بسم الله الرحمن الرحيم
Aqidah Islam (18)
Tabarruk (Mencari
Berkah)
36.
البركة من الله تعالى، يختص بعض
خلقه بما يشاء منها، فلا تثبت في شيء إلا بدليل. وهي تعني كثرة الخير وزيادته، أو
ثبوته ولزومه . وهي في الزمان: كليلة القدر . وفى المكان: كالمساجد الثلاثة . وفى
الأشياء: كماء زمزم . وفى الأعمال: فكل عمل صالح مبارك . وفى الأشخاص: كذوات
الأنبياء، ولا يجوز التبرك بالأشخاص ـ لا بذواتهم ولا آثارهم ـ إلا بذات النبي صلى
الله عليه وسلم وما انفصل من بدنه من ريق وعرق وشعر، إذ لم يرد الدليل إلا بها،
وقد انقطع ذلك بموته صلى الله عليه وسلم وذهاب ما ذكر
37.
التبرك من الأمور التوقيفية، فلا
يجوز التبرك إلا بما ورد به الدليل .
36. Berkah berasal dari
Allah Ta'ala. Namun Allah mengkhususkan sebagian makhluk-Nya dengan sebagian
keberkahan sesuai yang Dia kehendaki. Oleh karena itu, sesuatu tidak boleh
dinyatakan mempunyai berkah kecuali berdasarkan dalil. Berkah artinya kebaikan
yang banyak dan bertambah atau kebaikan yang tetap dan tidak hilang.
Waktu-waktu yang mengandung keberkahan seperti malam lailatul Qadar. Adapun
tempat yang ada berkahnya seperti masjid yang tiga (Masjidilharam, masjid
Nabawi dan masjid Al Aqsha). Benda yang ada berkahnya seperti air Zamzam. Amal
yang ada berkahnya adalah setiap amal saleh yang memang diberkahi, dan pribadi
yang ada berkahnya adalah seperti para nabi. Kita tidak boleh mencari berkah
kepada manusia dan peninggalan mereka, kecuali kepada pribadi Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam dan sesuatu yang terpisah dari badannya, seperti air liur
Beliau, keringat dan rambutnya karena dalil yang ada hanya menyatakan demikian.
Namun hal ini tidak berlaku lagi setelah wafatnya Beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam dan hilangnya apa yang disebutkan itu..
37. Tabarruk (mencari berkah) termasuk perkara yang tawqifi
(tergantung ada atau tidak dalilnya). Oleh karena itu, tidak boleh bertabarruk
kepada sesuatu kecuali pada hal yang telah dinyatakan oleh dalil. (Mujmal Ushul Ahlissunah karya Dr. Nashir Al
‘Aql).
Penjelasan:
No. 36: Dalil bahwa berkah berasal dari
Allah Ta’ala adalah firman Allah Ta’ala, ”Katakanlah: "Wahai Tuhan
yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di Tangan Engkaulah segala kebaikan...dst.” (Terj. Ali Imran: 26). Demikian juga berdasarkan hadits
Ibnu Mas’ud, ia berkata, ”Kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam suatu perjalanan, lalu persediaan air sedikit, maka Beliau bersabda,
”Carilah sisa air.” para sahabat kemudian membawa wadah berisi sedikit air,
maka Beliau memasukkan tangannya ke wadah tersebut, lalu bersabda, ”Marilah
melakukan bersuci yang diberkahi, dan berkah itu datangnya dari Allah.”
Ibnu Mas’ud berkata, ”Sungguh, aku melihat air keluar di antara jari-jari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari)
Berkah apabila mengenai sesuatu yang sedikit akan
menjadi banyak, dan apabila mengenai sesuatu yang banyak maka akan
menjadikannya bermanfaat. Di antara buah berkah yang paling besarnya adalah
digunakannya perkara itu untuk ketaatan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Ada beberapa hal yang
ditunjukkan oleh nash (dalil) bahwa di sana
terdapat keberkahan, di antaranya sbb:
1.
Waktu yang diberkahi, seperti:
- Bulan
Ramadhan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَتَاكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ
شَهْرٌ مُبَارَكٌ
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan; bulan yang
diberkahi.” (HR. Ahmad, Nasa’i dan Baihaqi dalam Asy Syu’ab, Shahihul Jami’
no. 55)
- Malam
Lailatulqadr (lihat surah Al Qadr).
- Sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijjah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ
فِيْهَا أَحَبُّ إِلىَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ - يَعْنِي أَيَّامَ
الْعَشْرِ - قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ قَالَ
"وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ
ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidak ada hari di mana amal saleh pada hari itu lebih dicintai
Allah ‘Azza wa Jalla daripada hari-hari ini –yakni sepuluh hari (pertama bulan
Dzulhijjah)- para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad fii
sabiilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fii sabiilillah, kecuali orang
yang keluar (berjihad) dengan jiwa-raga dan hartanya, kemudian tidak bersisa
lagi.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi
)
- Hari
Jum’at (berdasarkan hadits-hadits yang menerangkan keutamaan hari Jum’at dan
amalan yang disyari’atkan pada hari itu, di antaranya adalah bershalawat kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam).
- Sepertiga
malam terakhir. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ
وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ
اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ؟ مَنْ
يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ ؟ » .
“Tuhan kita Tabaaraka wa Ta'aala turun setiap malam ke
langit dunia ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir, Dia berfirman,
“Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Barang siapa
yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan berikan, dan barang siapa yang meminta
ampunan kepada-Ku, maka Aku akan ampunkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Tempat
yang diberkahi, seperti:
-
Masjid-masjid, terlebih masjid yang
tiga (Masjidilharam, Masjid Nabawi dan Masjid Al Aqsha). Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِيْ هَذَا
أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَسَاجِدِ إِلاَّ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ وَ صَلاَةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةٍ فِي مَسْجِدِيْ
هَذَا بِمِائَةِ صَلاَةٍ .
“Shalat di masjidku ini lebih utama daripada seribu
kali shalat di masjid lainnya selain Masjidilharam, dan shalat di Masjidilharam
lebih utama seratus kali daripada shalat di masjidku ini.” (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban, Shahihul Jami’ no. 3841)
-
Berkah kota Mekah, Madinah dan Syam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah berdoa:
اَللَّهُمَّ إِنَّ إِبْرَاهِيْمَ
كَانَ عَبْدُكَ وَ خَلِيْلُكَ دَعَاكَ لِأَهْلِ مَكَّةَ بِالْبَرَكَةِ وَ أَنَا مُحَمَّدٌ
عَبْدُكَ وَ رَسُوْلُكَ أَدْعُوْكَ لِأَهْلِ الْمَدِيْنَةِ أَنْ تُبَارِكَ لَهُمْ فِي
مُدِّهِمْ وَ صَاعِهِمْ مِثْلَيْ مَا بَارَكْتَ لِأَهْلِ مَكَّةَ مَعَ الْبَرَكَةِ
بَرَكَتَيْنِ
”Ya Allah,
sesungguhnya Ibrahim hamba-Mu dan kekasih-Mu pernah berdoa kepada-Mu agar
diberikan keberkahan kepada penduduk Mekah. Aku Muhammad hamba-Mu dan Rasul-Mu
berdoa untuk penduduk Madinah agar Engkau beri keberkahan pada mud dan sha’
mereka dua kali lipat dari yang Engkau berikan kepada penduduk Mekah; bersama
satu berkah ada dua berkah.” (HR. Tirmidzi, Shahihul Jami’ no. 1272)
Beliau juga
pernah bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالشَّامِ فَإِنَّهَا
صَفْوَةُ بِلاَدِ اللهِ يَسْكُنُهَا خِيَرَتُهُ مِنْ خَلْقِهِ فَمَنْ أَبَى فَلْيَلْحَقْ
بِيَمَنِهِ وَ لْيَسْقِ مِنْ غَدَرِهِ فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ تَكَفَّلَ لِيْ
بِالشَّامِ وَ أَهْلِهِ .
”Berpeganglah
kamu dengan Syam, karena ia negeri pilihan Allah yang ditempati oleh makhluk
pilihan-Nya. Barang siapa yang enggan, maka datangilah Yamannya, dan hendaknya
ia memberi minum dari kolam-kolamnya, karena sesungguhnya Allah ’Azza wa Jalla
menjamin Syam dan penduduknya.” (HR. Thabrani, Shahihul Jaami’ no. 4070)
3. Sesuatu yang diberkahi, seperti:
-
Air zamzam, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا
طَعَامُ طُعْمٍ - يَعْنِي زَمْزَمَ -
”Sesungguhnya
ia diberkahi, ia merupakan makanan yang mengenyangkan (peminumnya),” maksudnya
Air Zamzam.” (HR. Ahmad dan Muslim)
-
Minyak Zaitun (lihat surah An Nuur: 35).
-
Habbatussauda’ (jintan hitam), Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
فِي الْحَبَّةِ السَّوْدَاءِ
شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلاَّ السَّامُ
”Dalam
Habbatussauda’ terdapat penawar dari segala penyakit selain maut.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah)
-
Bercelak dengan itsmid (bahan yang digunakan untuk mencelak mata).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالْإِثْمِدِ عِنْدَ
النَّوْمِ فَإِنَّهُ يَجْلُو الْبَصَرَ وَ يُنْبِتُ الشَّعْرَ
”Pakailah
Itsmid ketika tidur, karena ia memperjelas penglihatan dan menumbuhkan bulu
(mata).” (HR. Ibnu Majah dan Hakim)
4. Perbuatan yang diberkahi, yaitu semua amal saleh atau
ketakwaan (lihat surah Al A’raf: 96 dan Ath Thalaq: 2-5).
5. Pada diri seseorang, yaitu pada diri Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, termasuk ludahnya, keringatnya, dan rontokan rambutnya pada
saat Beliau masih hidup. Urwah meriwayatkan dari Miswar dan Marwan, bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah berdahak, melainkan dahaknya jatuh ke
telapak salah seorang di antara sahabat, lalu ia menggosokkan ke muka dan
kulitnya.” (HR. Bukhari). Perbuatan ini
hanya khusus terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak terhadap
orang yang saleh di antara umatnya.
Beberapa
kesalahan dalam tabarruk
Kesalahan
dalam tabarruk dapat dibagi dua:
1. Bertabarruk dengan sesuatu yang di sana tidak disebutkan
ada berkahnya oleh nash.
Contohnya:
bertabarruk dengan kuburan para wali, bertabarruk dengan pribadi orang saleh
dan peninggalannya (seperti dengan ludahnya, keringatnya, sisa minumannya,
pecinya, bajunya, dsb.) bertabarruk dengan hari Isra’-mi’raj, hari hijrah, hari
terjadinya perang Badar, hari Fat-hu Makkah, dsb. Bertabarruk dengan tanah
karbala, bertabarruk dengan keris, sabuk, jimat, dsb. Demikiian pula
bertabarruk dengan nasi tumpeng, bertabarruk
dengan pohon atau benda yang dikeramatkan. Bertabarruk dengan batu, dan
lain-lain. Umar bin Khattab pernah berkata ketika mencium Hajar Aswad, ”Sungguh,
aku tahu bahwa kamu hanya sebuah batu; tidak menimpakan bahaya dan tidak
memberi manfaat. Kalau bukan karena aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (Diriwayatkan oleh
Bukhari)
2. Bertabarruk dengan cara yang tidak sesuai Sunnah.
Contohnya adalah mencium atau mengusap-usap dinding dan tanah masjid, bahkan
yang benar adalah dengan melakukan berbagai ibadah di masjid tersebut seperti
pada masjid yang tiga tidak hanya ziarah saja. Contoh lainnya adalah mengamalkan
amalan yang tidak dicontohkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada
waktu atau tempat yang diberkahi, seperti membaca surah Yasin pada malam atau
siang hari Jum’at. Membaca Barzanji dan ratib pada saat-saat tertentu, dsb.
Wallahu
a’lam.
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar