بسم الله الرحمن الرحيم
Khutbah Idul Fitri
1442 H/2021 M
Bersabar dan Bersyukur di Masa Pandemi
Covid-19
Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ :
Allahu akbar, Allahu akbar.
Laailaahaillallahu
wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Di pagi hari raya ini kita berkumpul bersama
merasakan kegembiraan karena telah berhasil menjalankan ibadah puasa di bulan
Ramadhan dan dapat mengerjakan ibadah-ibadah lainnya, yang wajib maupun yang
sunah.
Kegembiraan seperti ini merupakan kegembiraan yang terpuji, yakni kegembiraan
karena berhasil menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, bukan
kegembiraan ketika seseorang berada di atas maksiat. Allah Subhaanahu wa
Ta'aala berfirman,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ
فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah, "Dengan karunia Allah dan
rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".(Qs. Yunus: 58)
Meskipun begitu, kita tidak tahu; apakah bulan Ramadhan itu akan kita jumpai lagi
atau tidak? Orang yang malang adalah orang yang tidak memperoleh kebaikan dan
keberkahan di bulan itu dan dosa-dosanya tidak diampuni. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
رَغمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ
عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Celakalah
seorang yang memasuki bulan Ramadhan kemudian bulan itu berlalu namun
dosa-dosanya dalam keadaan belum diampuni.” (Hr. Tirmidzi, dan dinyatakan hasan
shahih oleh Al Albani)
Kaum salaf terdahulu seusai Ramadhan berkata kepada
sebagian yang lain, “Siapakah orang-orang yang malang di bulan ini? Orang yang
malang adalah orang yang terhalang dari memperoleh kebaikan. Orang yang malang
adalah orang yang terhalang dari istiqamah di atas ketaatan.”
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Ramadhan di tahun ini dan tahun kemarin (1441-1442 H atau
2020-2021 M) tampak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Di tahun ini, Allah memberikan cobaan kepada kita dengan
virus kecil bernama Corona atau Covid 19.
Oleh karenanya, kita tidak dapat melakukan ibadah secara
maksimal.
Akan tetapi, ketika seseorang memiliki niat yang baik dan
memiliki kebiasaan beramal saleh lalu ada penghalang dari luar, maka Allah
tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat ihsan.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam dalam riwayatnya dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi,
إِنَّ
اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ
بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ
هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى
سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ
كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ
عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ
سَيِّئَةً وَاحِدَةً
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian
menjelaskan hal tersebut: barang siapa yang berniat melakukan kebaikan kemudian
dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh.
Jika dia berniat melakukannya kemudian dilaksanakannya maka Allah akan
mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan
hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melakukan keburukan kemudian
tidak melaksanakannya maka dicatat baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika
dia berniat melakukan keburukan kemudian dia melaksanakannya, maka Allah
mencatatnya sebagai satu keburukan. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«إِذَا مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ
مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا»
“Apabila seorang hamba sakit atau bersafar, maka akan
dicatat pahala untuknya amal yang biasa dikerjakan pada saat mukim dan sehat.”
(Hr. Bukhari)
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Kita harus yakin bahwa semua yang terjadi di alam semesta
ini adalah atas kehendak Allah. Dia berfirman,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ
إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang
kecuali dengan izin Allah.” (Qs. At Taghabun: 11)
Demikian pula bahwa musibah yang menimpa ini disebabkan
dosa-dosa kita. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ
فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs. Asy
Syuuraa: 30)
Musibah tersebut juga sebagai peringatan dari-Nya dan
agar kita kembali kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ
وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan
(bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali.” (Qs. Al
A’raaf: 168)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Kalau
tidak karena cobaan dan musibah dunia, niscaya manusia terkena penyakit
kesombongan, ujub (bangga diri) dan kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini merupakan kehancuran
baginya di dunia maupun akhirat. Di antara rahmat Allah, kadang-kadang manusia
tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit-penyakit hati dan
menjaga kebersihan ibadahnya. Mahasuci Allah Yang merahmati manusia dengan
musibah dan ujian."
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Musibah yang diterima karena Allah semata,
lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuat lupa mengingat-Nya."
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Allah adalah Al Hakim (Mahabijaksana), Dia Mahabijaksana
dalam firman-Nya, perbuatan-Nya, syariat yang Dia tetapkan dalam agama-Nya, dan
takdir yang Dia tetapkan di alam semesta. Oleh karenanya, dalam musibah yang
menimpa kita ada hikmah di dalamnya. Di antara hikmah yang dapat kita petik
adalah:
Pertama, bantahan terhadap kaum Atheis yang
mengingkari adanya tuhan, namun anehnya mereka percaya adanya virus ini meskipun
tidak terlihat jelas kecuali dengan kaca pembesar seperti mikroskop karena ada
bekas pengaruhnya, padahal adanya Allah Ta’ala lebih banyak lagi buktinya,
seperti adanya mereka, langit, bumi, planet, bintang-bintang, dan tersusun rapihnya
alam semesta ini, dst.
Kedua, kelemahan manusia dengan segala teknologi
dan kecerdasannya, ternyata mereka tumbang oleh virus yang kecil ini. Oleh
karenanya, mereka tidak pantas berlaku sombong dan menyatakan ‘tidak ada yang
lebih hebat daripada kami’ seperti kaum Aad yang dibinasakan Allah Azza wa
Jalla dan sekarang diikuti oleh rezim Komunis Cina.
Ketiga, kemahakuasaan Allah Azza wa Jalla, dimana
dengan dikirimkan virus yang kecil ini ternyata dapat mengguncang dunia,
membuat keadaan tidak stabil, ekonomi anjlok, dan lain-lain.
Keempat, menyadarkan manusia agar tidak berlebihan
mengejar dunia sampai meninggalkan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah
Azza wa Jalla.
Kelima, kebenaran Islam ketika mengharamkan
mengkonsumsi makanan tertentu seperti babi, kucing, anjing, kelelawar, ular,
tikus, hewan bertaring, dsb.
Keenam, bahayanya pergaulan bebas.
Ketujuh, semakin nyata kebenaran syariat Islam.
Kedelapan, pentingnya bersuci untuk menghilangkan
hadats dan najis.
Kesembilan, pentingnya menutup aurat.
Dan
lain-lain.
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Di
antara prinsip Islam adalah mencegah lebih baik daripada mengobati yang
disimpulkan dari banyak ayat dan hadits sehingga muncullah kaidah fiqih Dar’ul
Mafasid muqaddam ‘ala jalbil Mashalih (menolak bahaya didahulukan daripada
menarik maslahat). Maka syariat datang menerangkan berbagai bentuk pencegahan,
baik dengan berdoa maupun dengan melakukan tindakan tertentu.
Al
Bazzar meriwayatkan dalam Kasyful Astar dari hadits Anas bin Malik
radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melewati
segolongan kaum yang mendapat bala musibah, maka Beliau bersabda,
أَمَا كَانَ هَؤُلاءِ يَسْأَلُونَ اللهَ
الْعَافِيَةَ
“Apakah
mereka tidak meminta afiyah (keselamatan) kepada Allah Azza wa Jalla?”
(Dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 2197).
Dari
Abdullah bin Amir bin Rabi’ah, bahwa Umar pernah keluar menuju Syam. Ketika
sampai di daerah Sargh (kampung ke arah Syam dekat Hijaz) sampai berita
kepadanya, bahwa telah tersebar wabah di Syam, kemudian Abdurrahman bin
Auf menyampaikan kepadanya, bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ، فَلَا تَقْدَمُوا
عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا، فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ»
“Apabila kalian
mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah mendatanginya. Tetapi jika
wabah itu menimpa sebuah tempat sedangkan kalian berada di sana, maka jangan
keluar daripadanya karena hendak melarikan diri daripadanya.”
Maka
Umar bin Khaththab pulang kembali dari daerah Sargh (Hr. Bukhari dan Muslim)
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Meskipun
demikian, kalau pun musibah telah menimpa, Islam telah mengajarkan amalan dan
tindakan yang dapat menghindarkan bala musibah
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
مِنْ آيَاتِ اللهِ، وَإِنَّهُمَا لَا يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، وَلَا لِحَيَاتِهِ،
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَكَبِّرُوا، وَادْعُوا اللهَ وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Sesungguhnya
matahari dan bulan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidaklah
terjadi gerhana karena meninggalnya seseorang dan hidupnya seseorang. Apabila
kalian melihatnya, maka bertakbirlah, berdoalah kepada Allah, shalat, dan
bersedekahlah.” (Hr. Muslim)
Al
Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Ath Thayyibi berkata, “Mereka
diperintahkan menghindarkan bala musibah dengan berdzikir, berdoa, shalat, dan
sedekah.”
Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam
memerintahkan ketika terjadi gerhana untuk shalat, memerdekakan budak,
bersegera berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan bersedekah. Ini semua dapat
menolak sebab terjadinya musibah.”
Berdasarkan
keterangan di atas, bahwa amalan yang dapat menghindarkan musibah adalah:
Pertama, shalat dengan khusyu dan thumaninah.
Al
Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Dalam hadits terdapat dalil bahwa barang siapa yang
ditimpa perkara dahsyat seperti cobaan yang berat sepatutnya segera shalat.”
Kedua, beristighfar dan bertobat kepada Allah
Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ
وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka.
Dan tidak pula Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Qs. Al Anfaal: 33)
Ketiga, banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي
الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ
“Kenalilah Allah di
waktu senggang, niscaya Allah akan mengenalimu di waktu susah.” (Hr. Ahmad,
Thabrani, Abu Nu’aim, dan Hakim dari Ibnu Abbas, dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahihul Jami no. 2961)
Keempat,
bersedekah.
Dari
Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam pernah keluar pada saat Idul Adh-ha atau Idul Fitri, lalu
Beliau mendatangi kaum wanita dan bersabda,
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ
تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ
“Wahai kaum wanita!
Bersedekahlah, karena aku diperlihatkan bahwa kalian adalah penghuni neraka
paling banyak.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Al
Hafizh Ibnu Hajar menerangkan, bahwa di antara faedah hadits ini adalah bahwa
sedekah dapat menolak bala musibah.
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
صَنَائِعُ الْمَعْرُوْفِ
تَقِي مَصَارِعَ السُّوْءِ وَصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَصِلَةُ
الرَّحِمِ تَزِيْدُ فِي الْعُمُرِ
“Perbuatan
baik kepada orang lain dapat menjaga dari kematian yang buruk, sedekah yang
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dapat memadamkan kemurkaan Allah, dan
silaturrahim dapat memanjangkan umur.” (Hr. Thabrani
dari Abu Umamah,
dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 3797)
Kelima, berdoa. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
لَا يُغْنِي حَذَرٌ مِنْ قَدَرٍ، وَالدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ،
وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ، وَإِنَّ الْبَلَاءَ لَيَنْزِلُ فَيَتَلَقَّاهُ الدُّعَاءُ
فَيَعْتَلِجَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Sikap hati-hati tidaklah berfaedah di hadapan takdir,
dan doa bermanfaat terhadap musibah yang telah menimpa dan yang belum menimpa.
Sesungguhnya musibah ketika turun lalu ditemui oleh doa, maka keduanya beradu
(saling mengalahkan yang lain) sampai hari Kiamat.” (Hr. Hakim, dan dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul
Jami no. 7739)
Demikianlah keadaan yang terjadi di antara langit dan
bumi. Ketika musibah turun, lalu doa naik sehingga saling berhadapan, ketika
ini ada tiga keadaan:
a. Doa lebih kuat
(karena terpenuhi syarat dikabulkan doa) daripada musibah, sehingga musibah itu
kalah dan terangkat.
b. Doa sama kuat
dengan musibah, ketika inilah saling beradu sampai hari Kiamat seperti yang
disebutkan dalam hadits di atas.
c. Doa kalah kuat
oleh musibah, ketika itulah musibah itu turun, namun doa meringankannya.
Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata, “Doa adalah obat paling bermanfaat. Dia
adalah musuhnya bala musibah, menghindarkan dan mengatasinya, serta menolak
turunnya musibah.”
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Bulan Ramadhan adalah bulan tarbiyah, bulan dimana Allah mendidik hamba-hamba-Nya
melalui puasa agar mereka mampu, terlatih dan terbiasa menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya, sehingga dengan begitu jadilah mereka sebagai
orang-orang yang bertakwa. Demikian pula Allah mensyariatkan mereka berpuasa
agar mereka memiliki pengendalian diri.
Kalau kita melihat ada
pencuri, pemabuk, pezina, pemain judi, dan pelaku kejahatan lainnya itu semua
karena tidak mempunyai pengendalian diri disebabkan mereka tidak berpuasa di
bulan Ramadhan yang sebenarnya melatih mereka agar memiliki pengendalian diri
dan agar mereka terlatih menahan hawa nafsu yang cenderung mengajaknya berbuat
maksiat.
Maka dari itu, jangan sampai
setelah kita menjalankan ibadah puasa, kita kembali lagi berbuat maksiat; kita
kembali lagi meninggalkan shalat, kita kembali lagi durhaka kepada kedua orang
tua, kita kembali lagi bergaul dengan orang lain menggunakan akhlak tercela,
dan wanita-wanita kita kembali lagi melepas jilbab dan memamerkan aurat.
Ketahuilah,
bahwa tanda diterimanya amal seseorang adalah diberikan taufiq
oleh Allah untuk beramal saleh selanjutnya.
Ya Allah, jadikanlah
amalan terbaik kami adalah pada bagian akhirnya, umur terbaik kami adalah pada
bagian akhirnya, hari terbaik kami adalah hari ketika kami bertemu dengan-Mu,
aamiin.
هَذَا
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ
الْوَرَى ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ سُبْحَانَهُ : إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا " ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى مُحَّمَدٍ ، وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ ، وَعَلَى الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ ، وخُصَّ
مِنْهُمُ الْخُلَفَاءَ الْأَرْبَعَةَ الرَّاشِدِيْنَ ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ
وَعَلِيٍّ ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ
، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ
، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِناًّ
وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ
أُمُوْرِنَا ، وَاجْعَلْ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ بِرَحْمَتِكَ
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ ، وَنَعُوْذُ
بِكَ مِنَ النَّارِ ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ
وَلاَ مُضِلِّيْنَ ، رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
Marwan bin
Musa
Blog: http://wawasankeislaman.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar