Terjemah Bulughul Maram (4)

 

بسم الله الرحمن الرحيم



Terjemah Bulughul Maram (4)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut lanjutan terjemah Bulughul Maram karya Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan buku ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

Dalam menyebutkan takhrijnya, kami banyak merujuk kepada dua kitab; Takhrij dari cetakan Darul ‘Aqidah yang banyak merujuk kepada kitab-kitab karya Syaikh M. Nashiruddin Al Albani rahimahullah, dan Buluughul Maram takhrij Syaikh Sumair Az Zuhairiy –hafizhahullah- yang kami singkat dengan ‘TSZ’.

بَابُ إِزَالَةِ اَلنَّجَاسَةِ وَبَيَانِهَا

Bab Menghilangkan Najis dan Penjelasannya

30-وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا, قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r يَغْسِلُ اَلْمَنِيَّ, ثُمَّ يَخْرُجُ إِلَى اَلصَّلَاةِ فِي ذَلِكَ اَلثَّوْبِ, وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى أَثَرِ اَلْغُسْلِ فِيهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْه

30. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mencuci mani kemudian keluar untuk shalat memakai baju itu, aku pun melihat bekas cucian itu.” (Muttafaq ‘alaih)[i]

31- وَلِمُسْلِمٍ: , لَقَدْ كُنْتُ أَفْرُكُهُ مِنْ ثَوْبٍ رَسُولِ اَللَّهِ r فَرْكًا, فَيُصَلِّي فِيهِ .

31. Sedangkan dalam riwayat Muslim disebutkan, “Aku pernah menggosok mani dari baju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sekerasnya lalu Beliau shalat memakai baju itu.”[ii]

32- وَفِي لَفْظٍ لَهُ: , لَقَدْ كُنْتُ أَحُكُّهُ يَابِسًا بِظُفُرِي مِنْ ثَوْبِهِ -

Sedangkan dalam sebuah lafaz Muslim yang lain disebutkan, “Aku pernah mengerik mani dari baju Beliau di saat kering dengan kukuku.”[iii]

33- وَعَنْ أَبِي اَلسَّمْحِ t قَالَ: قَالَ اَلنَّبِيُّ r:يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ اَلْجَارِيَةِ, وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ اَلْغُلَامِ .  أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِم ُ

33. Dari Abus Samh radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dicuci air kencing bayi perempuan dan diperciki air kencing bayi laki-laki.” (Hr. Abu Dawud, Nasa’i, dan dishahihkan oleh Hakim)[iv]

34-وَعَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا; أَنَّ اَلنَّبِيَّ r قَالَ -فِي دَمِ اَلْحَيْضِ يُصِيبُ اَلثَّوْبَ-:  "تَحُتُّهُ, ثُمَّ تَقْرُصُهُ بِالْمَاءِ, ثُمَّ تَنْضَحُهُ, ثُمَّ تُصَلِّي فِيهِ".   مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ

34. Dari Asma binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang darah haid yang mengenai pakaian, “Kamu kerik lalu kamu gosok dengan air kemudian kamu siram, lalu kamu shalat dengannya.” (Muttafaq alaih)[v]

35- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t قَالَ: قَالَتْ خَوْلَةُ: , يَا رَسُولَ اَللَّهِ, فَإِنْ لَمْ يَذْهَبْ اَلدَّمُ? قَالَ: "يَكْفِيكِ اَلْمَاءُ, وَلَا يَضُرُّكِ أَثَرُهُ" -  أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَسَنَدُهُ ضَعِيف ٌ

35. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Khaulah pernah berkata “Wahai Rasulullah, bagaimana Apabila darah haid belum hilang?” Beliau menjawab, “Cukup bagimu air itu, dan tidak mengapa bekasnya.” (Hr. Tirmidzi dan sanadnya dha’if)[vi]

  بَابُ اَلْوُضُوءِ

Bab Wudhu

36-عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t عَنْ رَسُولِ اَللَّهِ r قَالَ: , لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ -  أَخْرَجَهُ مَالِكٌ, وأَحْمَدُ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ(وَذَكَرَهُ اْلبُخَارِيُّ مُعَلَّقًا)

36. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Beliau bersabda, “Kalau bukan karena khawatir aku memberatkan umatku tentu aku suruh mereka bersiwak setiap kali berwudhu.” (Diriwayatkan oleh Malik, Ahmad dan Nasa’i, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Bukhari menyebutkan secara mu’allaq (tanpa sanad))[vii]

37-وَعَنْ حُمْرَانَ; أَنَّ عُثْمَانَ t دَعَا بِوَضُوءٍ, فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ مَضْمَضَ, وَاسْتَنْشَقَ, وَاسْتَنْثَرَ, ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ اَلْيُمْنَى إِلَى اَلْمِرْفَقِِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ اَلْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ, ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ, ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ اَلْيُمْنَى إِلَى اَلْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ اَلْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ, ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا.  مُتَّفَقٌ عَلَيْه

37. Dari Humran maula (orang yang dimerdekakan) ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu, bahwa Utsman meminta air wudhu’, ia pun membasuh kedua tapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur-kumur, menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya, lalu membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh kedua tangannya yang kanan sampai siku tiga kali, lalu tangan kirinya sama seperti itu, kemudian mengusap kepalanya, lalu membasuh kedua kakinya yang kanan sampai kedua mata kaki tiga kali, kemudian kaki kirinya sama seperti itu, lalu ia berkata, “Aku lihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu seperti wudhuku ini.” (Muttafaq ‘alaih)[viii]

38-وَعَنْ عَلِيٍّ t -فِي صِفَةِ وُضُوءِ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَاحِدَةً.  أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد َوَاَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَ النَّسَائِيُّ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ بَلْ قَالَ التِّرْمِذِيُّ : إِنَّهُ اَصَحُّ شَيْئٍ فِى اْلبَابِ

38. Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, tentang cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Beliau mengusap kepalanya sekali.”. (Hr. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i dengan isnad yang shahih, bahkan Tirmidzi mengatakan, “Sesungguhnya hadits ini adalah hadits yang paling shahih dalam masalah ini”)[ix]

39-وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ t -فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- قَالَ: وَمَسَحَ r بِرَأْسِهِ, فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ

39. Dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim radhiyallahu ‘anhuma -tentang cara wudhu’- ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap kepalanya, ia majukan kedua telapak tangannya lalu mengarahkan ke belakang. “ (Muttafaq alaih)[x]

40- وَفِي لَفْظٍ لَهُمَا: بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ, حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ, ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى اَلْمَكَانِ اَلَّذِي بَدَأَ مِنْهُ

40. Dalam sebuah lafaz menurut riwayat keduanya “Beliau memulai bagian depan kepalanya hingga menjalankan kedua tangannya ke tengkuknya kemudian mengembalikan ke tempat semula Beliau mengusap.”[xi]

41- وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا -فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- قَالَ: ثُمَّ مَسَحَ r بِرَأْسِهِ, وَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ اَلسَّبَّاحَتَيْنِ فِي أُذُنَيْهِ, وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ ظَاهِرَ أُذُنَيْهِ.  أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة

41. Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma tentang tatacara wudhu, ia berkata, “Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap kepalanya dan memasukkan dua jarinya yaitu yang telunjuk ke dalam telinganya serta mengusap bagian luar telinganya dengan kedua ibu jarinya.” (Hr. Abu Dawud dan Nasa’i, serta dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[xii]

42- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r  إِذَا اِسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلَاثًا, فَإِنَّ اَلشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ . مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ

42. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu bangun dari tidurnya, maka hendaknya ia menghembuskan air dari hidungnya tiga kali, karena setan bermalam di hidungnya.” (Muttafaq ‘alaih)[xiii]

43-وَعَنْهُ: , إِذَا اِسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلَا يَغْمِسُ يَدَهُ فِي اَلْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدَهُ -  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِم ٍ

43. Darinya (Abu Hurairah), “Apabila salah seorang di antara kamu bangun dari tidurnya, maka janganlah ia masukkan tangannya ke dalam bejana, sampai ia mencucinya tiga kali, karena ia tidak tahu, di mana tangannya bermalam.“ (Muttafaq ‘alaih, ini adalah lafaz Muslim)[xiv]

44- وَعَنْ لَقِيطِ بْنُ صَبِرَةَ, t قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r: أَسْبِغْ اَلْوُضُوءَ, وَخَلِّلْ بَيْنَ اَلْأَصَابِعِ, وَبَالِغْ فِي اَلِاسْتِنْشَاقِ, إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا . أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ 

44. Dari Laqith bin Shabirah radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sempurnakanlah wudhu, lakukanlah menyela-nyela antara jari-jemari, dan bersungguh-sungguhlah dalam menghirup air ke hidung kecuali apabila kamu dalam keadaan puasa.” (Hr. Empat Imam Ahli Hadits dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[xv]

45- وَلِأَبِي دَاوُدَ فِي رِوَايَةٍ: , إِذَا تَوَضَّأْتَ فَمَضْمِضْ - 

45. Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud disebutkan, “Apabila kamu berwudhu’ maka berkumur-kumurlah.”[xvi]

Bersambung….

Wa shallallahu 'alaa Nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Alih Bahasa:

Marwan bin Musa


[i] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al Wudhuu’ (229) dan Muslim (289) dalam Ath Thaharah .

Dalam TSZ disebutkan, “Lafaz tersebut adalah lafaz Muslim.”

[ii] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (288) dalam Ath Thaharah .

[iii] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (290) dalam Ath Thaharah .

[iv] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (376) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (304) dalam Ath Thaharah, Ibnu Majah (526) dalam Ath Thaharah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud (376).

[v] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (227) dalam Al Wudhu’, Muslim (291) dalam Al Iman.

[vi] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (365) dalam Ath Thaharah, Ahmad (8549) dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (365) . Dalam TSZ disebutkan, “Perhatian: Dinisbatkannya hadits tersebut oleh Al Haafizh kepada Tirmidzi termasuk keliru, meskipun diikuti juga oleh yang lain. Adapun pendha’ifannya terhadap sanad hadits, boleh jadi tidak berpengaruh.”

[vii] Sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq, Malik (147) dalam Ath Thaharah, Ahmad (7364), lafaz ini adalah lafaznya, Nasa’i (7) dalam Ath Thaharah, dan dishahihkan oleh Al Albani dengan lafaz “Kulli wudhuu’”, juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah no. (140), Al Irwaa’ (59) .

Dalam TSZ (Takhrij Sumair Az Zuhairi) disebutkan, “Hadits tersebut memiliki lafaz-lafaz dan jalur-jalur yang lain dalam Shahihain dan lainnya.”

[viii] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (164) dalam Al Wudhu’, Muslim (226) dalam Ath Thaharah .

[ix] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (115) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (48) dalam Abwaabuth Thahaarah, Nasa’i (91-91) dalam Ath Thaharah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (115) .

[x] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (186, 191, 192, 197) dalam Al Wudhu’, Muslim (235) dalam Ath Thaharah.

[xi] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (185) dalam Al Wudhu’, Muslim (235) dalam Ath Thaharah, juga diriwayatkan oleh Tirmidzi (32) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (97) dalam Ath Thaharah, Abu Dawud (118) dalam Ath Thaharah, Ibnu Majah (434) dalam Ath Thaharah.

[xii] Hasan shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (135) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (102) dalam Ath Thaharah, Ibnu Khuzaimah (1/77) no. 147, Al Albani mengatakan Hasan shahih dalam Shahih Abu Dawud (135) .

[xiii] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (3295) dalam Bad’ul khalq, Muslim (238) dalam Ath Thaharah.

[xiv] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (162) dalam Al Wudhu’, Muslim (278) dalam Ath Thaharah dan Ahmad (9741) .

[xv] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (142) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (788) dalam Abwaabuth Thahaarah, ia berkata,Hadits hasan shahih,” Nasa’i (78) (114), Ibnu Majah (448) dalam Ath Thaharah, Ahmad (17390), Ibnu Khuzaimah 1/78 no. 150, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (142).

[xvi] Shahih, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (144).

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger