Salah Paham Tentang Syi'ah


بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫ضلالات الشيعة‬‎
Meluruskan Kesalahpahaman Tentang Syi'ah
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Sebagian saudara-saudara kita kaum muslimin menganggap bahwa Syi'ah adalah salah satu di antara madzhab-madzhab fiqh yang ada dan bahwa perbedaan kita dengan mereka hanyalah perbedaan dalam masalah furu' (cabang atau fiqh), bukan masalah ushul (dasar atau akidah). Maka dari itu, di sini penulis ingin menjelaskan, bahwa perbedaan kita dengan Syi'ah, bukan hanya dalam masalah furu', bahkan mereka pun berbeda dengan kita dalam masalah ushul.
Berikut ini penulis akan menyebutkan sebagian perbedaan kita kaum muslimin dengan Syi'ah dalam masalah ushul atau akidah.
Tentang Rukun Islam
Kita kaum muslimin sepakat, bahwa rukun Islam ada lima, yaitu: (1) Bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, (2) Mendirikan shalat, (3) Menunaikan zakat, (4) Berpuasa Ramadhan, (5) Berhaji bagi yang mampu.
Adapun kaum Syi'ah menyatakan, bahwa rukun Islam itu adalah (1) shalat, (2) zakat, (3) puasa, (4) Haji, dan (5) Al Wilayah (kepemimpinan) sebagaimana disebutkan dalam kitab Ushulul Kaafi 2/15 karya Al Kulaini.

Tentang Al Qur'an
Kita kaum muslimini sepakat, bahwa Al Qur'anul Karim telah dijamin kemurniannya, sehingga tidak ada perubahan, penambahan, dan pengurangan di dalamnya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al Hijr: 9)
Adapun Syi'ah menyatakan, bahwa Al Qur'an yang ada di tangan kita sudah tidak murni lagi. Karena menurut mereka, Al Qur'an yang dibawa malaikat Jibril 'alaihissalam kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berjumlah 17.000 ayat. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Al Kulainiy dalam bukunya Ushulul Kaafiy (2/634), demikian pula Abul Hasan Al 'Amiliy dalam pembukaan kedua pada tafsirnya Mir'aatul Anwar wa Misykatul Asraar hal. 36.
Pernyataan ini menunjukkan, bahwa Al Qur'an yang sebenarnya, menurut mereka lebih banyak ayatnya daripada Al Qur'an yang ada pada kita sekarang atau tiga kali lebih banyak daripada Al Qur'an yang ada pada kita.
Tentang risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
Kita kaum muslimin sepakat, bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyampaikan risalahnya secara sempurna dan tidak menyembunyikannya sedikit pun, sehingga turun kepada Beliau ayat yang menunjukkan kesempurnaan agama yang Beliau bawa, yaitu di surat Al Maa'idah ayat 3.
اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu." (QS. Al Maa'idah: 3)
Adapun Syi'ah, maka menurut mereka, Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam belum berhasil menyampaikan risalah secara sempurna. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Al Khumaini pada salah satu pidatonya dalam rangka memperingati kelahiran Imam Mahdi Syi'ah pada tanggal 15 Sya'ban 1400 H,
لقد جاء الأنبياء جميعا من أجل إرساء قواعد العدالة لكنهم لم ينجحوا حتى النبي محمد خاتم الأنبياء الذي جاء لإصلاح البشرية..لم ينجح في ذلك وإن الشخص الذي سينجح في ذلك هو المهدي المنتظر
"Para nabi semuanya datang untuk menegakkan kaidah-kaidah keadilan. Akan tetapi mereka belum berhasil sampai Nabi Muhammad penutup para nabi yang datang untuk memperbaiki manusia. Beliau juga belum berhasil, dan sesungguhnya orang yang akan berhasil dalam hal itu adalah Al Mahdi yang dinanti-nanti."
Tentang Ahlul Bait (keluarga Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam)
Kita meyakini, bahwa Ahlul Bait adalah yaitu istri Beliau dan keturunannya, juga setiap muslim dan muslimah keturunan Bani Hasyim dan Bani Muththalib, seperti keluarga Ali, keluarga Ja’far, keluarga ‘Aqil, keluarga Al Harits dan keluarga Abbas.
Dalil bahwa istri-istri Beliau termasuk Ahlul Bait adalah surat Al Ahzaab: 33.
Kita mencintai Ahlul Bait dan memuliakan mereka, tetapi kita tidak menyatakan, bahwa mereka ma'shum (bersih dari dosa).
Adapun Syi'ah, maka mereka bersikap ghuluw (berlebihan) terhadap Ahlul Bait dengan menyatakan bahwa mereka ma'shum.
Mereka juga bersikap tafrith (meremehkan) kepada sebagian Ahlul Bait, terutama istri-istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka menyatakan bahwa, istri-istri Beliau bukan termasuk Ahlul Bait. Oleh karena itu, mereka mencaci-maki istri-istri Beliau sebagaimana yang dilakukan oleh Ja'far Al Murtadha dalam bukunya Haditsul Ifk hal. 17, Hasyim Al Bahrani dalam tafsirnya Al Burhan (4/358), Al Majlisi dalam bukunya Biharul Anwar (32/286), dan lainnya.
Tentang Para Sahabat
Kita kaum muslimini meyakini, bahwa para sahabat adalah manusia terbaik umat ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
"Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian setelahnya, dan setelahnya." (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)
Akan tetapi kaum Syi'ah meyakini, bahwa para sahabat adalah orang paling buruk umat ini, dan mereka mengkafirkan sebagian besar sahabat kecuali beberapa orang dari mereka, seperti Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifariy, dan Salman Al Farisi. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan Al Kulaini dalam kitab Furu'ul Kafi hal. 115, Al Majlisiy dalam kitabnya Biharul Anwar 69/137-138, Zainuddin Al Bayadhiy dalam kitabnya Ash Shirathul Mustaqim 3/129.
Kita kaum muslimin juga mengakui kekhalifahan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali radhiyallahu 'anhum. Akan tetapi Syi'ah menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, dan hanya mengakui kekhalifahan Ali. Bahkan mereka mengkafirkan Abu Bakar dan Umar.
Tentang Ilmu Gaib
Kita kaum muslimin meyakini, bahwa hanya Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang mengetahui yang gaib sebagaimana firman Allah Ta'ala di surat An Naml: 65,
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah," dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.
Adapun Syi'ah, maka mereka meyakini bahwa para imam mereka yang berjumlah dua belas mengetahui yang gaib. Hal ini sebagaimana yang disebutkan Al Kulainiy dalam Ushulul Kafi 1/165.
Tentang Para Imam
Kita kaum muslimin meyakini, bahwa para imam adalah manusia biasa, mereka tidak ma'shum dan tidak mengetahui yang gaib.
Adapun Syi'ah, maka mereka mengatakan, bahwa para imam mereka yang berjumlah 12 adalah ma'shum (terpelihara dari dosa) dan mengetahui yang gaib. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan Al Kulainiy dalam bukunya Al Kafi 1/261. Ia mengatakan: "Bab bahwa para imam AS mengetahui ilmu yang telah lalu dan yang akan terjadi, tidak ada sesuatu apa pun yang tersembunyi bagi mereka."
Bahkan kaum Syi'ah sampai meninggikan para imam melebihi para nabi selain Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Al Majlisiy telah menyebutkan dalam kitabnya Mir'atul 'Uqul yang bunyinya, "Dan bahwa mereka (para imam) lebih utama dan lebih mulia dari semua nabi selain Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam." (Lihat Mir'atul 'Uqul fii Syarhi Akhbaar Alir Rasul karya Al Majlisi hal. 2/290)
Padahal para Nabi dan Rasul lebih tinggi kedudukannya daripada para wali. Imam Ath Thahawi berkata –menerangkan tentang akidah Ahlussunnah wal jamaah-:
وَلَا نُفَضِّلُ أَحَدًا مِنَ الْأَوْلِيَاءِ عَلَى أَحَدٍ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ وَنَقُولُ: نَبِيٌّ وَاحِدٌ أَفْضَلُ مِنْ جَمِيْعِ الْأَوْلِيَاءِ
"Dan kita tidak melebihkan seorang pun dari para wali di atas seorang pun dari kalangan para nabi 'alaihimus salam. Bahkan kita mengatakan, bahwa seorang nabi lebih utama dari semua wali."
Tentang Tempat Suci
Kita kaum muslimin meyakini, bahwa makkah dan Madinah adalah tanah haram (suci), dan kita meyakini keutamaan beribadah di Masjidilharam, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِيْ هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَسَاجِدِ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَ صَلاَةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةٍ فِي مَسْجِدِيْ هَذَا بِمِائَةِ صَلاَةٍ
"Shalat di masjidku ini lebih utama daripada seribu kali shalat di masjid selainnya kecuali Masjidilharam, dan shalat di Masjidilharam lebih utama daripada shalat di masjidku dengan seratus kali shalat." (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dari Ibnuz Zubair, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 3841)
Akan tetapi kaum Syi'ah menganggap bahwa lokasi-lokasi kuburan imam mereka itulah tanah suci. Oleh karena itu, menurut mereka Kufah adalah tanah haram (suci), Karbala' adalah tanah haram, dan Qum adalah tanah haram. Tanah Karbala menurut mereka juga lebih utama daripada Ka'bah.
Penyimpangan lainnya
Selain yang disebutkan di atas, kaum Syi'ah juga meremehkan tauhid yang merupakan pondasi agama Islam. Oleh karena itu, mereka mudah terjatuh ke dalam perbuatan syirk, baik syirk dalam Rububiyyah (keyakinan bahwa makhluk ikut serta mengurus alam semesta) maupun syirk dalam Uluhiyyah (ibadah). Mereka meyakini bahwa imam mereka berkuasa atas segala sesuatu dan ikut serta mengatur alam semesta, mereka juga meminta kepada imam mereka, bersumpah dengan nama imam mereka, menamai anak dengan nama yang menghambakan kepada imam mereka, dsb.
Contoh perbedaan Syi'ah dalam masalah furu'
Perbedaan kita kaum muslimin dengan Syi'ah dalam masalah Ushul atau akidah cukup banyak, belum lagi perbedaan dalam masalah furu' (cabang atau fiqh). Berikut ini di antaranya:
1.     Shalat lima waktu menjadi shalat tiga waktu.
2.     Dalam berwudhu, dua kaki tidak perlu dibasuh dan kepala cukup dibasuh seukuran satu atau dua jari.
3.     Shalat Jum'at ditiadakan sejak abad kelima hijriah. Kecuali jika ada seorang Ahli Fiqh mereka yang berfatwa untuk mengadakannya, maka tidak ada yang mengadakannya selain para pengikutnya.
4.     Shalat berjamaah ditiadakan atau diremehkan, sehingga tidak ada yang memperhatikannya kecuali segelintir orang. Kalau pun ditegakkan shalat berjamaah, maka barisannya tidak rapi dan tidak lurus.
5.     Shalat Ied (hari raya) ditiadakan atau diremehkan, dan diganti dengan menziarahi kuburan.
6.     Zakat ditiadakan atau diremehkan, dan jarang sekali disebut-sebut. Yang paling sering disebut adalah khumus (1/5), dimana khumus ini dipungut dari masyarakat yang diperuntukkan kepada tokoh-tokoh mereka. Para tokoh mereka dapat mengambil 1/5 harta masyarakat atas nama khumus yang diambil dari laba yang mereka peroleh dalam bisnis atau perdagangan dan lainnya. Adapun zakat, karena untuk kaum fakir, maka tidak atau jarang disebut.
Dan masih banyak lagi kondisi beragama mereka yang membuktikan bahwa mereka tidak di atas syariat Islam. Untuk lebih jelasnya lihat kitab Siyahah fii 'Alamit Tasyayyu' oleh Imam Muhibbuddin Abbas Al Kazhimiy seorang yang rujuk dari Syi'ah kepada Sunnah, dimana beliau menceritakan di bukunya itu kondisi orang-orang Syi'ah dalam beragama.
Marwan bin Musa
Maraji': Aqidatus Syi'ah (Abdullah bin Muhammad), Siyahah Fii Alamit Tasyayyu' Al (Muhibbuddin Abbas Al Kazhimiy), Maktabatusy Syamilah versi 3.45,

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger