Terjemah Kitab Khudz 'Aqidatak (Ambillah Akidahmu dari Al Qur'an dan As Sunnah)

بسم الله الرحمن الرحيم


  

 


 

Terjemah Kitab

Khudz ‘Aqidatak Minal Kitab was Sunnatish Shahihah

خذ عقيدتك من الكتاب والسنة الصحيحة

(Ambillah Akidahmu dari Al Qur’an dan As Sunnah Yang Shahih)

 

Karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

 

Alih Bahasa:

Marwan Hadidi, M.Pd.I

 

 

 

 

 

 

 

 

 

بسم الله الرحمن الرحيم

 

Pengantar

 

Sesungguhnya segala puji milik Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan -Nya, dan memohon ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

            Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja; tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Amma ba’du:

            Berikut pertanyaan penting tentang akidah yang saya jawab dengan menyebutkan dalil dari Al Qur’an dan hadits agar pembaca menjadi nyaman dengan jawaban yang benar tersebut, karena akidah tauhid merupakan asas kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat.

            Kepada Allah saya meminta agar risalah ini bermanfaat bagi kaum muslimin dan menjadikannya ikhlas karena Allah Ta’ala.

 

 

Muhammad bin Jamil Zainu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hak Allah Atas Hamba-Nya

1. Pertanyaan: Mengapa Allah menciptakan kita?

Jawab: Allah menciptakan kita agar kita menyembah dan beribadah kepada-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Dalilnya firman  Allah Ta’ala di surah Adz Dzariyat:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Qs. Adz Dzariyat: 56)

Rasulullah shallallahu alaihi wa  sallam bersabda,

حَقُّ اللَّهِ عَلَى العِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Hak Allah yang wajib dipenuhi hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

2. Pertanyaan: Apa itu ibadah?

Jawab: Ibadah adalah istilah yang mencakup semua yang dicintai Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan, seperti doa, shalat, kurban (penyembelihan), dan sebagainya. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. Al An’aam: 162)

Lafaz ‘nusukiy’ di ayat tersebut adalah sembelihanku.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ

 “Hamba-Ku tidaklah mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai melebihi yang Aku wajibkan kepada-Nya.” (Hadits Qudsi, diriwayatkan oleh Bukhari)

3. Pertanyaan: Bagaimana kita beribadah kepada Allah?

Jawab: Yaitu sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya shallallahu alaih wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (Qs. Muhammad: 33)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa yang mengerjakan amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan itu tertolak (tidak diterima).”  (Hr. Muslim)

4. Pertanyaan: Apakah dalam beribadah kepada Allah harus disertai rasa takut dan harap?

Jawab:  Ya. Kita beribadah harus demikian. Allah Ta’ala berfirman menyifati orang-orang mukmin,

يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا

“Mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap.” (Qs. As Sajdah: 16)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَسْأَلُ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِهِ مِنَ النَّارِ

“Aku meminta kepada Allah surga-Nya dan berlindung kepada-Nya dari neraka.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud)

5. Pertanyaan: Apa arti ihsan dalam beribadah?

Jawab: Ihsan artinya merasa diawasi Allah Ta’ala dalam beribadah. Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (218) وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (219)

“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat),--Dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (Qs. Asy Syu’araa: 218-219)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak merasakan begitu, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu.” (Hr. Muslim)

 

 

 

 

Macam-Macam Tauhid dan Faedahnya

6. Pertanyaan: Mengapa Allah mengutus para rasul?

Jawab: Allah mengutus mereka untuk mengajak manusia menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu." (Qs. An Nahl: 36)

Thaghut adalah setan yang mengajak untuk menyembah selain Allah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ

“Para nabi adalah bersaudara. Agama mereka sama (Islam).” (Hr. Bukhari dan Muslim)

7. Pertanyaan: Apa yang dimaksud Tauhid Rububiyyah?

Jawab: Yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti menciptakan, mengatur, dsb. Allah Ta’ala berfirman,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” (Qs. Al Fatihah: 2)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,

أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ

“Ya Allah, Engkaulah Tuhan pemiliki langit dan bumi.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

8. Pertanyaan: Apa yang dimaksud tauhid Uluhiyyah?

Jawab: Yaitu mengesakan Allah Ta’ala dalam beribadah seperti dalam berdoa, berkurban atau menyembelih, dan bernadzar. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al Baqarah: 163)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

“Maka hendaknya yang pertama engkau serukan adalah bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

Dalam sebuah riwayat Bukhari disebutkan,

إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى

“Agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala.”

9. Pertanyaan: Apa yang dimaksud tauhid Asma wa Shifat?

Jawab: Yaitu menetapkan nama dan sifat yang Allah tetapkan untuk Diri-Nya dalam kitab-Nya, atau yang ditetapkan oleh Rasul-Nya dalam hadits-haditsnya yang shahih secara hakiki tanpa takwil (mengartikan lain), tafwidh (menyerahkan makna kepada Allah), tamtsil (menyerupakan), dan tanpa ta’thil (meniadakan), seperti sifat istiwa (bersemayam), nuzul (turun), tangan, dan sebagainya sesuai yang layak dengan kesempurnaan-Nya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Mahamendengar dan melihat.” (Qs. Asy Syuuraa: 11)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

يَنْزِلُ اللَّهُ فِيْ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا

“Allah turun ke langit dunia di setiap malam…dst.” (Hr. Muslim)

Yakni turun yang layak dengan keagungan-Nya tanpa ada menyerupai salah satu pun di antara makhluk-Nya.

10. Pertanyaan: Di mana Allah?

Jawab: Allah di atas Arsyi-Nya di atas langit. Allah Ta’ala berfirman,

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“Allah Ar Rahman bersemayam di atas Arsy.” (Qs. Thaahaa: 5)

Lafaz ‘istawa’ (bersemayam) maksudnya adalah tinggi dan berada di atas sebagaimana diterangkan dalam Shahih Bukhari.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهُ كَتَبَ كِتَابًا... فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ

“Sesungguhnya Allah mencatat sebuah kitab. Kitab itu ada di sisi-Nya… Dia berada di atas Arsy.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

11. Pertanyaan: Apakah Allah bersama kita?

Jawab: Allah bersama kita dengan mendengar dan melihat kita, serta dengan ilmu-Nya sebagaimana firman Allah Ta’ala,

لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى

"Janganlah kamu (Musa dan Harun) berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (Qs. Thaahaa: 46)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ

 “Sesungguhnya kalian berdoa kepada Yang Mahamendengar dan Mahadekat, dan Dia bersama kalian (dengan ilmu-Nya).” (Hr. Muslim)

12. Pertanyaan: Apa manfaat yang diperoleh dari tauhid?

Jawab: Manfaat yang diperoleh dari tauhid adalah memperoleh keamanan di akhirat dari azab, memperoleh hidayah di dunia, dan terhapuskan dosa-dosa. Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al An’aam: 82)

Lafaz ‘bizhulm’ (dengan kezaliman) di ayat ini adalah syirik.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَحَقَّ العِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

 “Hak hamba yang akan dipenuhi Allah adalah bahwa Dia tidak akan mengazab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

 

 

 

Syarat diterimanya amal

13. Pertanyaan: Apa saja syarat diterimanya amal?

Jawab: Syarat diterimanya amal di sisi Allah ada tiga:

1. Beriman kepada Allah Ta’ala dan mentauhidkan-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,” (Qs. Al Kahf: 107)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

" قُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ، فَاسْتَقِمْ "

Katakanlah “Aku beriman kepada Allah” kemudian istiqamahlah. (Hr. Muslim)

2. Ikhlas, yaitu beramal karena Allah bukan riya dan sum’ah (mencari perhatian manusia). Allah Ta’ala berfirman,

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Qs. Az Zumar: 2)

3. Sesuai ajaran yang dibawa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (Qs. Al Hasyr: 7)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»

“Barang siapa yang mengerjakan amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan itu tetolak.” (Hr. Muslim)

 

 

 

Mengenal Syirik Besar

1. Pertanyaan: Dosa apa yang paling besar di sisi Allah?

Jawab: Dosa yang paling besar adalah syirik (menyekutukan) Allah. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (menyebutkan nasihat Lukman kepada anaknya),

يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang besar.” (Qs. Luqman: 13)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya, “Dosa apa yang paling besar?” Beliau menjawab,

أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ

“Yaitu engkau mengadakan sekutu bagi Allah, padahal Dia telah menciptakanmu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

2. Pertanyaan: Apa itu syirik akbar (besar)?

Jawab: Syirik akbar adalah mengarahkan ibadah kepada selain Allah, seperti berdoa kepada selain Allah, meminta pertolongan kepada orang-orang yang telah meninggal dunia, atau orang-orang hidup yang tidak ada di hadapan. Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

 “Sembahlah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” (Qs. An Nisaa: 36)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَكْبَرُ الكَبَائِرِ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ

“Dosa yang paling besar adalah syirik kepada Allah.” (Hr. Bukhari)

3. Pertanyaan: Apakah syirik ada di tengah umat ini?

Jawab: Ya, ada. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (Qs. Yusuf: 106)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالمُشْرِكِينَ، وَحَتَّى يَعْبُدُوا الأَوْثَانَ

“Tidak akan tiba hari Kiamat sampai beberapa kelompok dari umatku bergabung dengan kaum musyrik dan sampai mereka menyembah berhala.” (Shahih, diriwayatkan oleh  Tirmidzi)

4. Pertanyaan: Apa hukum berdoa kepada orang-orang yang telah meninggal dunia atau kepada orang-orang yang tidak ada di hadapannya?

Jawab:  Berdoa kepada orang-orang yang telah meninggal dunia atau kepada orang-orang yang tidak ada di hadapannya adalah syirik besar. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim." (Qs. Yunus: 106)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«مَنْ مَاتَ وَهْوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ»

“Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan berdoa kepada selain Allah, maka dia akan masuk neraka.” (Hr. Bukhari)

5. Pertanyaan: Apakah doa merupakan ibadah?

Jawab: Ya. Doa merupakan ibadah. Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (Qs. Al Mu’min: 60)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

 “Doa adalah ibadah.” (Hr. Ahmad, Tirmidzi berkata, “Hasan shahih.”)

 6. Pertanyaan: Apakah orang-orang yang telah mati mendengar doa?

Jawab: Mereka tidak mendengar doa. Allah Ta’ala berfiman,

إِنَّكَ لاَ تُسْمِعُ المَوْتَى

“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar.” (Qs. An Naml: 80)

وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ

“Dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (Qs. An Naml: 22)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Macam-Macam Syirik Akbar

7. Pertanyaan: Bolehkah kita memohon pertolongan kepada orang-orang yang teah mati atau orang-orang yang tidak berada di hadapan kita?

Jawab: Tidak boleh memohon pertolongan kepada mereka. Allah ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (20) أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ (21)

“Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang.--(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak mengetahui kapan penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.” (Qs. An Nahl: 20-21)

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu. (Qs. Al Anfaal : 9)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ»

“Wahai Yang Mahahidup dan terus menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku memohon.” (Hasan, diriwayatkan oleh Tirmidzi)

8. Pertanyaan: Bolehkah kita memohon pertolongan kepada selain Allah?

Jawab: Tidak boleh. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” (Qs. Al Fatihah: 5)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan, makan mohonlah pertolongan kepada Allah.” (Hasan shahih, diriwayatkan oleh Tirmidzi)

9. Pertanyaan: Bolehkah kita memohon pertolongan kepada orang-orang yang masih hidup?

Jawab: Ya boleh dalam hal yang mereka sanggupi. Allah Ta’ala berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى

“Tolong-menolonglah kalian di atas kebaikan dan takwa.” (Qs. Al Maidah: 2)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Allah akan menolong hamba-Nya ketika hamba itu mau menolong saudaranya.” (Hr. Muslim)

10. Pertanyaan: Bolehkah bernadzar untuk selain Allah?

Jawab:  Tidak boleh bernadzar kecuali untuk Allah, karena Allah Ta’ala berfirman (menceritakan ucapan istri Imran),

رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis).” (Qs. Ali Imran: 35)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ»

“Barang siapa yang bernadzar untuk menaati Allah, maka hendaknya ia menaati-Nya. Barang siapa yang bernadzar untuk mendurhakai-Nya, maka jangan dia mendurhakai-Nya.” (Hr. Bukhari)

11. Pertanyaan: Bolehkah menyembelih untuk selain Allah?

Jawab: Tidak boleh. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

 “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (Qs. Al Kautsar: 2)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ

  “Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.” (Hr. Muslim)

12. Pertanyaan: Bolehkah kita thawaf di kuburan untuk mendekatkan diri kepada Allah?

Jawab: Kita tidak boleh thawaf kecuali di Ka’bah. Allah Ta’ala berfirman,

وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“Dan hendaknya mereka berthawaf di rumah yang tua (Ka’bah).” (Qs. Al Hajj: 29)

Rasulullha shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ، وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ»

“Barang siapa yang berthawaf di Baitullah dan shalat dua rakaat, maka dia seperti memerdekakan seorang budak.” (Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

13. Pertanyaan: Apa hukum sihir?

Jawab: Sihir termasuk kekafiran. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ

“Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (Qs. Al Baqarah: 102)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ . الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ،...

“Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan, yaitu: syirik kepada Allah, melakukan sihir…dst.” (Hr. Muslim)

14. Pertanyaan: Apakah kita boleh membenarkan peramal dan dukun dalam pengakuan mereka mengetahui yang gaib?

Jawab: Kita tidak boleh membenarkan keduanya, berdasarkan firman Allah Ta’ala,

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah." (Qs. An Naml: 65)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا ، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barang siapa yang mendatangi peramal atau dukun, lalu membenarkan perkataannya, maka berarti dia telah kufur kepada wahyu (Al Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.” (Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

15. Pertanyaan: Apakah ada seorang yang mengetahui hal gaib?

Jawab: Tidak ada yang mengetahui perkara gaib kecuali orang yang diberitahukan Allah seperti para rasul. Allah Ta’ala berfirman,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ

“(Allah adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.--Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya.” (Qs. Al Jinn: 26-27)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَعْلَمُ الغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

“Tidak ada yang mengetahui hal gaib kecuali Allah.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Thabrani)

16. Pertanyaan: Bolehkah kita memakai benang dan gelang untuk kesembuhan?

Jawab: Kita tidak boleh memakainya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ

“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri.” (Qs. Al An’aam: 17)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَمَا إِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ إِلاَّ وَهْنًا. اِنْبِذْهَا عَنْكَ؛ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا

“Ketahuilah, sesungguhnya gelang itu tidak menambah kepadamu selain kelemahan. Lepaskanlah darimu, karena jika engkau meninggal dunia sedangkan gelang itu masih ada padamu, maka engkau tidak akan beruntung selama-lamanya.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Hakim, ia menshahihkannya dan disepakati oleh Adz Dzahabi)

17. Pertanyaan: Bolehkah kita menggantungkan jimat dari permata, atau dari rumah kerang dan semisalnya?

Jawab:  Kita tidak boleh menggantungkannya meskipun untuk menjaga diri dari ‘ain (penyakit yang menimpa dari mata orang yang hasad). Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

 وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ

“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri.” (Qs. Al An’aam: 17)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barang siapa yang menggantungkan jimat, maka dia telah berbuat syirik.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

Tamimah bisa berasal dari batu permata atau rumah kerang yang dipakaikan kepada seseorang untuk menghindarkan diri dari penyakit ‘ain.

18. Pertanyaan:  Apa hukum mengamalkan undang-undang yang bertentangan dengan ajaran Islam?

Jawab: Mengamalkan undang-undang yang menyelisihi ajaran Islam adalah kekufuran ketika ia membolehkannya atau meyakini kecocokannya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Qs. Al Maidah: 44)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ

“Dan tidaklah pemimpin mereka meninggalkan berhukum dengan kitabullah serta memilihi apa yang Allah turunkan melainkan Allah akan adakan peperangan di antara mereka.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya)

19. Pertanyaan:  Bagaimana cara menolak bisikan setan ‘Siapa yang menciptakan Allah?”

Jawab: Apabila setan membisikan pertanyaan tersebut, maka hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Mahamendengar lagi Mahamengetahui.” (Qs. Fushshilat: 36)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita bagaimana menolak tipu daya setan dengan mengatakan,

آمَنْتُ بِاللهِ, اللهُ أَحَدٌ, اَللهُ الصَّمَدُ , لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ, وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Artinya: Aku beriman kepada Allah. Allah adalah Tuhan yang seluruh makhluk bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.

Selanjutnya dia meludah tipis ke kiri tiga kali dan memohon perlindungan kepada Allah dari setan serta berhenti. Karena itu semua dapat menghilangkan was-was tersebut.

(Kesimpulan ini diambil dari hadits-hadits yang shahih yang ada dalam Shahih Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud)

20. Pertanyaan:  Apa bahaya syirik besar?”

Jawab: Syirik besar menyebabkan pelakunya kekal di neraka. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Qs. Al Maidah: 72)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ

“Barang siapa yang menghadap Alah dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka dia akan masuk neraka.” (Hr. Muslim)

21. Pertanyaan:  Apakah amal akan bermanfaat dengan adanya syirik?”

Jawab: Amal tidak akan bermanfaat dengan adanya syirik. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang para nabi,

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al An’aam: 88)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Aku adalah Tuhan yang tidak membutuhkan sekutu. Barang siapa yang mengerjakan suatu amal sambil menyekutukan yang lain dengan-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya.” (Hr. Muslim)

 

 

Mengenal Syirik Kecil

1. Pertanyaan:  Apa itu syirik kecil?

Jawab: Syirik kecil misalnya riya. Allah Ta’ala berfirman,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (Qs. Al Kahf: 110)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ...الرِّيَاءُ

“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpa kalian adalah syirik kecil…yaitu Riya.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

Termasuk syirik kecil juga adalah ucapan seseorang “kalau bukan karena Allah dan karena fulan” atau “atas kehendak Allah dan kehendakmu.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«لَا تَقُولُوا مَا شَاءَ اللَّهُ، وَشَاءَ فُلَانٌ، وَلَكِنْ قُولُوا مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ»

“Janganlah kalian mengatakan “atas kehendak Allah dan kehendak fulan”, tetapi katakanlah “atas kehendak Allah kemudian kehendak fulan.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud)

2. Pertanyaan:  Apakah boleh bersumpah atas nama selain Allah?

Jawab: Tidak boleh bersumpah atas nama selain Allah. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ

Katakanlah,"Memang, demi Tuhanku, kamu benar-benar akan dibangkitkan.” (Qs. At Taghabun: 7)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ»

“Barang siapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, maka sungguh dia telah berbuat syirik.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

«مَنْ كَانَ حَالِفًا، فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ أَوْ لِيَصْمُتْ»

 “Barang siapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan menyebut nama Allah atau diam.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tawassul (Mengadakan Perantara) dan Meminta Syafaat

1. Pertanyaan:  Dengan apa kita bertawassul kepada Allah?

Jawab: Tawassul ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang.

a. Tawassul yang dibolehkan dan disyariatkan adalah tawassul dengan menggunakan nama-nama Allah dan sifat-Nya, serta dengan amal saleh. Allah Ta’ala berfirman,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Hanya milik Allah Asmaa-ulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu.” (Qs. Al A’raaf: 180)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya.” (Qs. Al Maidah: 35)

Maksudnya adalah dekatkanlah diri kalian kepada-Nya dengan menaati-Nya dan melakukan amal yang mendatangkan keridhaan-Nya. Demikianlah yang disebutkan Ibnu Katsir menukil dari Qatadah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengajarkan doa,

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ

“Aku meminta kepada-Mu dengan semua nama yang Engkau miliki.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

Beliau juga pernah bersabda kepada sahabat yang meminta Beliau untuk menjadi pendampingnya di surga,

َأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

“Bantulah aku atas dirimu (agar terpenuhi permintaanmu) dengan banyak melakukan sujud (shalat sunah).”

Tidak mengapa bertawassul dengan menyebutkan kecintaan kita kepada Allah, rasul, dan para wali-Nya.

Dalil lainnya adalah kisah beberapa orang yang berada di gua (dan tidak bisa keluar) lalu masing-masing mereka bertawassul dengan menyebutkan amal saleh mereka, maka Allah singkirkan penderitaan mereka.

b. Tawassul yang terlarang, yaitu berdoa kepada orang-orang yang telah mati dan meminta dipenuhi hajat dari mereka seperti yang terjadi saat ini, dimana hal tersebut merupakan syirik akbar (besar) sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim (orang-orang musyrik)." (Qs. Yunus: 106)

c. Adapun tawassul dengan jah (kedudukan) Rasulullah  shallallahu alaihi wa sallam  seperti ucapan seseorang “Ya Rabbi, dengan kedudukan Muhammad, maka sembuhkanlah sakitku”, maka yang demikian merupakan bid’ah, karena para sahabat tidak pernah melakukannya, bahkan Umar bertawassul dengan Al ‘Abbas ketika masih hidup dengan meminta doanya, dan Umar tidak lagi bertawassul dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setelah Beliau wafat. Di samping itu, tawassul dengan kedudukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam terkadang membawa kepada kesyirikan, yaitu ketika meyakini bahwa Allah butuh perantara dari kalangan manusia sebagaimana seorang pemimpin dan pemerintah, karena hal ini sama saja menyerupakan Allah dengan makhluk.

Untuk mengetahui lebih rinci masalah ini berikut dalilnya bisa dilihat risalah At Tawassul wa Ahkamuhu wa Anwa’uhu karya Syaikh Al Albani.

2. Pertanyaan:  Apakah dalam berdoa butuh perantaraan seseorang?

Jawab: Doa tidak butuh perantaraan seseorang berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. (Qs. Al Baqarah: 186)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ

“Sesungguhnya kalian berdoa kepada Yang Mahamendengar dan Mahadekat, dan Dia bersama kalian (dengan ilmu-Nya).” (Hr. Muslim)

3. Pertanyaan:  Bolehkah meminta doa dari orang-orang yang hidup?

Jawab: Boleh meminta doa dari orang-orang yang masih hidup; bukan orang-orang yang telah mati.

Allah Ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam ketika Beliau masih hidup,

وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (Qs. Muhammad: 19)

Dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, bahwa ada seorang yang buta datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Berdoalah kepada Allah untukku agar Dia menyembuhkanku.”

4. Pertanyaan:  Apa bentuk perantaraan Rasul shallallahu alaihi wa sallam?

Jawab: Bentuk perantaraan Rasul shallallahu alaihi wa sallam adalah menyampaikan. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ

“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. “ (Qs. Al Maidah: 67)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,

اَللَّهُمَّ اشْهَدْ

 “Ya Allah, saksikanlah.”

Sebagai jawaban terhadap pernyataan para sahabat, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah.” (Hr. Muslim)

5. Pertanyaan:  Dari siapa kita meminta syafaat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?

Jawab: Kita meminta syafaat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari Allah. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا

Katakanlah, “Milik Allah semua syafaat.” (Qs. Az Zumar: 44)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada seorang sahabat untuk berdoa,

اَللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ

“Ya Allah, jadikanlah Beliau (Rasulullah) sebagai pemberi syafaat bagiku.” (Hadits hasan shahih, diriwayatkan oleh Tirmidzi)

Beliau juga bersabda,

وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا

“Aku menyembunyikan doaku sebagai syafaat pada hari Kiamat, yaitu bagi orang yang meninggal dunia dari kalangan umatku yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu.” (Hr. Muslim)

6. Pertanyaan:  Bolehkah kita meminta syafaat (bantuan) dari orang yang masih hidup?

Jawab: Kita boleh meminta syafaat (bantuan) dari orang yang masih hidup dalam urusan dunia. Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا وَمَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ لَهُ كِفْلٌ مِنْهَا

“Barang siapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) daripadanya. Dan barang siapa yang memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa) daripadanya.”  (An Nisaa: 85)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

اشْفَعُوا تُؤْجَرُوا

“Berilah bantuan, niscaya kalian akan mendapatkan pahala.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud)

7. Pertanyaan:  Bolehkah kita menambahkan pujian (berlebihan) kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?

Jawab: Kita tidak boleh menambahkan pujian (berlebihan) ketika memuji Rasulullah shallallahi alahi  wa salla. Allah Ta’ala  berfirman,

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". (Qs. Al Kahf: 110)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«لاَ تُطْرُونِي، كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ، فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ، وَرَسُولُهُ»

”Janganlah kalian memujiku berlebihan sebagaimana orang-orang Nasrani berlebihan memuji Isa putra Maryam. Aku hanyalah seorang hamba. Katakanlah “Hamba Allah dan Rasul-Nya.” (Hr. Bukhari)

 

 

 

 

 

Jihad, Wala, dan Memutuskan Perkara

1. Pertanyaan:  Apa hukum berjihad di jalan Allah?

Jawab: Jihad hukumnya wajib baik dengan harta, jiwa, maupun lisan. Allah Ta’ala berfirman,

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah.” (Qs. At Taubah: 41)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ»

“Berjihadlah terhadap kaum musyrik dengan harta, jiwa, dan lisanmu.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud)

2. Pertanyaan:  Apa itu wala?

Jawab: Wala artinya mencintai dan menolong.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain.” (Qs. At Taubah: 71)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا»

“Orang mukmin bagi orang mumin lainnya seperti bangunan, dimana yang satu menguatkan yang lain.” (Hr. Muslim)

3. Pertanyaan:  Bolehkah berwala dan membela orang-orang kafir?

Jawab: Tidak boleh berwala kepada orang-orang kafir dan membela mereka. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ

“Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.” (Qs. Al Maidah: 51)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ آلَ بَنِيْ فُلًان  لَيْسُوا بِأَوْلِيَائِي

“Sesungguhnya keluarga Bani fulan bukanlah wali-waliku.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

4. Pertanyaan: Siapakah wali Allah?

Jawab: Wali Allah adalah orang yang beriman dan bertakwa. Allah Ta’ala berfirman,

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63)

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.--(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (Qs. Yunus: 62-63)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا وَلِيِّيَ اللَّهُ وَصَالِحُ المُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya waliku adalah Allah dan orang-orang mukmin yang saleh.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

5. Pertanyaan: Dengan apa kaum muslimin memutuskan hukum?

Jawab: Kaum muslimin memutuskan hukum dengan Al Qur’an dan hadits yang shahih.

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah.” (Qs. Al Maidah: 49)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ

“Ya Allah, Engkau mengetahui yang gaib dan yang tampak, Engkau yang memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Mu.” (Hr. Muslim)

 

 

 

 

Mengamalkan Al Qur’an dan Hadits

1. Pertanyaan:  Mengapa Allah menurunkan Al Qur’an?

Jawab: Allah menurunkan Al Qur’an untuk diamalkan. Allah Ta’ala berfirman,

اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.” (Qs. Al A’raaf: 3)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

اِقْرَءُوا اْلقُرْآنَ وَاعْمَلُوْا بِهِ وَلاَ تَأْكُلُوْا بِهِ

“Bacalah Al Qur’an dan amalkanlah. Jangan mencari makan dengannya.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

2. Pertanyaan:  Apa hukum mengamalkan hadits shahih?

Jawab: Mengamalkan hadits shahih wajib berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (Qs. Al Hasyr: 7)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوْا بِهَا

“Berpeganglah dengan sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus yang mendapatkan petunjuk. Berpeganglah dengannya.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

3. Pertanyaan:  Bolehkah kita mencukupkan diri dengan Al Qur’an tanpa hadits?

Jawab: Kita tidak boleh mencukupkan diri dengan Al Qur’an tanpa hadits. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (Qs. An Nahl: 44)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ الْكِتَابَ، وَمِثْلَهُ مَعَهُ

“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan kitab (Al Qur’an) dan yang semisalnya (As Sunnah) bersamanya.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lain-lain)

4. Pertanyaan:  Bolehkah mendahulukan pendapat yang lain di atas firman Allah dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?

Jawab: Kita tidak boleh mendahulukan pendapat yang lain di atas firman Allah dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdasarkan firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya.” (Qs. Al Hujurat: 1)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الخَالِقِ

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah Al Khaliq.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Thabrani)

Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, “Saya khawatir hujan batu dari langit menimpa kalian, aku mengatakan “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda” namun kalian mengatakan “Namun Abu Bakar dan Umar berkata”.

5. Pertanyaan:  Apa yang perlu kita lakukan ketika berbeda pendapat?

Jawab: Kita kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih. Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Qs. An Nisaa: 59)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوْا بِهَا

“Berpeganglah dengan sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus yang mendapatkan petunjuk. Berpeganglah dengannya.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

6. Pertanyaan:  Bagaimana engkau mencintai Allah dan Rasul-Nya ?

Jawab: Aku mencintai keduanya dengan menaati dan mengikuti perintahnya. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali Imran: 31)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»

“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu hingga aku lebih dicintainya daripada ayahnya, anaknya, dan manusia semuanya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

7. Pertanyaan:  Apakah kita tidak perlu beramal dan bersandar kepada takdir?

Jawab: Kita tidak boleh meninggalkan beramal, karena Allah Ta’ala berfirman,

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (7)

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,--Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),--Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Qs. Al Lail: 5-6)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ

“Beramallah! Masing-masing akan dimudahkan kepada sesuatu yang karenanya dia diciptakan.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sunnah dan Bid’ah (Mengada-ada dalam agama)

7. Pertanyaan:  Apakah ada bid’ah hasanah (yang baik) dalam agama?

Jawab: Tidak ada ada bid’ah hasanah dalam agama. Dalilnya firman Allah Ta’ala,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” (Qs. Al Maidah: 3)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

“Setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (Hadis shahih, diriwayatkan oleh Ahmad dan lain-lain)

2. Pertanyaan:  Apa yang dimaksud bid’ah dalam agama?

Jawab: Bid’ah dalam agama maksudnya adalah menambah atau mengurangi agama ini. Allah Ta’ala berfirman mengingkari kaum musyrik karena bid’ah mereka,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (Qs. Asy Syuuraa: 21)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ»

“Barang siapa yang mengadakan dalam urusan agama kami sesuatu yang bukan daripadanya, maka hal itu tertolak (tidak diterima).” (Hr. Muslim)

3. Pertanyaan:  Apakah dalam Islam ada sunnah hasanah (memberikan contoh yang baik)?

Jawab: Ya, dalam Islam ada sunnah hasanah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ

“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (Hr. Bukhari)

 

4. Pertanyaan:  Kapan kaum muslimin akan menang?

Jawab: Kaum muslimin akan menang jika mereka kembali menerapkan ajaran kitab Rabb mereka (Al Qur’an) dan mengamalkan sunnah Nabi mereka shallallahu alaihi wa sallam serta memulai menyebarkan tauhid dan memperingatkan syirik dengan beragam bentuknya, serta mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh-musuh mereka semampunya. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Wahai orang-orang mukmin! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs. Muhammad: 7)

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, setelah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. An Nuur: 55)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Doa Mustajab

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba ditimpa kegundahan dan kesedihan, lalu berdoa,

اللهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي،

“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu yang laki-laki, anak hamba-Mu yang perempuan. Ubun-ubunku di Tangan-Mu, berlaku bagiku hukum-Mu, dan adil bagiku keputusan-Mu. Aku meminta kepada-Mu dengan semua nama yang Engkau miliki; yang Engkau beri nama diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada salah seorang di antara makhluk-Mu, atau yang Engkau saja yang mengetahuinya dalam ilmu gaib yang ada di sisi-Mu. Aku meminta kepada-Mu agar Engkau jadikan Al Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihan dan kegundahanku.”

Melainkan Allah Azza wa Jalla akan menghilangkan kegundahan dan kesedihannya, dan menggantinya dengan kelapangan.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad)

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger