بسم الله الرحمن
الرحيم
Khutbah Idul Adh-ha
1437 H
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّين. اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ أَكْبَرُ
، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ أَمَّا بَعْدُ:
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Kita bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala atas
nikmat-nikmat-Nya yang tidak terhingga yang Dia limpahkan kepada kita. Di
antara nikmat-nikmat itu, yang paling besarnya adalah nikmat diutusnya Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa agama Islam, sehingga
manusia yang sebelumnya berada dalam kegelapan dan kebodohan, maka dengan mengikuti
Beliau mereka berada dalam cahaya dan pengetahuan. Ya, mereka menjadi kenal
siapa Tuhan mereka, mengenal jalan yang diridhai Tuhan mereka, dan mengenal
untuk apa mereka diciptakan di dunia.
Abu Bakar bin Iyasy rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
penduduk bumi sedangkan mereka berada dalam kerusakan, maka Allah memperbaiki
kondisi mereka dengan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu,
barang siapa yang mengajak untuk mengikuti selain petunjuk yang dibawa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia termasuk
orang-orang yang mengadakan kerusakan.”
Umar bin Abdul ‘Aziz berkata, “Pendapat sudah tidak
dianggap lagi ketika berhadapan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.”
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Khatib berwasiat kepada diri khatib dan
kepada hadirin sekalian untuk tetap bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla, karena
ia adalah solusi menghadapi problematika di dunia dan sebagai kunci meraih rezeki,
serta sebagai jalan untuk menggapai surga di akhirat kelak. Allah Subhaanahu wa
Ta’ala berfirman,
“Barang siapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.--Dan memberinya rezeki dari
arah yang tidak disangka-sangkanya.” (Terj. QS. Ath
Thalaq: 2-3)
“Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Terj. QS.
Ali Imran: 133)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Hari Ied atau hari raya adalah hari yang penuh
dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Di hari raya setiap umat menampakkan rasa
gembira dan bahagia, serta berusaha menghibur dirinya dari kelelahan dalam
menjalani hidup di dunia. Oleh karena itu, nikmatilah semua yang baik yang
Allah halalkan buat kita, syukurilah nikmat itu dengan melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, agar Dia tetap menjaga nikmat itu atas kita dan memberinya
tambahan. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman!
Makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
(Terj. QS. Al Baqarah: 172)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Kita bergembira di hari raya karena
dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk dapat menjalankan ketaatan
kepada-Nya dan dapat berlomba-lomba dalam kebaikan. Kegembiraan ini adalah
kegembiraan yang terpuji sebagaimana firman-Nya,
Katakanlah, "Dengan karunia
Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
(QS. Yunus: 58)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Hari Ied, baik Idul Fitri maupun Idul
Adh-ha bukanlah sebagai adat-istiadat,
tetapi hari Ied merupakan ibadah. Ia memiliki sunnah-sunnah, syi’ar, atsar (pengaruh),
dan harapan dari pelaksanaannya. Oleh karenanya, hari Ied pada hakikatnya untuk mereka yang mendekatkan
diri kepada Allah Tuhannya dan bertambah ketaatan kepada-Nya; bukan untuk
mereka yang hanya mengganti pakaiannya dengan pakaian baru dan kendaraannya
dengan kendaraan baru sedangkan kemaksiatan masih tetap dikerjakan. Al Hasan Al
Basri rahimahullah berkata, “Setiap hari yang kita lalui tanpa
bermaksiat kepada Allah pada hakikatnya adalah hari raya, dan setiap hari yang
kita isi dengan ketaatan kepada Allah, pada hakikatnya adalah hari raya.”
Di hari raya terdapat beberapa perbuatan
yang disyariatkan untuk dilakukan, yaitu:
1.
Keluar
menuju lapangan dengan pakaian yang indah dan berhias dengan yang mubah. Ibnu Abbas
radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memakai burdah berwarna merah pada hari
raya.” (Silsilah Ash Shahiihah 1278)
Tentunya berhiasnya
adalah sesuai syariat, tidak dengan mencukur habis janggut, tidak memakai
cincin emas bagi laki-laki, tidak juga dengan mencukur rambutnya dengan model
qaza’ (mencukur sebagian rambut dan meninggalkan bagian yang lain) ini adalah
haram. Dan bagi wanita dilarang bertabarruj (bersolek dan menampilkan keindahan
tubuhnya) ketika keluar dari rumah, juga tidak boleh memakai wewangian apalagi
sampai melepas jilbab, atau memakai pakaian yang tipis dan tembus pandang.
2.
Mengumandangkan
takbir.
3.
Dianjurkan
melewati jalan yang berbeda antara berangkat dengan pulangnya (sebagaimana
dalam hadits riwayat Bukhari).
4.
Dianjurkan
pada hari raya Idul Ad-ha tidak makan kecuali setelah shalat Ied (sebagaimana
dalam hadits riwayat Tirmidzi).
5.
Setelah
shalat 'Ied, ia berkurban, ia boleh memakan daripadanya, lalu menghadiahkan
kepada kerabat, tetangga dan menyedekahkannya kepada kaum fakir. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
كُلُوا وَادَّخِرُوا وَتَصَدَّقُوا
"Makanlah,
simpanlah, dan sedekahkanlah." (HR. Bukhari dan Muslim)
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا
Idul Adh-ha adalah hari yang paling
agung dan paling utama di sisi Allah, bahkan lebih utama daripada Idul Fitri. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ
اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Sesungguhnya
hari yang paling agung di sisi Allah Tabaaraka wa Ta’aala adalah hari nahar
(Idul Adh-ha), lalu hari qar (setelah hari nahar).” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim, dishahihkan oleh Hakim
dan Al Albani, Shahihul Jami’ no. 1064).
Hari ini dan tiga hari setelahnya adalah
hari raya kita kaum muslimin; di samping Idul Fitri dan hari Jum’at. Rasululullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَوْمُ الْفِطْرِ وَ يَوْمُ النَّحْرِ وَ أَيَّامُ التَّشْرِيْقِ عِيْدُنَا
أَهْلُ الْإِسْلاَمِ وَ هِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَ شُرْبٍ
“Idul Fitri, hari nahar (Idul Adh-ha), dan
hari-hari tasyriq adalah hari raya kita kaum muslim. Ia adalah hari makan dan
minum. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Hakim, dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahihul Jami no. 8193)
إِنَّ هَذِهِ الْأَيَّامَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَ شُرْبٍ وَ ذِكْرِ اللهِ
“Sesungguhnya hari-hari ini (hari nahar dan
hari tasyriq) adalah hari makan, minum, dan berdzikr kepada Allah.” (HR. Ahmad,
Muslim, Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Kita pun disyariatkan banyak berdzikr
berdasarkan hadits di atas. Oleh karenanya, takbir pada hari raya Idul Adh-ha
dimulai dari subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga hingga akhir hari tasyriq.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا
Berkurban adalah sunnah dua orang kekasih
Allah Azza wa Jalla, yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad ‘alaihimash
shalatu was salam. Ibadah ini disyariatkan untuk merealisasikan tauhid,
mengagungkan dan membesarkan Allah Azza wa Jalla, serta agar nama-Nya saja yang
disebut ketika menyembelih hewan; tidak selain-Nya. Dia berfirman,
Katakanlah, sesungguhnya shalatku,
kurbanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.—Tidak
ada sekutu bagi-Nya; dan yang demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
(Terj. QS. Al An’aam: 162-163)
Ibadah kurban juga disyariatkan untuk membuktikan
ketakwaan kita kepada Allah Azza wa Jalla,
“Daging-daging unta dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari
kamulah yang dapat mencapainya.” (Terj. QS. Al
Hajj: 37)
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Pensyariatan kurban sangat ditekankan bagi
orang yang mampu, bahkan sebagian ulama berpendapat wajib bagi mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ وَجَدَ سعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barang siapa yang memiliki kesanggupan
(untuk berkurban), namun tidak mau melakukannya, maka jangan sekali-kali
mendekati tempat shalat kami (lapangan).”
(HR. Ibnu Majah dan lain-lain dengan sanad hasan).
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Ibadah yang satu ini (kurban) memiliki
aturan-aturan sebagaimana yang telah diterangkan dalam Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:
-
Seekor
kambing cukup untuk satu keluarga.
-
Seekor
unta dan sapi cukup untuk tujuh orang.
-
Hewan
kurban hanya sah jika selamat dari cacat yang menjadi penghalang untuk
keabsahannya. Cacat tersebut adalah buta sebelah matanya dengan jelas, pincang
dengan jelas, sakit dengan jelas, dan kurus sekali tidak bersumsum (Hal ini
berdasarkan hadits Al Barra’). Termasuk pula cacat-cacat yang semisal itu atau
lebih parah lagi.
-
Usia hewan
yang dikurbankan harus sesuai. Jika unta, maka yang usianya 5 tahun, sapi yang
usianya 2 tahun, kambing yang usianya setahun, sedangkan biri-biri atau domba
minimal 6 bulan.
-
Waktu menyembelih
dimulai dari setelah shalat Ied, dan
berlangsung hingga akhir hari tasyriq.
-
Si
penyembelih wajib mengucapkan basmalah (Bismillah), dan dianjurkan menambahkan
dengan takbir “Allahu akbar”.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Di sini kami juga mewasiatkan secara khusus
kepada kaum wanita. Bertakwalah kalian kepada Allah! Tutuplah aurat kalian,
karena Dia berfirman, “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzaab: 59)
Demikian pula kami wasiat kepada para
remaja baik laki-laki maupun wanita, “Bertakwalah kalian kepada Allah, hiasilah
perangai kalian dengan akhlak Islami, dan isilah kehidupan kalian dengan
beribadah kepada Allah agar kalian mendapatkan naungan-Nya pada hari yang tidak
ada naungan kecuali naungan-Nya.” Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah menyampaikan, bahwa ada tujuh golongan yang akan mendapatkan
naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, di
antaranya adalah pemuda yang tumbuh di atas ibadah kepada Allah (Sebagaimana
dalam Shahih Bukhari dan Muslim).
Kita berdoa kepada Allah agar Dia
membimbing kita semua ke jalan yang diridhai-Nya, memasukkan kita ke surga, dan
menghindarkan kita dari neraka.
هَذَا وَصَلُّوْا
وَسَلِّمُوْا عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ
سُبْحَانَهُ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا " ، اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَّمَدٍ ، وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ ، وَعَلَى الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ
، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ
، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِناًّ
وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ
أُمُوْرِنَا ، وَاجْعَلْ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ بِرَحْمَتِكَ
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ ، وَنَعُوْذُ
بِكَ مِنَ النَّارِ ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ
وَلاَ مُضِلِّيْنَ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Marwan
Hadidi, M.PdI
0 komentar:
Posting Komentar