بسم
الله الرحمن الرحيم
Fiqih Qiyamullail (1)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut
pembahasan fiqih Qiyamullail, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Keutamaan
Qiyamullail (shalat malam)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk melakukan qiyamullail, Dia berfirman,
وَمِنَ اللَّيْلِ
فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا
مَحْمُودًا
“Dan
pada sebagian malam hari, shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS.
Al Israa: 79)
Perintah
ini meskipun khusus kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi
semua kaum muslimin masuk ke dalamnya karena mereka diminta untuk mengikuti
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah
Subhaanahu wa Ta’ala juga menerangkan, bahwa orang yang menjaga qiyamullail
adalah orang-orang yang berbuat ihsan yang berhak memperoleh kebaikan dan
rahmat-Nya, Dia berfirman,
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي
جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (15) آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا
قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ (16) كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
(17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18)
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata
air-mata air,--Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya
mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan.--Di dunia
mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.--Dan selalu memohonkan ampunan di
waktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz Dzaariyat: 15-18)
Allah
Azza wa Jalla juga memuji mereka dan menyatukan mereka ke dalam golongan
hamba-hamba-Nya yang berbakti, Dia berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ
الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ
قَالُوا سَلَامًا (63) وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
(64)
“Hamba-hamba
Allah yang Maha Penyayang adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan
rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata (yang mengandung) keselamatan.--Dan orang yang melalui malam hari
dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS.
Al Furqan: 63-64)
Allah
Azza wa Jalla juga bersaksi, bahwa merekalah yang beriman kepada ayat-ayat-Nya,
Dia berfirman,
إِنَّمَا يُؤْمِنُ
بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا
بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ (15) تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ
الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنْفِقُونَ (16) فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ
أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (17)
“Sesungguhnya
orang yang benar benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila
diperingatkan dengan ayat-ayat itu segera bersujud seraya bertasbih dan memuji
Rabbnya, dan lagi pula mereka tidak sombong.--Lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap,
serta mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan.--Tidak seorang pun
mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan
bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As Sajdah: 15-17)
Allah
Azza wa Jalla juga membedakan antara mereka yang melakukan qiyamullail dengan
selain mereka, Dia berfirman,
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ
آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ
رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (9)
“(Apakah
kamu wahai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS.
Az Zumar: 9)
Ini
sebagian keutamaan qiyamullail yang disebutkan dalam Al Qur’an, sedangkan dalam
Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah:
Dari
Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba pertama kali di Madinah, maka orang-orang
bergegas mendatanginya. Dan aku termasuk orang yang mendatanginya. Saat aku
memperhatikan wajah Beliau dengan jelas, aku pun mengetahui, bahwa wajahnya
bukanlah wajah seorang pendusta. Ketika itu, kalimat yang pertama kali aku
dengar adalah,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ،
أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ وَصَلُّوا
وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِسَلَامٍ
“Wahai
manusia! Sebarkanlah salam, berilah makan kepada orang lain, sambunglah tali
silaturrahim, dan lakukan shalat ketika orang lain tidur, maka kalian akan
masuk surga dengan sejahtera.” (HR. Hakim, Ibnu Majah, dan Tirmidzi, ia
berkata, “Hadits hasan shahih.”)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ
اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ
قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ، وَمَنْهَاةٌ عَنْ الإِثْمِ، وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ،
“Hendaknya
kalian mengerjakan qiyamullail, karena ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh
sebelum kalian. Qiyamullail juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah,
mencegah dari perbuatan dosa, dan menghapuskan kesalahan.” (HR. Ahmad,
Tirmidzi, Hakim, dan Baihaqi dari Bilal. Tirmidzi, Hakim, dan Baihaqi dari Abu
Umamah. Ibnu Asakir dari Abu Darda, Thabrani dari Salman, dan Ibnus Sunniy dari
Jabir, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 4079)
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ ، قَالَ : جَاءَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَ : « يَا مُحَمَّدُ ، عِشْ مَا شِئْتَ
فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ
مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِي بِهِ » ثُمَّ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ
قِيَامُ اللَّيْلِ وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
Dari Sahl
bin Sa’ad ia berkata, Jibril ‘alaihis salam pernah datang kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah
sesukamu, namun engkau akan mati. Cintailah orang yang engkau cintai, namun
engkau akan berpisah dengannya. Kerjakanlah apa yang engkau inginkan, namun
engkau akan diberi balasan.” Kemudian Jibril berkata, “Wahai Muhammad,
keutamaan orang mukmin ada pada Qiyamullail, dan kemuliaannya adalah ketika ia
merasa cukup dari manusia (tidak bergantung kepada mereka, tetapi kepada
Allah).” (HR. Asy Syiraziy dalam Al
Alqaab, Hakim dan Baihaqi dalam Asy Syu’ab, dihasankan oleh Al
Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 73).
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ
عَنِ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: " «ثَلَاثَةٌ
يُحِبُّهُمُ اللَّهُ وَيَضْحَكُ إِلَيْهِمْ وَيَسْتَبْشِرُ بِهِمُ: الَّذِي إِذَا
انْكَشَفَتْ فِئَةٌ قَاتَلَ وَرَاءَهَا بِنَفْسِهِ لِلَّهِ تَعَالَى فَإِمَّا أَنْ
يُقْتَلَ وَإِمَّا أَنْ يَنْصُرَهُ اللَّهُ وَيَكْفِيَهُ، فَيَقُولُ: انْظُرُوا
إِلَى عَبْدِي هَذَا كَيْفَ صَبَرَ لِي بِنَفْسِهِ! ؟ وَالَّذِي لَهُ امْرَأَةٌ
حَسَنَةٌ وَفِرَاشٌ لَيِّنٌ حَسَنٌ فَيَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ يَذَرُ شَهْوَتَهُ
وَيَذْكُرُنِي وَلَوْ شَاءَ رَقَدَ، وَالَّذِي إِذَا كَانَ فِي سَفَرٍ وَكَانَ
مَعَهُ رَكْبٌ فَسَهِرُوا ثُمَّ هَجَعُوا فَقَامَ مِنَ السَّحَرِ فِي ضَرَّاءَ
سِرًّا»
Dari Abu
Darda, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Ada tiga
orang yang Allah cinta, tertawa, dan gembira terhadapnya, yaitu: seorang yang
berperang sendiri karena Allah Ta’ala setelah pasukan terpukul mundur, bisa
saja ia terbunuh atau Allah memenangkannya dan melindunginya, Dia berfirman, “Lihatlah
hamba-Ku ini, bagaimana ia mampu bersabar mengorbankan dirinya?”, seorang
yang memiliki istri yang cantik dan kasur yang lembut, lalu ia qiyamullail
meninggalkan syahwatnya dan mengingat-Ku, padahal kalau mau ia bisa saja
meneruskan tidurnya, dan seorang yang ketika sedang bersafar bersama rombongan,
mereka semua bergadang lalu tertidur, tetapi ia bangun (shalat malam) di waktu
sahur dalam keadaan kesusahan secara diam-diam.” (Al Haitsaimi dalam Majmauz
Zawaid 2/255 berkata, “Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al Kabir,
dan para perawinya adalah tsiqah.”)
Ketika terbangun
di malam hari
Dari
Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, Beliau bersabda,
مَنْ تَعَارَّ مِنَ
اللَّيْلِ، فَقَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ
المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الحَمْدُ لِلَّهِ،
وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَلاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ
حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي،
أَوْ دَعَا، اسْتُجِيبَ لَهُ، فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلاَتُهُ
“Barang
siapa yang terbangun di malam hari, lalu ia mengucapkan, “Laailaahaillallahu
wahdahu…sampai walaa haula walaa quwwata illaa billah.” (artinya:
tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu
bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Mahakuasa
atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah, Mahasuci Allah, tidak ada tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Mahabesar, dan tidak ada daya dan
upaya melainkan dengan pertolongan Allah), kemudia ia mengucapkan, “Ya Allah,
ampunilah aku.” Atau ia berdoa, maka akan dikabulkan, dan jika ia berwudhu lalu
shalat, maka shalatnya akan diterima.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, dan
Ibnu Majah)
Bersambung…
Wallahu
a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa
sallam, wal hamdulillahi Rabbil alamin.
Marwan
bin Musa
Maraji’:
Fiqhus Sunnah (Syaikh Sayyid Sabiq), Shahih Fiqhis
Sunnah (Abu Malik Kamal bin As Sayyid), Tamamul Minnah (Syaikh
M. Nashiruddin Al Albani), Al Fiqhul Muyassar fii Dhau’il Kitab wa Sunnah
(Tim Ahli Fiqh, KSA), Mausu’ah Ruwathil Hadits (Markaz Nurul
Islam Li Abhatsil Qur’ani was Sunnah), Maktabah Syamilah versi 3.45,
dll.
0 komentar:
Posting Komentar