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memisahkan antara berkumur-kumur dengan menghirup air ke hidung.” (Hr. Abu Dawud dengan isnad yang dha’if)[xii]

58- وَعَنْ عَلِيٍّ t -فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- , ثُمَّ تَمَضْمَضَ r وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا, يُمَضْمِضُ وَيَنْثِرُ مِنْ اَلْكَفِّ اَلَّذِي يَأْخُذُ مِنْهُ اَلْمَاءَ -  أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ

58. Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu –tentang cara wudhu’-, “Kemudian Beliau berkumur-kumur dan menghembuskan air dari hidung tiga kali, Beliau berkumur-kumur dan menghembuskannya itu dari satu telapak tangan yang dipakai buat mengambil air.” (Hr. Abu Dawud dan Nasa’i)[xiii]

59- وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ زَيْدٍ t -فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- , ثُمَّ أَدْخَلَ r يَدَهُ, فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدَةٍ, يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثًا -  مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ ُ

59. Dari Abdullah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu –tentang cara wudhu’- , “Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan tangannya (ke dalam bejana untuk mengambil air), lalu berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung dari satu tangan, Beliau lakukan hal itu sebanyak tiga kali.” (Muttafaq ‘alaih)[xiv]

60- وَعَنْ أَنَسٍ t قَالَ: , رَأَى اَلنَّبِيُّ r رَجُلًا, وَفِي قَدَمِهِ مِثْلُ اَلظُّفْرِ لَمْ يُصِبْهُ اَلْمَاءُ. فَقَالَ: "اِرْجِعْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ" -  أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيّ ُ

60. Dari anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang, pada kakinya ada bagian seukuran kuku yang tidak terkena air (wudhu), maka Beliau bersabda, “Ulangilah, perbaguslah wudhumu.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i)[xv]

61- وَعَنْهُ قَالَ: , كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r يَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ, وَيَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ -  مُتَّفَقٌ عَلَيْه

61. Darinya (Anas) ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu dengan satu mud, mandi dengan satu sha’ (1 sha’=4 mud) hingga lima mud.” (Muttafaq ‘alaih)[xvi]

62-وَعَنْ عُمَرَ t قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r : مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ, فَيُسْبِغُ اَلْوُضُوءَ, ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ, إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ اَلْجَنَّةِ" . أَخْرَجَهُ مُسْلِم ٌ وَاَلتِّرْمِذِيُّ, وَزَادَ: اَللَّهُمَّ اِجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ, وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ .

62. Dari Umar radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Tidak ada seorang pun di antara kamu yang berwudhu’, lalu ia sempurnakan wudhunya kemudian mengucapkan, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, kecuali akan dibukakan baginya pintu-pintu surga.” (Hr. Muslim dan Tirmidzi, Tirmidzi menambahkan, “Ya Allah, jadikan aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci.”)[xvii]

بَابُ اَلْمَسْحِ عَلَى اَلْخُفَّيْنِ

Bab Mengusap Dua Sepatu

63-عَنْ اَلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ t قَالَ: كُنْتُ مَعَ اَلنَّبِيِّ r فَتَوَضَّأَ, فَأَهْوَيْتُ لِأَنْزِعَ خُفَّيْهِ, فَقَالَ: "دَعْهُمَا, فَإِنِّي أَدْخَلْتُهُمَا طَاهِرَتَيْنِ" فَمَسَحَ عَلَيْهِمَا . مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ

63. Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Aku pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau berwudhu’, akupun turun hendak melepas kedua sepatunya, maka Beliau bersabda, “Biarkanlah, sesungguhnya aku memasukkan kakiku dalam keadaan suci,” Beliau pun lalu mengusap bagian atasnya.” (Muttafaq ‘alaih)[xviii]

64- وَلِلْأَرْبَعَةِ عَنْهُ إِلَّا النَّسَائِيَّ: , أَنَّ اَلنَّبِيَّ r مَسَحَ أَعْلَى اَلْخُفِّ وَأَسْفَلَهُ -  وَفِي إِسْنَادِهِ ضَعْف ٌ

64. Dan menurut riwayat empat orang selain Nasa’i dari Mughirah juga, “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas sepatu dan bagian bawahnya.” (Namun dalam isnadnya ada kelemahan)[xix]

65-وَعَنْ عَلِيٍّ t قَالَ: , لَوْ كَانَ اَلدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ اَلْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ, وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ r يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ -  أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ حَسَن ٍ

65. Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Kalau seandainya agama itu didasari dengan pendapat akal, tentu bagian bawah sepatu lebih berhak diusap daripada bagian atasnya.“ (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad hasan)[xx]

66- وَعَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ t قَالَ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r يَأْمُرُنَا إِذَا كُنَّا سَفْرًا أَنْ لَا نَنْزِعَ خِفَافَنَا ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ, إِلَّا مِنْ جَنَابَةٍ وَلَكِنْ مِنْ غَائِطٍ, وَبَوْلٍ, وَنَوْمٍ .  أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ, وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَاللَّفْظُ لَهُ, وَابْنُ خُزَيْمَةَ وَصَحَّحَاه ُ

66. Dari Shafwan bin ‘Assal radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh kami apabila kami menjadi musafir agar tidak melepas sepatu kami selama tiga hari tiga malam kecuali apabila kami junub, tetapi apabila buang air besar, buang air kecil, dan tidur (maka tidak perlu dilepas-pent).” (Hr. Nasa’i dan Tirmidzi, lafaz ini adalah lafaz Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah juga meriwayatkannya, keduanya (Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah) menshahihkannya)[xxi]

67-وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ t قَالَ: جَعَلَ اَلنَّبِيُّ r ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ لِلْمُسَافِرِ, وَيَوْمًا وَلَيْلَةً لِلْمُقِيمِ. يَعْنِي: فِي اَلْمَسْحِ عَلَى اَلْخُفَّيْنِ .  أَخْرَجَهُ مُسْلِم ٌ

67. Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan tiga hari tiga malam  bagi musafir, dan sehari-semalam bagi yang mukim, yakni dalam hal mengusap kedua sepatu. (Hr. Muslim)[xxii]

68-وَعَنْ ثَوْبَانَ t قَالَ: بَعَثَ رَسُولُ اَللَّهِ r سَرِيَّةً, فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَمْسَحُوا عَلَى اَلْعَصَائِبِ - يَعْنِي: اَلْعَمَائِمَ -وَالتَّسَاخِينِ- يَعْنِي: اَلْخِفَافَ. رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِم ُ

68. Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengirim pasukan kecil, Beliau menyuruh mereka untuk mengusap ‘ashaaib -yakni sorban- dan tasaakhin -yakni sepatu-.” (Hr. Ahmad dan Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Hakim)[xxiii]

69- وَعَنْ عُمَرَ -مَوْقُوفًا- و]عَنْ] أَنَسٍ -مَرْفُوعًا-:  إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ وَلَبِسَ خُفَّيْهِ فَلْيَمْسَحْ عَلَيْهِمَا, وَلْيُصَلِّ فِيهِمَا, وَلَا يَخْلَعْهُمَا إِنْ شَاءَ إِلَّا مِنْ جَنَابَةٍ" .  أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ, وَالْحَاكِمُ وَصَحَّحَه

69. Dari Umar radhiyallahu ‘anhu secara mauquf, sedangkan dari Anas secara marfu’ disebutkan, “Apabila salah seorang di antara kamu berwudhu’, sedangkan ia memakai kedua sepatunya, maka usaplah bagian atas sepatunya, shalatlah dengannya, kalau dia mau jangan dilepas kecuali karena junub.” (Diriwayatkan oleh Daruquthni dan Hakim, dan dishahihkan oleh Hakim)[xxiv]

70- وَعَنْ أَبِي بَكْرَةَ t عَنِ النَّبِيِّ r أَنَّهُ رَخَّصَ لِلْمُسَافِرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ, وَلِلْمُقِيمِ يَوْمًا وَلَيْلَةً, إِذَا تَطَهَّرَ فَلَبِسَ خُفَّيْهِ: أَنْ يَمْسَحَ عَلَيْهِمَا. أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ

70. Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Beliau memberikan keringanan untuk musafir tiga hari-tiga malam dan untuk yang mukim sehari-semalam, apabila ia telah bersuci dan memakai kedua sepatunya dengan mengusap bagian atasnya.” (Hr. Daruquthni dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[xxv]

71- وَعَنْ أُبَيِّ بْنِ عِمَارَةَ t أَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ أَمْسَحُ عَلَى اَلْخُفَّيْنِ? قَالَ: "نَعَمْ" قَالَ: يَوْمًا? قَالَ: "نَعَمْ", قَالَ: وَيَوْمَيْنِ? قَالَ: "نَعَمْ", قَالَ: وَثَلَاثَةً? قَالَ: "نَعَمْ, وَمَا شِئْتَ" أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَقَالَ: لَيْسَ بِالْقَوِيِّ .

71. Dari Ubay bin ‘Imarah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku mengusap dua sepatuku?” Beliau menjawab, “Ya,” lalu ia bertanya lagi, “Seharikah?” Beliau menjawab, “Ya,kemudian ia bertanya lagi, “Bolehkah dua hari?” Beliau menjawab, “Ya”, lalu ia bertanya lagi “Bolehkah tiga hari?” Beliau menjawab, “Ya, bahkan semaumu.” (Hr. Abu Dawud, ia berkata, “Hadits ini tidak kuat.”)[xxvi]

Bersambung….

Wa shallallahu 'alaa Nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Alih Bahasa:

Marwan bin Musa



[i] Shahih, diriwayatkan oleh Tirmidzi (31) bab Maa Jaa’a fii Tahliilil lihyah, ia berkata, “Hasan shahih”, Ibnu Khuzaimah (1/78 no. 152), dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi (31) .

Menurut Sumair Az Zuhairiy, bahwa Tirmidzi menyatakan “Hasan shahih”, yakni karena syahid-syahidnya, hadits ini memiliki lebih beberapa syahid dari lebih 10 orang sahabat radhiyallahu 'anhum.

[ii] Isnadnya shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1/62) no. 118, Hakim, Ibnu Hibban dalam Shahihnya dari Abdullah bin Zaid, Abu Dawud (94) dengan lafaz “Annan Nabiyya shallallahu 'alaihi wa sallam tawadhdha’a fa’utiya bi’inaa’in fiihi maa’un qadra tsulutsai mudd” dari Ummu ‘Imarah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (94) dari Ummu ‘Imarah. Lihat Al Irwaa’ (142) –kami belum melihat hadits Ahmad- .

[iii] Syaadz, diriwayatkan oleh Baihaqi (1/65) dari jalan Al Haitsam bin Khaarijah, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb, ia mengatakan: telah mengabarkan kepadaku ‘Amr bin Al Haarits dari Hayyan bin Waasi’ Al Anshaariy, bahwa bapaknya menceritakan kepadanya bahwa ia mendengar Abdullah bin Zaid melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu’…dst. ia mengatakan, “Dan ini isnad yang shahih,” demikian juga diriwayatkan dari  Abdul ‘Aziz bin Imran bin Miqlaas dan Harmalah bin Yahya dari Ibnu Wahb. Muslim bin Al hajjaj meriwayatkan dalam Ash Shahih (236) dari Harun bin Ma’ruf dan Harun bin Sa’id Al Ayliy serta Abuth Thahir dari Ibnu Wahb dengan isnad yang shahih bahwa dia melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu’ –ia pun menyebutkan tentang wudhu’ Beliau, selanjutnya ia mengatakan, “Dan Beliau mengusap kepalanya dengan air yang bukan sisa di tangannya,” tidak disebutkan di situ “dua telinga”, dan hadits ini lebih shahih dari sebelumnya (yakni riwayat Baihaqi-pent).” Ibnut Turkumaaniy mengakhiri dengan mengatakan: “Saya mengatakan, “Pemilik kitab Al Imam menyebutkan bahwa dia melihat dalam riwayat Ibnul Muqri’ dari Harmalah dari Ibnu Wahb dengan isnad ini, di situ disebutkan, “Dan Beliau mengusap dengan air yang bukan dari sisa di tangannya”, tidak disebutkan dua telinga.” Al Albani berkata, “Hadits ini diperselisihkan tentang Ibnu Wahbnya, adapun Al Haitsam bin Khaarijah dan Ibnu Miqlaas serta Harmalah bin Yahya  -Masalahnya masih dalam riwayat Baihaqi- mereka meriwayatkan dengan lafaz pertama yang di sana disebutkan tentang mengambil air yang baru untuk kedua telinganya. Ibnu Ma’ruf, Ibnu Sa’id Al Ailiy dan Abuth Thahir  menyelisihi mereka yaitu dengan meriwayatkan memakai lafaz yang akhir yang di sana disebutkan tentang mengambil air untuk kepalanya dan tidak disebutkan kata-kata “dua telinganya”. Baihaqi menegaskan bahwa ini lebih shahih sebagaimana telah lewat. Maksudnya adalah bahwa lafaz pertama adalah syadz (yaitu riwayat Baihaqi). Dan telah dipertegas tentang syadz-syadznya oleh Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Buluughul Maram. Dan hal itu menurutku tidak diragukan lagi, karena Abuth Thahir dan tiga orang itu telah dimutaaba’ahkan oleh tiga orang yang lain.”

Al Albani mengatakan, “Singkatnya, tidak ditemukan dalam As Sunnah hadits yang mengharuskan mengambil air baru untuk kedua telinga, oleh karena itu ia usap telinganya dengan air bekas kepala sebagaimana dibolehkan mengusap kepala dengan air yang bekas tangannya setelah dicuci tangannya berdasarkan hadits Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz, “Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengusap kepalanya dengan sisa air yang ada di tangannya.” diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad hasan. [Adh Dha’iifah (995)] .

[iv] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (136) dalam Al Wudhu’, Muslim (246) dalam Ath Thaharah. Al Albani mengatakan, “Kata-kata ‘Oleh karena itu, siapa saja di antara kamu yang mampu…..” adalah selipan dalam hadits yang bukan termasuk sabda Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan ulama muhaqqiqin seperti Al Mundziriy, Ibnul Qayyim, Ibnu Hajar dan lainnya, ketahuilah baik-baik hal itu, karena ini penting.” [Al Misykaat (290)].

[v] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (168) dalam Al Wudhu’, Muslim (268) dalam Ath Thaharah.

[vi] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (4141) dalam Al Libas, Ibnu Majah (402) dalam Ath Thaharah wa sunanuhaa, dari Zuhair bin Mu’awiyah dari Al A’masy dari Abu Shaalih dari Abu Hurairah, juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Nasa’i serta dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (4141), Ibnu Khuzaimah (1/91) no. (178), [lihat  Nashbur Raayah (1/91)] .

Dalam TSZ disebutkan setelah menyebutkan takhrijnya, “Lafaz tersebut adalah lafaz Ibnu Majah, adapun lafaz Abu Dawud dan Ibnu Majah adalah “إذا لبستم، وإذا توضأتم فابدأوا بأيامنكم “ (Apabila kamu memakai dan berwudhu’, mulailah dari bagian kananmu), sedangkan lafaz Tirmidzi dan Nasa’i adalah “كان إذا ليس قميصا بدأ بميامنه” (Beliau apabila memakai gamis, memulai dari bagian kanannya).”

[vii] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (274) dalam Ath Thaharah .

[viii] Shahih, diriwayatkan oleh Nasa’i (2962) dalam Manaasikul Hajj, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih An Nasa’i (2962) dalam Manaasikul hajj, sedangkan di Muslim (1218) dalam Al Hajj dengan lafaz “Abda’u” inilah yang mahfuzh sebagaimana dikatakan Al Albani.

[ix] Dha’if sekali, diriwayatkan oleh Daruquthni (1/15/83) –TSZ-..

[x] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (101) dalam Ath Thaharah, Ahmad (9137), Ibnu Majah (399), hadits ini dishahihkan oleh Al Albani dalam Abu Dawud yakni Shahihnya dengan no. (101) .

[xi] Hasan, dari hadits Sa’id bin Zaid dalam riwayat Tirmidzi no. (25), dan dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi (25).

Sumair Az Zuhairiy mengomentari kata-kata Imam Ahmad tersebut dengan mengatakan, “Akan tetapi hadits tersebut hasan dengan syahid-syahidnya, dan dishahihkan oleh lebih dari seorang haafizh.”

[xii] Dha’if, diriwayatkan oleh Abu Dawud (139) dalam Ath Thaharah, dan didha'ifkan oleh Al Albani dalam Dha’if Abi Dawud (139).

[xiii] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (111) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (95) dalam Ath Thaharah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (111) .

[xiv] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (199) dalam Al Wudhu’, Muslim (235) dalam Ath Thaharah .

[xv] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (173) dalam Ath Thaharah, Ibnu Majah (665) dalam Ath Thaharah, Ahmad (12078) dan Nasa’i .

Namun dalam TSZ disebutkan, “Al Haafizh rahimahullah keliru menghubungkan kepada Nasa’i, karena Nasa’i  tidak meriwayatkannya baik di Al Kubranya maupun di Ash Shughraa, Wallahu a’lam.”

[xvi] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (201) dalam Al Wudhu’, Muslim (325) dalam Al Haidh, lafaz ini adalah lafaz Muslim.

[xvii] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (234) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (55) dalam Abwaabuth thaharah dan Ahmad (12912) .

Lafaz Muslim secara lengkap sebagai berikut,

عن عقبة بن عامر قال: كانت علينا رعاية الإبل، فجاءت نوبتي، فروحتها بعشي، فأدركت رسول الله صلى الله عليه وسلم قائما يحدث الناس، فأدركت من قوله: "ما من مسلم يتوضأ فيحسن وضوءه، ثم يقوم فيصلى ركعتين، مقبل عليهما بقلبه ووجهه، إلا وجبت له الجنة" قال: فقلت: ما أجود هذه، فإذا قائل بين يدي يقول: التي قبلها أجود، فنظرت فإذا عمر. قال: إني قد رأيتك جئت آنفا، قال: ....فذكره.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata, “Kami memiliki kewajiban menggembala unta, pada saat tiba giliranku, aku pun melepaskannya di sore hari, lalu aku mendapati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri berceramah kepada orang-orang, aku mendengar sebagian kata-katanya, “Tidak ada seorang muslim pun yang berwudhu lalu ia memperbagus wudhunya, kemudian berdiri shalat dua rakaat dengan khusyu’ baik hati maupun anggota badannya kecuali ia pasti masuk surga.” Aku pun berkata, “Alangkah bagus hal ini,” lalu di depanku ada yang berkata, “Sebelumnya lebih bagus lagi.Setelah aku lihat ternyata Umar, ia mengatakan, “Sesungguhnya aku melihat kamu datang tadi, ia melanjutkan kata-katanya, “…(maka disebutkan hadits di atas). Pada hadits tersebut disebutkan kata-kata “الثمانية، يدخل من أيها شاء “ (artinya: dibukakan pintu surga yang delapan, ia boleh masuk dari mana saja yang ia mau).

[xviii] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (206) dalam Al Wudhu’, Muslim (274) dalam Ath Thaharah .

[xix] Dha’if, diriwayatkan oleh Abu Dawud (165) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (97) dalam Abwaabuth Thaharah, Ibnu Majah (550) dalam Ath Thaharah wa sunanuhaa, Al Albani mengatakan dalam Shahih Abu Dawud, “Dh’aif, lihat Al Misykaat (521).”

[xx] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (162) dalam Ath Thaharah, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (162).

[xxi] Hasan, diriwayatkan oleh Nasa’i (158) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (96) dalam Abwaabuth Thaharah, Ibnu Majah (478) dan dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi (96), Abu Isa mengatakan, “Hadits ini hasan shahih, Muhammad bin Isma’il (yakni Bukhari) berkata, “Hadits ini adalah hadits yang paling baik dalam masalah ini.”

Dalam Shahih Ibnu Khuzaimah (1/98 hadits no. 196), Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Ahmad (4/239, 240), namun dalam riwayatnya tidak ada kata-kata “tetapi apabila buang air besar…dst”. Al Albani berkata dalam Al Irwaa’ (104), “Hadits tersebut adalah hasan menurutku, karena ‘Ashim ini dalam hapalan ada kelemahan, namun tidak turun haditsnya dari derajat hasan.

[xxii] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (276) dalam Ath Thaharah, Nasaa’i (128) dan Darimiy (714) .

Lafaz riwayat Muslim yaitu dari jalan Syuraih bin Hani’, ia berkata:

أتيت عائشة أسألها عن المسح على الخفين؟ فقالت: عليك بابن أبي طالب فسله، فإنه كان يسافر مع رسول الله صلى الله عليه وسلم. فسألناه فقال: ...فذكره

Aku mendatangi Aisyah untuk bertanya tentang mengusap kedua khuf? Ia menjawab, “Datangilah Ibnu Abi Thaalib, bertanyalah kepadanya, karena ia bersafar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,” maka kami bertanya kepadanya, ia menjawab, “…dst” -tanpa ada kata-kata “Yakni dalam hal mengusap kedua sepatu”- kalimat ini adalah susunan Al Hafizh.

[xxiii] Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad (21878), Abu Dawud (146) dalam Ath Thaharah, Hakim dalam Al Mustadrak (1/169) dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud.

[xxiv] Diriwayatkan oleh Daruquthni (1/203), Hakim (1/181) ia mengatakan, “Isnad ini shahih sesuai syarat Muslim”, namun Adz Dzahabiy mengatakan, “Hadits tersebut syadz.”

[xxv] Shahih lighairih, diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya no. (192), Thahawiy dalam Syarhul Ma’aaniy (1/50), Daruquthni dalam Sunannya (1/194/1), Ibnu ‘Abil Bar dalam At Tamhid (11/155), Thabrani dalam Mu’jamnya, Baihaqi dalam Sunannya (1/281) dari beberapa jalan dari Al Muhajir bin Makhlad Abu Makhlad dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapaknya. Al Muhajir bin Makhlad adalah lembek haditsnya sebagaimana dikatakan Abu Hatim. Tirmidzi mengatakan dalam ‘Ilalul kabirnya, “Aku bertanya kepada Muahammad -yakni Bukhari-, “Hadits manakah yang paling shahih menurutmu tentang batas waktu dalam mengusap khuffain (dua sepatu)?” Maka ia menjawab, “Hadits Shafwan bin ‘Assaal, dan hadits Abu Bakrah adalah hadits hasan.” Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah menshahihkan hadits Shafwan, oleh sebab itu hadits ini karena hadits Shafwan shahih, dikarenakan Al Muhaajir bin Makhlad diperselisihkan.” [Nashbur Raayah (1/244) dan Ash Shahiihah ( 3455)].

Menurut Sumair Az Zuhairiy, “Hadits tersebut meskipun dha’if sanadnya hanyasaja memiliki beberapa syahid yang saya sebutkan di asalnya, oleh karena itulah Bukhari menghasankan hadits tersebut sebagaimana dinukil oleh Tirmidzi dalam Al ‘Ilal.”

[xxvi] Dha’if, diriwayatkan oleh Abu Dawud (158) dalam Ath Thaharah dan didha'ifkan oleh Al Albani dalam Dha’if Abu Dawud (158).

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger