بسم
الله الرحمن الرحيم
Khutbah Idul Adh-ha
1442 H/2021 M
Sikap Seorang Muslim Terhadap
Musibah
Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ :
Allahu akbar, Allahu akbar. Laailaahaillallahu wallahu akbar. Allahu akbar walillahil
hamd.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Kita bersyukur
kepada Allah Azza wa Jalla atas nikmat-nikmat-Nya yang terus Dia limpahkan
kepada kita. Di antara nikmat-nikmat itu, yang paling besarnya adalah nikmat
beragama Islam dan nikmat dimudahkannya kita oleh Allah Azza wa Jalla untuk
dapat menjalankan ajaran Islam, dimana dengan nikmat Islam dan mengamalkan
ajarannya seseorang akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat; di dunia memperoleh
petunjuk dan di akhirat masuk ke dalam surga Allah yang luasnya seluas langit
dan bumi.
Shalawat dan
salam kita sampaikan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang dengan
diutusnya Beliau, Allah Azza wa Jalla mengeluarkan manusia dari berbagai
kegelapan; dari gelapnya kufur kepada cahaya iman, dari gelapnya maksiat kepada
cahaya taat, dari gelapnya kebodohan kepada cahaya ilmu pengetahuan, dan dari
gelapnya kerusakan kepada cahaya kebaikan.
Abu Bakar bin ‘Ayyasy
rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada penduduk bumi sedangkan mereka berada dalam kerusakan,
maka Allah memperbaiki kondisi mereka dengan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Oleh karena itu, barang siapa yang mengajak untuk mengikuti selain
petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang mengadakan kerusakan.”
Maka berbagai
ideologi dan pemikiran yang bertentangan dengan Kitabullah dan sunnah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah batil dan sebagai ajakan kepada
kerusakan, seperti liberalisme,
sosialisme, komunisme, pluralisme, kapitalisme, sekularisme, dan sebagainya.
Umar bin Abdul
‘Aziz rahimahullah berkata, “Pendapat sudah tidak dianggap lagi ketika
berhadapan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Khatib
berwasiat kepada diri khatib dan kepada hadirin sekalian untuk tetap bertakwa
kepada Allah Azza wa Jalla, karena ia adalah solusi menghadapi problematika di
dunia dan sebagai kunci meraih rezeki dan agar dimudahkan segala urusan, serta
sebagai jalan untuk menggapai surga di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا-وَيَرْزُقْهُ
مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar.--Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak
disangka-sangkanya.”
(QS. Ath Thalaq: 2-3)
Jika
suatu negeri beriman dan bertakwa, maka Allah Azza wa Jalla akan memberikan
keberkahan ke negeri tersebut, Dia berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al An’aam: 96)
Maka siapa saja yang ingin negerinya
makmur dan mendapatkan keberkahan, jalannya adalah takwa.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Di antara ajaran
Islam pada tanggal 10 Dzulhijjah adalah melakukan shalat Idul Adh-ha dan
berkurban, dimana hal ini merupakan bentuk syukur kita kepada Allah Azza wa
Jalla yang telah mengaruniakan kepada kita nikmat yang banyak. Allah Azza wa
Jalla berfirman,
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ-
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak[i].--Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (QS. Al Kautsar: 1-2)
Firman Allah, "Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah " yakni dirikanlah shalat baik
yang fardhu maupun yang sunah dengan ikhlas karena Tuhanmu. Termasuk shalat di
sini adalah shalat Idul Adh-ha.
Demikian pula Allah memerintahkan kita
berkurban dengan menyebut nama-Nya saja. Hal ini diperintahkan-Nya untuk
menyelisihi kaum musyrikin yang beribadah kepada selain Allah dan menyembelih
hewan atas nama selain-Nya.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Kurban mengajarkan kepada kita agar
selalu bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla ketika mendapatkan nikmat sekaligus
bersabar ketika mendapatkan musibah. Inilah kelebihan orang mukmin sehingga
Nabi shallallahu alaihi wa sallam sampai takjub terhadapnya, Beliau bersabda,
«عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا
لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ
ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ»
“Sungguh
menakjubkan keadaan orang mukmin. Semua keadaannya baik baginya, dan itu hanya
ada pada seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur,
maka itu baik baginya, dan jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar, maka
hal itu baik baginya.” (Hr. Muslim)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Di tahun ini dan tahun sebelumnya (1441-1442 H atau 2020-2021 M) wabah yang disebut corona atau covid 19 masih terus tersebar di sekitar kita, banyak
saudara-saudara kita yang wafat karenanya, dan oleh karenanya kegiatan-kegiatan
kita menjadi terhambat di samping imbasnya mengena ke berbagai sisi termasuk
ekonomi, dimana banyak saudara-saudara kita yang kehilangan mata pencaharian
atau pekerjaan. Ini juga merupakan musibah. Allah Azza wa Jalla dalam Al Qur’an
menerangkan beragamnya bentuk musibah, Dia berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ
مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ - الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ - أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.-- orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Artinya: Sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali.)--Mereka itulah yang mendapat
keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al Baqarah: 155-157)
Di
ayat ini pula Allah menerangkan sikap yang harus kita lakukan ketika
mendapatkan musibah, yaitu bersabar sekaligus menerangkan ciri orang-orang yang
sabar.
Dan
hari ini kita berada pada hari yang paling agung di sisi Allah. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ
اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi
Allah Tabaaraka wa Ta’aala adalah hari nahar (Idul Adh-ha), lalu hari qar
(setelah hari nahar).” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, dan Hakim, dishahihkan oleh Hakim dan Al Albani, Shahihul Jami’
no. 1064).
Di
hari ini kita disyariatkan berkurban, maka berbagilah kepada saudara kita yang
kekurangan.
Kita
juga hendaknya banyak bertakbir. Oleh karenanya, kita disyariatkan melakukan takbir pada hari
raya Idul Adh-ha dimulai dari subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga akhir
hari tasyriq. Itu adalah takbir muqayyad; takbir yang kita baca seusai shalat
setelah beristighfar tiga kali dan mengucapkan Allahumma antas salam wa
minkas salam tabaarakta yaa dzal Jalalil wal Ikram, di samping kita baca
juga secara mutlak.
Lafaz takbirnya di antaranya,
اَللهُ
أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ أَكْبَرُ
، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ.
Artinya, “Allah Mahabesar,
Allah Mahabesar. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Allah Mahabesar,
Allah Mahabesar, untuk-Nyalah segala puji.” (Ini adalah takbir Ibnu Mas’ud yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih)
Tidak
mengapa takbirnya tiga kali berdasarkan riwayat Baihaqi dari Yahya bin Sa'id
dari Al Hakam yaitu Ibnu Farwah Abu Bakkaar dari 'Ikrimah dari Ibnu Abbas (lihat
Al Irwaa’ karya Syaikh Al Albani).
Imam Ahmad pernah ditanya, “Berdasarkan
hadits apa anda berpendapat bahwa takbir diucapkan setelah shalat Subuh hari
‘Arafah sampai akhir hari tasyriq?” Ia menjawab, “Berdasarkan ijma’; yaitu dari
Umar, Ali, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhum.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya
tentang waktu takbir pada dua hari raya, maka beliau rahimahullah
menjawab, “Segala puji bagi Allah. Pendapat yang paling benar tentang takbir
ini yang jumhur salaf dan para ahli fiqih dari kalangan sahabat serta imam
berpegang dengannya adalah hendaknya takbir dilakukan mulai dari waktu fajar
hari Arafah sampai akhir hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 Dzulhijjah), dilakukan
setiap selesai mengerjakan shalat, dan disyariatkan bagi setiap orang untuk
mengeraskan suara dalam bertakbir ketika keluar untuk shalat Id. Hal ini
merupakan kesepakatan para imam yang empat.” (Majmu Al -Fatawa 24/220)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Musibah
kematian yang menimpa orang-orang di sekeliling kita hendaknya mengingatkan
kita bahwa kita akan meninggalkan dunia ini. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ
مَيِّتُونَ
“Sesungguhnya engkau akan mati,
dan mereka juga akan mati.” (Qs. Az Zumar: 30)
Umar bin Khaththab radhiyallahu
anhu berkata, “Setiap hari dikatakan ‘Telah meniggal dunia si fulan’ dan
‘Telah meniggal dunia si fulan’, dan akan tiba hari dimana di situ
dikatakan ‘Telah meninggal dunia si Umar.”
Maka
sudahkah kita mempersiapkan bekal? Dan tidak ada bekal untuk perjalanan yang
panjang, yakni perjalanan setelah kematian yang lebih baik daripada takwa.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ
الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“Berbekallah. Sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.”
(Qs. Al Baqarah: 197)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Di akhir-akhir ini kita juga sering mendengar berita kematian seseorang
secara tiba-tiba padahal sebelumnya dia tampak sehat dan masih muda. Terkait
hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«مِنِ
اقْتِرَابِ السَّاعَةِ أَنْ يُرَى الْهِلاَلُ قَبَلاً فَيُقَالِ: لِلَيْلَتَيْنِ وَأَنْ
تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدُ طُرُقًا وَأَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفَجْأَةِ»
“Di antara tanda dekatnya hari Kiamat adalah hilal (bulan sabit tanggal
satu) terlihat sangat jelas sehingga dikatakan sebagai tanggal dua, dijadikan
masjid sebagai jalan-jalan (sekedar dilewati tidak dilakukan shalat tahiyyatul
masjid atau beribadah di sana), dan munculnya kematian mendadak.” (Hr. Thabrani
dalam Al Awsath dari Anas, Adh Dhiya, dan dinyatakan hasan oleh Al
Albani Ar Raudhun Nadhir no. 107, Ash Shahihah no. 2292, dan Shahihul
Jami no. 5899)
Abdullah bin Mas’ud dan Aisyah radhiyallahu anhuma berkata,
مَوْتُ الْفَجْأَةِ رَأْفَةٌ بِالْمُؤْمِنِ
وَأَسَفٌ عَلَى اْلفَاجِرِ
“Kematian
mendadak merupakan kasih saying Allah terhadap orang mukmin dan kemurkaan-Nya
kepada orang fasik (sehingga ia tidak sempat bertobat).”(Diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Syaibah dalam Al Mushannaf. Dalam riwayat lain ‘raahatun lil
mu’min’ (istirahat bagi orang mukmin) diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Al
Kubra).
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Kita harus yakin bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini adalah atas
kehendak Allah. Dia berfirman,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah.” (Qs. At Taghabun:
11)
Demikian pula bahwa musibah yang menimpa ini disebabkan dosa-dosa kita.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو
عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja
musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs. Asy Syuuraa: 30)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Di antara penyebab datangnya musibah adalah karena kemaksiatan yang
merajalela di sebuah tempat namun tidak diingkari. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
"
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوْهُ بِيَدِهِ، أَوْشَكَ
أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ "
“Sesungguhnya
manusia ketika melihat orang yang berbuat zalim (kemaksiatan) namun mereka
tidak mencegahnya, maka hampir saja Allah segera menimpakan hukuman-Nya kepada
mereka secara merata.” (Hr. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Thahawi
dalam Musykilul Atsar, Adh Dhiya dalam Al Ahadits Al Mukhtarah,
Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1564)
Hadits ini mengingatkan kita agar melakukan amar makruf dan nahi munkar
yang kini telah ditinggalkan agar negeri kita tidak mendapatkan teguran. Kita
lihat orang-orang banyak yang meremehkan shalat, namun tidak diingatkan. Kita
lihat wanita-wanita memamerkan aurat namun tidak diingkari, kita lihat manusia
bermuamalah secara ribawi namun didiamkan, kita lihat manusia melakukan
berbagai kemaksiatan namun malah didiamkan. Inilah penyebab datangnya musibah,
maka marilah bersama-sama melakukan amar makruf dan nahi munkar sesuai
kemampuan.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Musibah juga merupakan peringatan dari-Nya dan agar kita kembali kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang
buruk-buruk, agar mereka kembali.” (Qs. Al A’raaf: 168)
وَمَا نُرْسِلُ
بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Dan Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu
melainkan untuk menakut-nakuti.” (Qs. Al Israa: 59)
Maksud ‘tanda’ di ayat ini adalah
berbagai peristiwa yang mengerikan seperti gempa bumi, angin kencang, terangnya
suasana di malam hari, gelapnya suasana di siang hari, halilintar yang keras, gerhana
matahari atau bulan, hujan tidak kunjung henti, banyaknya kematian di sana-sini
dan peristiwa lainnya yang mengkhawatirkan.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Kalau tidak karena cobaan
dan musibah dunia, niscaya manusia terkena penyakit kesombongan, ujub (bangga
diri) dan kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini merupakan
kehancuran baginya di dunia maupun akhirat. Di antara rahmat Allah,
kadang-kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari
penyakit-penyakit hati dan menjaga kebersihan ibadahnya. Mahasuci Allah Yang
merahmati manusia dengan musibah dan ujian."
Inilah sikap yang seharusnya kita lakukan
saat musibah datang, yaitu kembali kepada Allah Azza wa Jallla, bukan malah
menjauh dari-Nya; kembali memakmurkan masjid-Nya, bukan malah mengosongkan
masjid-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman,
فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ
بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Maka mengapa
mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika
datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan
setan npun menampakkan kepada mereka bagusnya apa yang selalu mereka kerjakan.” (Qs. Al An’aam: 43)
Lihatlah kaum
Nabi Yunus, saat mereka kembali kepada Allah Azza wa Jalla; maka Allah angkat
musibah yang seharusnya menimpa mereka. Allah Ta’ala berfirman,
فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ
آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ
عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ
“Dan mengapa
tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat
kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami
hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami
beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (Qs. Yunus: 98)
Yang demikian
karena kita tidak dapat meloloskan diri dari hukuman Allah Azza wa Jalla
kecuali dengan kembali kepada-Nya, beristighfar dan bertobat kepada-Nya,
mendekatkan diri kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya; bukan malah menjauh dari-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ
مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang
kamu berada di antara mereka. Dan Allah tidak pula akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun.” (Qs. Al Anfaal: 33)
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Ath
Thayyibi berkata, “Mereka diperintahkan menghindarkan bala musibah dengan
berdzikir, berdoa, shalat, dan sedekah.”
Kita meminta kepada Allah agar Dia menjadikan kita termasuk
orang-orang yang selalu kembali kepada-Nya, mengisi hidup ini dengan beribadah
kepada-Nya, dan tetap istiqamah di atas agama-Nya sampai kita menghadap-Nya.
Ya Allah, jadikanlah amalan terbaik kami adalah pada bagian
akhirnya, umur terbaik kami adalah pada bagian akhirnya, hari terbaik kami
adalah hari ketika kami bertemu dengan-Mu, aamiin.
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى النَّبِيِّ
الْمُصْطَفَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْوَرَى ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ
فَقَالَ سُبْحَانَهُ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا " ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَّمَدٍ ، وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ ،
وَعَلَى الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ ، وخُصَّ مِنْهُمُ الْخُلَفَاءَ الْأَرْبَعَةَ
الرَّاشِدِيْنَ ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ ، وَالتَّابِعِيْنَ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ
الدِّيْنِ ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِناًّ وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ
، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا ، وَاجْعَلْ وِلاَيَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ ، رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
Marwan bin Musa
Blog: http://wawasankeislaman.blogspot.com/
[i] Al Kautsar bisa juga artinya sebuah sungai di surga
yang diperuntukkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
0 komentar:
Posting Komentar