بسم
الله الرحمن الرحيم
Terjemah Umdatul Ahkam (5)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut terjemah Umdatul Ahkam karya
Imam Abdul Ghani Al Maqdisi (541 H – 600 H). Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan kitab ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Bab Waktu-Waktu Shalat
53 - عَنْ أَبِي
الْمِنْهَالِ سَيَّارِ بْنِ سَلامَةَ قَالَ: ((دَخَلْتُ أَنَا وَأَبِي عَلَى أَبِي
بَرْزَةَ الأَسْلَمِيِّ , فَقَالَ لَهُ أَبِي: كَيْفَ كَانَ النَّبِيُّ - صلى الله
عليه وسلم - يُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ؟ فَقَالَ: كَانَ يُصَلِّي الْهَجِيرَ -
الَّتِي تَدْعُونَهَا الأُولَى - حِينَ تَدْحَضُ الشَّمْسُ , وَيُصَلِّي الْعَصْرَ
, ثُمَّ يَرْجِعُ أَحَدُنَا إلَى رَحْلِهِ فِي أَقْصَى الْمَدِينَةِ وَالشَّمْسُ
حَيَّةٌ. وَنَسِيتُ مَا قَالَ فِي الْمَغْرِبِ. وَكَانَ يُسْتَحَبُّ أَنْ
يُؤَخِّرَ مِنْ الْعِشَاءِ الَّتِي تَدْعُونَهَا الْعَتَمَةَ. وَكَانَ يَكْرَهُ
النَّوْمَ قَبْلَهَا , وَالْحَدِيثُ بَعْدَهَا. وَكَانَ يَنْفَتِلُ مِنْ صَلاةِ
الْغَدَاةِ حِينَ يَعْرِفُ الرَّجُلَ جَلِيسَهُ. وَكَانَ يَقْرَأُ بِالسِّتِّينَ
إلَى الْمِائَةِ)) .
53.
Dari Abul Minhal Sayyar bin Salamah ia berkata, “Aku bersama ayahku pernah
masuk menemui Abu Barzah Al Aslamiy, lalu ayahku bertanya kepadanya, “Bagaimanakah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat fardhu?” Ia menjawab, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Zhuhur –yang kalian sebut sebagai siang
pertama- pada saat matahari condong (ke barat). Beliau melakukan shalat Ashar, lalu salah seorang di antara kami pulang ke
rumahnya di ujung Madinah sedangkan matahari masih putih.” Aku (perawi) lupa
perkataannya tentang shalat Maghrib. Beliau juga menyukai mengakhirkan shalat Isya, waktu yang biasa kalian
sebut dengan nama ‘atamah. Beliau tidak suka tidur sebelum shalat Isya
dan tidak
suka melakukan obrolan
setelahnya. Dan Beliau selesai dari shalat Subuh saat seseorang dapat mengenali
kawan di sebelahnya. Ketika shalat Subuh, Beliau membaca ayat yang jumlahnya enam
puluh sampai seratus ayat.”
54 - عَنْ عَلِيٍّ - رضي
الله عنه -: أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ:
((مَلأَ اللَّهُ قُبُورَهُمْ وَبُيُوتَهُمْ نَارًا , كَمَا شَغَلُونَا عَنْ
الصَّلاةِ الْوُسْطَى حَتَّى غَابَتْ الشَّمْسُ)) . وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ
((شَغَلُونَا عَنْ الصَّلاةِ الْوُسْطَى - صَلاةِ الْعَصْرِ - ثُمَّ صَلاهَا
بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ))
54.
Dari Ali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
pada saat perang Khandaq, “Semoga Allah memenuhi kubur dan rumah mereka
dengan api karena mereka membuat kita sibuk hingga tertunda dari melakukan shalat wustha (Ashar) hingga terbenam
matahari.” Dalam lafaz Muslim
disebutkan, “Mereka membuat kita sibuk hingga tertunda dari melakukan shalat wustha
–Ashar-,” lalu Beliau melakukannya antara Maghrib dan Isya.”
55 - وَلَهُ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: ((حَبَسَ الْمُشْرِكُونَ رَسُولَ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم - عَنِ الْعَصْرِ , حَتَّى احْمَرَّتِ الشَّمْسُ أَوْ اصْفَرَّتْ ,
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -: شَغَلُونَا عَنْ الصَّلاةِ
الْوُسْطَى - صَلاةِ الْعَصْرِ - مَلأَ اللَّهُ أَجْوَافَهُمْ وَقُبُورَهُمْ
نَاراً , أَوْ حَشَا اللَّهُ أَجْوَافَهُمْ وَقُبُورَهُمْ نَاراً)) .
55.
Dalam riwayat Muslim dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “Kaum musyrik
mencegah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari melakukan shalat Ashar
sehingga matahari semakin merah atau kuning, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Mereka membuat kita sibuk sehingga tertunda dari melakukan shalat wustha –shalat Ashar-, semoga Allah
memenuhi perut dan kubur mereka dengan api.”
56 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: ((أَعْتَمَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم
- بِالْعِشَاءِ. فَخَرَجَ عُمَرُ , فَقَالَ: الصَّلاةُ , يَا رَسُولَ اللَّهِ.
رَقَدَ النِّسَاءُ وَالصِّبْيَانُ. فَخَرَجَ وَرَأْسُهُ يَقْطُرُ يَقُولُ: لَوْلا
أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي - أَوْ عَلَى النَّاسِ - لأَمَرْتُهُمْ بِهَذِهِ
الصَّلاةِ هَذِهِ السَّاعَةِ)) .
56. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma
ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menunda shalat Isya hingga
larut malam, dimana kaum wanita dan anak-anak ketika itu telah tidur, lalu
Beliau keluar dalam keadaan rambut Beliau basah meneteskan air sambil bersabda,
“Kalau bukan aku khawatir memberatkan umatku –atau manusia-, tentu aku suruh
mereka melakukan shalat ini (Isya) di waktu ini.”
57 - عَنْ عائِشَةَ رضي
الله عنها: أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: ((إذَا أُقِيمَتْ الصَّلاةُ , وَحَضَرَ الْعَشَاءُ , فَابْدَءُوا
بِالْعَشَاءِ)) . وَعَنْ
ابْنِ عُمَرَ نَحْوُهُ.
57. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila shalat Isya telah
didirikan, sedangkan makan malam telah dihidangkan, maka dahulukanlah makan
malam.” Dari Ibnu Umar juga sama seperti itu.
58 - وَلِمُسْلِمٍ عَنْ
عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم
- يقُولُ: ((لا صَلاةَ بِحَضْرَةِ طَعَامٍ , وَلا وَهُوَ يُدَافِعُهُ
الأَخْبَثَانِ)) .
58. Dalam riwayat Muslim dari Aisyah
radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Tidak sempurna shalat ketika makanan telah dihidangkan, dan
pada saat dirinya didesak oleh dua hal yang kotor (buang air kecil dan buang
air besar).”
59 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: ((شَهِدَ عِنْدِي رِجَالٌ مَرْضِيُّونَ -
وَأَرْضَاهُمْ عِنْدِي عُمَرُ - أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - نَهَى
عَنْ الصَّلاةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ , وَبَعْدَ الْعَصْرِ
حَتَّى تَغْرُبَ)) .
59. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma
ia berkata, “Telah bersaksi di dekatku orang-orang yang diridhai –dan yang
paling diridhai menurutku adalah Umar-, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang shalat setelah shalat Subuh sampai terbit matahari, dan setelah
shalat Ashar sampai tenggelam.”
60 - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ - رضي الله عنه - عَنْ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -
أَنَّهُ قالَ: ((لا صَلاةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَرْتَفِعَ الشَّمْسُ , وَلا
صَلاةَ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغِيبَ الشَّمْسُ)) .
60. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu,
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Beliau bersabda, “Tidak
ada shalat setelah shalat Subuh sampai terbit matahari, dan tidak ada shalat
setelah shalat Ashar hingga terbenam matahari.”
وفي البابِ عنْ عليِّ بنِ أَبي طالبٍ، وعبدِ اللهِ بنِ مسعودٍ، وعبدِ
اللهِ بنِ عمرَ بنِ الخطابِ، وعبدِ اللهِ بنِ عمرِو بنِ العاصِ، وأَبي هريرةَ،
وسَمُرَةَ بنِ جُندُبِ، وسَلَمَةَ بنِ الأَكوَعِ، وزيدِ بنِ ثابتٍ ومعاذِ بنِ
جبلٍ، ومعاذِ بنِ عفراء، وكعبِ بنِ مُرَّةَ، وأَبي أُمامةَ الباهليِّ، وعمرِو بنِ
عبسةَ السُلَميِّ، وعائشةَ رضي الله عنهم، والصَّنابحيِّ، ولم يسمعْ منَ النبيِّ -
صلى الله عليه وسلم -.
Dalam hal ini ada riwayat dari Ali bin Abi
Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar bin Khaththab, Abdullah bin ‘Amr
bin ‘Ash, Abu Hurairah, Samurah bin Jundub, Salamah bin Akwa’, Zaid bin Tsabit,
Mu’adz bin Jabal, Mu’adz bin ‘Afra, Ka’ab bin Murrah, Abu Umamah Al Bahili, Amr
bin Absah As Sulamiy, Aisyah –semoga Allah meridhai mereka semua-, demikian
pula dari Ash Shanabihi, namun ia tidak mendengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
61 - عَنْ جَابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنهما ((أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رضي الله عنه
جَاءَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ بَعْدَ مَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ فَجَعَلَ يَسُبُّ
كُفَّارَ قُرَيْشٍ , وَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ , مَا كِدْتُ أُصَلِّي
الْعَصْرَ حَتَّى كَادَتِ الشَّمْسُ تَغْرُبُ. فَقَالَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه
وسلم -: وَاَللَّهِ مَا صَلَّيْتُهَا. قَالَ: فَقُمْنَا إلَى بَطْحَانَ ,
فَتَوَضَّأَ لِلصَّلاةِ , وَتَوَضَّأْنَا لَهَا , فَصَلَّى الْعَصْرَ بَعْدَ مَا
غَرَبَتْ الشَّمْسُ. ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَا الْمَغْرِبَ))
61. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma,
bahwa Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu datang di saat perang Khandaq
setelah matahari terbenam, ia pun mulai mencaci-maki kaum kafir Quraisy, lalu
ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku hampir saja tidak shalat Ashar hingga
matahari terbenam,” lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi
Allah, aku sama sekali belum shalat Ashar,” Lalu kami menuju Bathhan (sebuah
tempat di Madinah), Beliau berwudhu untuk shalat, dan kami pun juga berwudhu, kemudian
Beliau shalat Ashar ketika matahari telah terbenam, lalu shalat Maghrib
setelahnya.”
Bab Keutamaan Shalat Berjamaah dan
Kewajibannya
62 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ:
((صَلاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ
دَرَجَةً)) .
62. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat berjamaah
lebih utama dibanding shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat.”
63 - عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم
-: ((صَلاةُ الرَّجُلِ فِي جَمَاعَةٍ تُضَعَّفُ عَلَى صَلاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي
سُوقِهِ خَمْساً وَعِشْرِينَ ضِعْفاً , وَذَلِكَ: أَنَّهُ إذَا تَوَضَّأَ ,
فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ. ثُمَّ خَرَجَ إلَى الْمَسْجِدِ لا يُخْرِجُهُ إلا
الصَّلاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إلا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ , وَحُطَّ
عَنْهُ خَطِيئَةٌ. فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ ,
مَا دَامَ فِي مُصَلاهُ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ , اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ ,
اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ , وَلا يَزَالُ فِي صَلاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلاةَ)) .
63. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat seseorang
dengan berjamaah dilipatgandakan dibanding shalatnya yang dilakukan di rumah
dan di pasarnya dengan dua puluh lima derajat lebih. Hal itu, karena apabila
seseorang berwudhu dan memperbaiki wudhunya, lalu keluar menuju masjid, dimana
tidak ada yang membuatnya keluar rumah melainkan karena shalat, maka tidaklah
ia melangkah satu langkah saja melainkan akan diangkat karenanya satu derajat,
dan akan digugurkan satu kesalahan. Jika ia melakukan shalat, maka malaikat
akan senantiasa mendoakannya selama ia berada di tempat shalatnya sambil
mengucapkan, “Ya Allah, berilah rahmat kepadanya. Ya Allah, ampunilah dia. Ya
Allah, rahmatilah dia,” dan ia dianggap dalam shalat selama menunggu shalat.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa
alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penerjemah:
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar