Kumpulan Hadits Arba'in Nawawi dan Kandungannya (8)


بسم الله الرحمن الرحيم
Kumpulan Hadits Arba'in Nawawi dan Kandungannya (8)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini lanjutan kumpulan hadits Arba'in karya Imam Nawawi rahimahullah, kami sebutkan dalam risalah ini mengingat di dalamnya terdapat kaedah-kaedah penting dalam Islam. Kami pun membuatkan tarjamah (tema) terhadapnya yang insya Allah dapat mewakili kandungan hadits secara umum sekaligus kandungannya secara singkat.  Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Persaudaraan Islam
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kamu saling mendengki, saling menipu, saling membenci dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kamu menjual sesuatu yang telah dijual oleh orang lain. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak boleh menzaliminya dan membiarkannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Takwa itu disini -seraya menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali-. Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; terpelihara darah, harta dan kehormatannya.“  (HR. Muslim)
Kandungan Hadits:
1.     Haramnya hasad, dan bahwa hasad adalah keinginan agar nikmat yang ada pada orang lain hilang.
2.     Haramnya najasy. Najasy adalah seseorang (bukan penjual) meninggikan harga barang, padahal ia tidak bermaksud membelinya tetapi untuk menipu pembeli.
3.     Haramnya saling membelakangi, yaitu berpaling dan memutuskan hubungan. Hajr (memutuskan hubungan) adalah tidak boleh secara mutlak dalam urusan dunia. Adapun jika karena agama, maka boleh apabila ada maslahat dan manfaat.
4.     Haramnya seorang muslim menjual sesuatu (kepada saudaranya) yang telah dijual lebih dahulu oleh saudaranya yang lain. Termasuk pula membeli sesuatu yang telah dibeli saudaranya.
5.     Wajibnya kita bersaudara karena Allah. Di antara konsekwensi persaudaraan adalah tidak menzalimi, tidak menelantarkan, tidak dusta, dan tidak menghina.
6.     Terpeliharanya darah, harta dan kehormatan seorang muslim.
Keutamaan Berkumpul Membaca Al Qur'an
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :  مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, "Barang siapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin di antara sekian kesulitan dunia, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesulitan di antara kesulitan-kesulitan hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang susah, niscaya akan Allah memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya. Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul sebuah kaum di salah satu rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya sesama mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat, dan mereka akan dikelilingi malaikat serta akan disebut Allah di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya. Barang siapa yang lambat amalnya, maka nasabnya tidak dapat mempercepatnya." (HR. Muslim dengan lafaz ini)
Kandungan Hadits:
1.     Keutamaan menghilangkan kesulitan dari seorang mukmin, dan bahwa menghilangkan dan menghindarkan kesulitan dari kaum muslim termasuk di antara sebab dihilangkan dan diselamatkan dari kesulitan pada hari Kiamat.
2.     Balasan disesuaikan dengan jenis amalan.
3.     Keutamaan memudahkan kaum muslim.
4.     Keutamaan menutupi aib seorang muslim.
5.     Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya.
6.     Keutamaan menuntut ilmu, dan bahwa ia termasuk sebab masuk surga.
7.     Keutamaan berkumpul untuk berdzikr kepada Allah dan mempelajari Al Qur'an.
8.     Dorongan untuk mentadabburi Al Qur'an dan memahaminya. Dan tidak sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati darpada membaca Al Qur'an dengan mentadabburi dan memikirkannya.
9.     Bahwa yang dijadikan patokan adalah iman dan amal saleh, bukan kedudukan dan nasab. Allah akan memberikan balasan sesuai amal bukan sesuai nasab.
Kemurahan Allah Azza wa Jalla
عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً "
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam riwayatnya dari Rabbnya Yang Mahasuci dan Mahatinggi, "Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut: Barang siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Jika dia berniat melakukannya dan ternyata melaksanakannya, maka Allah akan mencatat di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka Allah mencatat di sisi-Nya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat mengerjakan keburukan kemudian dia melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan." (HR. Bukhari dan Muslim dalam kedua shahihnya dengan redaksi ini).
Kandungan Hadits:
1.     Pencatatan terhadap kebaikan dan keburukan, serta pencatatan niat untuk mengerjakan kebaikan dan keburukan.
2.     Besarnya karunia Allah dan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
3.     Seorang muslim harus meniatkan untuk mengerjakan kebaikan selamanya, agar dicatat pahala dan balasan untuknya.
4.     Dorongan untuk beramal saleh dan segera melakukannya.
5.     Beriman kepada adanya Lauh Mahfuzh.
6.     Bahwa para malaikat penjaga mencatat pula amal hati. Berbeda dengan yang mengatakan, bahwa yang mereka catat hanya amal zahir (tampak).
7.     Dicatatnya semua perbuatan manusia, yang baik maupun yang buruk.
Ibadah Merupakan Sarana Untuk Mendekatkan Diri Kepada Allah dan Memperoleh Kecintaan-Nya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhya Allah Ta’ala berfirman, "Barang siapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku mengumumkan perang kepadannya. Tidak ada taqarrub (pendekatan diri) seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai selain melaksanakan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (amalan-amalan sunnah) sehingga Aku pun mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang digunakannya untuk mendengar, penglihatannya yang digunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku, niscaya akan Aku berikan dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindungi.“ (HR. Bukhari)
Kandungan Hadits:
1.     Keutamaan seseorang yang menjadi salah satu di antara wali Allah Ta'ala.
2.     Kewalian dari Allah tidaklah diperoleh dengan dakwaan dan kata-kata, bahkan hal itu diperoleh dengan beramal dan mengerjakan syarat-syaratnya, yaitu beriman kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya.
3.     Haramnya memusuhi para wali Allah.
4.     Bahwa cara mendekatkan diri kepada Allah yang dilakukan seorang hamba, yang paling utama adalah dengan kewajiban, kemudian dengan mengerjakan yang sunah-sunah.
5.     Bahwa di antara sebab memperoleh kecintaan dari Allah adalah banyak mengerjakan amalan sunat.
6.     Bahwa Allah apabila mencintai seseorang, maka Dia akan memberinya taufiq dan mengarahkannya. Dalam penglihatannya, maka ia tidak melihat kecuali yang baik. Dalam pendengarannya, maka ia tidak mendengar kecuali yang baik. Pada tangannya, maka ia tidak bertindak kecuali di atas yang hak. Pada kakinya, maka ia tidak berjalan kecuali kepada kebaikan. Apabila ia meminta, maka Dia akan memberinya dan mengabulkan doanya, serta melindunginya dari hal yang tidak disukainya.
7.     Keutamaan istiqamah di atas amal saleh.
Bersambung…
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Syarhul Arba'in An Nawawiyyah (Imam Nawawi), Syarhul Arba'in An Nawawiyyah (Sulaiman Al Luhaimid), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.35, dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger