Mari Merenung Sejenak

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫وقفات‬‎
Mari Merenung Sejenak
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Saudaraku, kita semua mengetahui bahwa hidup kita di dunia tidak akan selamanya, dan bahwa kita akan meninggalkanya.
Bukti akan fananya dunia
Jika kita menziarahi kuburan, kita akan mengetahui bahwa mereka yang berada di kubur, sebelumnya sama seperti kita; hidup menikmati kesenangan dunia, lalu tiba ajal mereka, maka mereka pun meninggalkan dunia ini.
Akan tetapi, tahukah kita bahwa mereka yang berada di kubur ada yang berbahagia dan ada pula yang menyesal dan sengsara? Kuburan yang mereka tempati ada yang menjadi tempat istirahat dan ada yang menjadi tempat penderitaan dan penyiksaan?
Tahukah kita siapakah yang berbahagia di kubur dan siapakah yang menyesal dan sengsara?
Mereka yang berbahagia di kubur dan kuburnya menjadi tempat istirahatnya adalah orang-orang yang telah memanfaatkan hidupnya di dunia dengan beriman dan beramal saleh, dengan bertakwa dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka inilah wali-wali Allah, Dia berfirman,
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (64)
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.—(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.---Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Qs. Yunus: 62-64)
Ya, mereka tidak perlu khawatir terhadap keadaan yang akan mereka hadapi, baik alam kubur maupun alam akhirat, karena kubur mereka akan menjadi taman-taman surga, sedangkan di akhirat mereka akan dimasukkan ke dalam surga. Demikian pula mereka tidak bersedih terhadap keluarga, kerabat, atau orang-orang yang mereka cintai lainnya yang mereka tinggalkan, karena Allah akan menyiapkan ganti dengan yang lebih baik dan akan mempertemukan mereka dengannya jika mereka sama-sama di atas keimanan.
Ada pula di antara manusia yang menyesal sejadi-jadinya di kubur, dan kuburnya menjadi salah satu lubang di antara lubang-lubang ke neraka, dimana dirinya menderita di sana sehingga ia ingin kembali ke dunia untuk beriman dan beramal saleh, bertakwa dan beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
“Sehingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia),--Agar aku mengerjakan amal saleh yang telah aku tinggalkan.” (Qs. Al Mu’minun: 99-100)
Sekarang perhatikan, apakah permintaan mereka dikabulkan oleh Allah sehingga mereka dapat kembali lagi hidup di dunia untuk beramal saleh. Tentu tidak, karena Allah telah menetapkan, bahwa barang siapa yang telah meninggalkan dunia ini, maka dia tidak akan kembali lagi ke dunia dan bahwa apabila tiba ajal seseorang, maka dia tidak dapat meminta ditunda nanti ajalnya, Allah Ta’ala berfirman,
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. “ (Qs. Al Munafiqun: 11)
Jika engkau telah mengetahui, bahwa setelah dirimu meninggalkan dunia ini engkau tidak akan kembali ke dunia, maka apa yang menghalangimu beramal saleh padahal kematian bisa datang kapan saja dan tidak memperhatikan keadaan orang yang dijemputnya; baik muda maupun tua, anak-anak maupun orang dewasa. Inginkah engkau menjadi orang yang berbahagia di alam kubur dan alam akhirat, ataukah engkau ingin menjadi orang yang sengsara di alam kubur dan alam akhirat?
Jangan sia-siakan hidupmu!
Saudaraku, mumpung engkau masih diberi kesempatan hidup oleh Allah, maka perbaikilah dirimu sekarang juga. Al Fudhail pernah berkata kepada seseorang, "Sudah berapa lama kamu menjalani hidup?" ia menjawab, "Enam puluh tahun." Fudhail berkata, "Sudah enam puluh tahun engkau mengadakan perjalanan menuju Rabbmu, dan sebentar lagi engkau akan sampai." Orang itu berkata, "Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun", Fudhail berkata, "Tahukah engkau maksud ucapan "Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun? Sesungguhnya barang siapa yang mengetahui bahwa dirinya adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya ia meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan kepada Allah. Siapa saja yang meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan, maka hendaknya ia mengetahui bahwa dirinya akan ditanya, maka persiapkanlah jawaban terhadap pertanyaan itu." Orang itu pun bertanya, "Lalu bagaimana jalan keluarnya?" Fudhail menjawab, "Mudah." Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana caranya?" Fudhail menjawab, "Engkau perbaiki amalmu sekarang, niscaya amalmu di masa lalu akan diampuni. Hal itu, karena jika engkau malah memperburuk amalmu di masa sekarang, maka engkau akan diberi hukuman berdasarkan amal burukmu yang dahulu dan yang sekarang, dan amalan yang diperhatikan adalah amalan di akhir hayatnyaan amalan yang diperhatikan adalah akhirnya."nya raaji'uun"."
Saudaraku, alam kubur adalah alam yang panjang; alam menanti tibanya hari Kiamat. Ia adalah perjalanan yang panjang. Apakah untuk perjalanan yang panjang ini engkau tidak perlu mempersiapkan bekal untuknya?
Tidakkah engkau berfikir, bahwa untuk safar dan perjalanan di dunia saja  engkau butuh bekal yang cukup agar sampai ke tempat tujuan dan tidak sengsara? Lalu mengapa engkau tidak mempersiapkan bekal untuk perjalanan yang lebih panjang dari itu, yaitu alam kubur.
Dari Ibnu Syaudzab ia berkata, “Ketika Abu Hurairah akan meninggal dunia, maka ia menangis, lalu ia ditanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Ia menjawab, “Jauhnya perjalanan, sedikitnya perbekalan, dan banyaknya rintangan, sementara tempat kembali, bisa ke surga atau ke neraka.” (Shifatush Shofwah 1/694)
Bekal menghadapi kematian
Ketahuilah, tidak ada bekal yang paling baik yang disiapkan seseorang untuk menghadapi alam kubur dan alam akhirat melebihi takwa kepada Allah. Dia berfirman,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik adalah takwa.” (Qs. Al Baqarah: 197)
Dengan takwa engkau akan berbahagia di dunia dan akhirat. Di dunia, engkau akan memperoleh solusi terhadap setiap permasalahan yang engkau hadapi, mendapatkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, serta memperoleh berbagai kemudahan (lihat Qs. Ath Thalaq: 2-4), sedangkan di akhirat, engkau akan masuk ke dalam surga-Nya (lihat Qs. Ali Imran: 133).
Sekarang perhatikan dirimu! Sudahkah engkau menjadi seorang yang bertakwa; seorang yang menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya?
Perintah Allah misalnya tauhid (menyembah dan beribadah hanya kepada-Nya), mendirikan shalat dan mengerjakannya dengan berjamaah, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, berhaji ketika mampu, berbakti kepada orang tua, membaca Al Qur’an dan berdzikir, menyambung tali silaturrahim, berbuat baik kepada tetangga, bersikap adil dan ihsan (baik), berakhlak mulia, berkata jujur, menjaga lisan, bersikap amanah, menepati janji, berinfak, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan sunnah setelah amalan wajib, dsb. Sedangkan larangan-Nya contohnya syirik (menyekutukan Allah atau mengarahkan ibadah kepada selain-Nya), meninggalkan perintah-perintah yang wajib, durhaka kepada orang tua, memakan riba, berzina, membunuh, mencuri, bermain judi, ghibah (membicarakan aib orang lain), namimah (mengadu domba), curang dalam takaran dan timbangan, memamerkan aurat, dsb.
Saudaraku, bertakwa kepada Allah tidak menghalangimu untuk bersenang-senang menikmati masa muda dan menikmati kesenangan dunia. Waktu yang Allah berikan kepadamu cukup banyak. Amalan yang Allah wajibkan kepadamu sedikit dan disesuaikan kemampuan. Contohnya shalat yang lima waktu, ternyata hanya sebentar dan tidak menghabiskan waktu-waktumu, di samping sebagai bentuk syukur kepada Allah yang telah mengaruniakan berbagai nikmat kepadamu. Demikian pula zakat, Allah tidak menuntut kita mengeluarkan semua harta kita, separuhnya, sepertiganya, bahkan hanya seperempat puluh; sedikit sekali. Allah Subhaanahu wa Ta’ala membebankan kita beribadah di dunia karena untuk itulah kita diciptakan, dan Dia sudah menyiapkan kenikmatan yang sempurna dan kekal abadi, yaitu surga. Akankah surga itu diraih dengan diam saja dan tidak beramal? Akankah seorang karyawan berhak mendapatkan gaji sedangkan ia tidak bekerja?
Saudaraku, untuk memperoleh kenikmatan dunia saja seseorang harus keluar dari rumahnya mencari rezeki; tidak mungkin dia santai dan berleha-leha tiba-tiba turun rezeki dari langit. Apalagi surga? Akankah kita memperoleh surga sedangkan kita tidak beramal? Saat azan memanggil kita untuk beribadah kepada Allah, namun kita memilih tinggal di rumah dan enggan mendatanginya?
Khatimah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," (Terj. Qs. Ali Imran: 190)
Ya, pada penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, ilmu-Nya yang sempurna, hikmah-Nya yang dalam, dan rahmat-Nya yang luas.
Allah Ta'ala menjadikan malam dan siang sebagai kesempatan beramal, tahapan menuju ajal, ketika tahapan yang satu lewat, maka akan diiringi oleh tahapan selanjutnya. Siapa saja di antara mereka yang tidak sempat memperbanyak amal di malam harinya, ia bisa mengejar di siang hari. Ketika tidak sempat di siang hari, ia bisa mengejar di malam hari,
"Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Terj. Qs. Al Furqan: 62)
Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang mukmin mengambil pelajaran dari pergantian malam dan siang, karena malam dan siang membuat sesuatu yang baru menjadi bekas, mendekatkan hal yang sebelumnya jauh, memendekkan umur, membuat muda anak-anak, membuat binasa orang-orang yang tua, dan tidaklah hari berlalu kecuali membuat seseorang jauh dari dunia dan dekat dengan akhirat. Orang yang berbahagia adalah orang yang menghisab dirinya, memikirkan umurnya yang telah dihabiskan, ia pun memanfaatkan waktunya untuk hal yang memberinya manfaat baik di dunia maupun akhiratnya. Jika dirinya kurang memenuhi kewajiban, ia pun bertobat dan berusaha menutupinya dengan amalan sunah. Jika dirinya berbuat zalim dengan mengerjakan larangan, ia pun berhenti sebelum ajal menjemput, dan barang siapa yang dianugerahi istiqamah oleh Allah Ta'ala, maka hendaknya ia memuji Allah serta meminta keteguhan kepada-Nya hingga akhir hayat.
Ya Allah, jadikanlah amalan terbaik kami adalah pada bagian akhirnya, umur terbaik kami adalah pada bagian akhirnya, hari terbaik kami adalah hari ketika kami bertemu dengan-Mu, Allahumma aamiin.
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam, walhamdulillahi Rabbil alamin.
Marwan Hadidi, M.Pd.I

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger