بسم
الله الرحمن الرحيم
Terjemah Umdatul Ahkam (4)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut terjemah Umdatul Ahkam karya
Imam Abdul Ghani Al Maqdisi (541 H – 600 H). Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan kitab ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Bab Tayammum
40 - عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ - رضي الله
عنه -: ((أَنَّ رَسُولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - رَأَى رَجُلاً مُعْتَزلاً ,
لَمْ يُصَلِّ فِي الْقَوْمِ؟ فَقَالَ: يَا فُلانُ , مَا مَنَعَكَ أَنْ تُصَلِّيَ
فِي الْقَوْمِ؟ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَصَابَتْنِي جَنَابَةٌ , وَلا مَاءَ
, فَقَالَ: عَلَيْك بِالصَّعِيدِ , فَإِنَّهُ يَكْفِيَكَ)) .
40.
Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melihat seorang yang menyendiri dan tidak ikut shalat bersama yang
lain, maka Beliau bertanya, “Wahai fulan, mengapa engkau tidak ikut shalat bersama
yang lain?” Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, saya terkena junub dan tidak ada
air,” Beliau bersabda, “Hendaknya engkau menggunakan debu (bertayammum), karena
itu cukup bagimu.”
41 - عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ رضي الله
عنهما قَالَ: ((بَعَثَنِي النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - فِي حَاجَةٍ ,
فَأَجْنَبْتُ , فَلَمْ أَجِدِ الْمَاءَ , فَتَمَرَّغْتُ فِي الصَّعِيدِ , كَمَا
تَمَرَّغُ الدَّابَّةُ , ثُمَّ أَتَيْتُ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم -
فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ , فَقَالَ: إنَّمَا يَكْفِيَكَ أَنْ تَقُولَ بِيَدَيْكَ
هَكَذَا - ثُمَّ ضَرَبَ بِيَدَيْهِ الأَرْضَ ضَرْبَةً وَاحِدَةً , ثُمَّ مَسَحَ
الشِّمَالَ عَلَى الْيَمِينِ , وَظَاهِرَ كَفَّيْهِ وَوَجْهَهُ)) .
41.
Dari Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mengutusku untuk suatu keperluan, lalu aku tertimpa
junub, maka aku berguling di tanah sebagaimana hewan berguling, lalu aku
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan hal itu, maka
Beliau bersabda, “Sesungguhnya cukup bagimu berbuat begini dengan kedua
tanganmu,” lalu Beliau menepuk ke tanah dengan kedua tangannya sekali
tepuk, kemudian mengusapkan tangan kiri ke atas tangan kanan, dan mengusapkan
bagian atas kedua telapak tangan dan ke wajahnya.”
42 - عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي
الله عنهما: أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: ((أُعْطِيتُ خَمْساً,
لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ
مَسِيرَةَ شَهْرٍ , وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا , فَأَيُّمَا
رَجُلٌ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلاةُ فَلْيُصَلِّ , وَأُحِلَّتْ لِي
الْمَغَانِمُ , وَلَمْ تَحِلَّ لأَحَدٍ قَبْلِي , وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ،
وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً , وَبُعِثْتُ إلَى النَّاسِ
عَامَّةً)) .
42.
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada
seorang nabi pun sebelumku, yaitu: aku ditolong dengan dijadikan musuh takut
kepadaku meskipun masih berada jauh perjalanan sebulan, dijadikan bumi sebagai
masjid dan alat bersuci. Oleh karena itu, siapa saja dari umatku yang
mendapatkan waktu shalat, maka hendaknya ia shalat. Demikian pula dihalalkan
bagiku harta rampasan perang, dimana harta itu tidak dihalalkan untuk seorang
pun sebelumku, aku diberi hak memberi syafaat (uzhma/agung), dan dahulu nabi
itu diutus kepada kaum tertentu, sedangkan aku diutus kepada semua manusia.”
Bab Haidh
43 - عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها ((أَنَّ
فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي حُبَيْشٍ: سَأَلَتِ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم -
فَقَالَتْ: إنِّي أُسْتَحَاضُ فَلا أَطْهُرُ , أَفَأَدَعُ الصَّلاةَ؟ قَالَ: لا،
إنَّ ذَلِكَ عِرْقٌ , وَلَكِنْ دَعِي الصَّلاةَ قَدْرَ الأَيَّامِ الَّتِي كُنْتِ
تَحِيضِينَ فِيهَا , ثُمَّ اغْتَسِلِي وَصَلِّي))
وَفِي رِوَايَةٍ ((وَلَيْسَتْ بِالْحَيْضَةِ , فَإِذَا أَقْبَلَتْ
الْحَيْضَةُ: فَاتْرُكِي الصَّلاةَ فِيهَا , فَإِذَا ذَهَبَ قَدْرُهَا فَاغْسِلِي
عَنْك الدَّمَ وَصَلِّي)) .
43.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Fathimah binti Abi Hubaisy pernah
bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan berkata,
“Sesungguhnya aku terkena darah istihadhah (penyakit), sehingga aku tidak suci,
maka apakah aku meninggalkan shalat?” Beliau bersabda, “Tidak, itu hanyalah urat (yang memancar
darinya darah istihadhah). Tinggalkanlah shalat pada hari-hari engkau mengalami
haidh, lalu mandi dan shalatlah.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Itu bukan
haidh. Ketika tiba haidh, maka tinggalkanlah shalat, dan ketika telah lewat
waktunya, maka cucilah darah itu dan shalatlah.”
44 - عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها ((أَنَّ
أُمَّ حَبِيبَةَ اُسْتُحِيضَتْ سَبْعَ سِنِينَ , فَسَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم - عَنْ ذَلِكَ؟ فَأَمَرَهَا أَنْ تَغْتَسِلَ , قَالَتْ: فَكَانَتْ
تَغْتَسِلُ لِكُلِّ صَلاةٍ)) .
44. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa
Ummu Habibah pernah merasakan darah istihadhah selama tujuh tahun, lalu ia
bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu, maka
Beliau menyuruhnya untuk mandi. Aisyah berkata, “Oleh karena itu, ia mandi
untuk setiap kali shalat.”
45 - عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ:
((كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - مِنْ إنَاءٍ
وَاحِدٍ , كِلانا جُنُبٌ.
45.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu wadah, ketika itu kami dalam keadaan
junub.”
46 - وَكَانَ يَأْمُرُنِي فَأَتَّزِرُ ,
فَيُبَاشِرُنِي وَأَنَا حَائِضٌ.
“Beliau
pernah menyuruhku memakai kain, lalu Beliau bersentuhan denganku, sedangkan
ketika itu aku dalam keadaan haidh.”
47 - وَكَانَ يُخْرِجُ رَأْسَهُ إلَيَّ ,
وَهُوَ مُعْتَكِفٌ , فَأَغْسِلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ)) .
“Beliau
pernah mengeluarkan kepalanya (dari masjid) kepadaku, sedangkan Beliau dalam
keadaan I’tikaf, maka aku membasuhnya sedangkan diriku dalam keadaan haidh.”
48 - عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ:
((كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَتَّكِئُ فِي حِجْرِي ,
فَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَأَنَا حَائِضٌ)) .
Dari
Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersandar di pangkuanku, lalu Beliau membaca Al Qur’an, sedangkan aku
dalam keadaan haidh.”
49 - عَنْ مُعَاذَةَ قَالَتْ: ((سَأَلْتُ
عَائِشَةَ رضي الله عنها فَقَلتُ: مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ , وَلا
تَقْضِي الصَّلاةَ؟ فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ فَقُلْتُ: لَسْتُ
بِحَرُورِيَّةٍ , وَلَكِنِّي أَسْأَلُ. فَقَالَتْ: كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ ,
فَنُؤَمَّرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ , وَلا نُؤَمَّرُ بِقَضَاءِ الصَّلاةِ))
49.
Dari Mu’adzah ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu anha,
“Mengapa wanita haidh mengqadha puasa, namun tidak mengqadha shalat?” Ia
menjawab, “Apakah engkau seorang wanita Haruri (pengikut Khawarij)?” Aku
menjawab, “Aku bukan Haruri, tetapi aku hanya bertanya,” ia menjawab, “Kami
juga pernah bertanya hal itu, lalu kami diperintahkan mengqadha puasa dan tidak
diperintahkan mengqadha shalat.”
KITAB SHALAT
Bab Waktu-Waktu Shalat
50- عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ
وَاسْمُهُ سَعْدُ بْنُ إيَاسٍ - قَالَ: حَدَّثَنِي صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ -
وَأَشَارَ بِيَدِهِ إلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ - رضي الله عنه -
قَالَ: ((سَأَلْتُ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم -: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ
إلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِهَا. قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ:
بِرُّ الْوَالِدَيْنِ , قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ , قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -
وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي)) .
50.
Dari Abu Amr Asy Syaibani, namanya adalah Sa’ad bin Iyas ia berkata, “Pemilik
rumah ini telah menyampaikan kepadaku –ia berisyarat kepada Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu- ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Amal apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab,
“Shalat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab,
“Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Beliau
menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” Ibnu Mas’ud berkata, “Demikianlah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepadaku. Jika aku
bertanya lagi, tentu Beliau akan menjawabnya.”
51 - عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ:
((لَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يُصَلِّي الْفَجْرَ ,
فَيَشْهَدُ مَعَهُ نِسَاءٌ مِنْ الْمُؤْمِنَاتِ , مُتَلَفِّعَاتٍ بِمُرُوطِهِنَّ
ثُمَّ يَرْجِعْنَ إلَى بُيُوتِهِنَّ مَا يَعْرِفُهُنَّ أَحَدٌ , مِنْ الْغَلَسِ))
.
51.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam shalat Subuh, dan ikut hadir bersama Beliau kaum wanita mukminah dalam
keadaan berselimut dengan kain, lalu mereka pulang ke rumah, namun tidak ada
yang mengenali mereka karena gelap.”
52 - عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي
الله عنهما قَالَ: ((كَانَ - صلى الله عليه وسلم - يُصَلِّي الظُّهْرَ
بِالْهَاجِرَةِ , وَالْعَصْرَ وَالشَّمْسُ نَقِيَّةٌ وَالْمَغْرِبَ إذَا وَجَبَتْ
, وَالْعِشَاءَ أَحْيَاناً وَأَحْيَاناً إذَا رَآهُمْ اجْتَمَعُوا عَجَّلَ.
وَإِذَا رَآهُمْ أَبْطَئُوا أَخَّرَ , وَالصُّبْحُ كَانَ النَّبِيُّ - صلى الله
عليه وسلم - يُصَلِّيهَا بِغَلَسٍ)) .
52. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu
‘anhuma ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat
Zhuhur di siang hari yang sangat menyengat, shalat Ashar ketika matahari masih
putih bersih, shalat Maghrib ketika matahari sudah terbenam, dan shalat Isya
terkadang begini dan terkadang begitu; ketika Beliau melihat para sahabat telah
berkumpul, maka Beliau menyegerakan, dan ketika Beliau melihat mereka telat,
maka Beliau menunda. Adapun shalat Subuh, maka Beliau melakukannya ketika hari
masih gelap.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa
alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penerjemah:
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar