بسم
الله الرحمن الرحيم
Antara Bekerja Mengejar Dunia dan Bekerja Mengejar Akhirat
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut
pembahasan tentang hakikat bekerja,
semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamin.
Hakikat
Beramal dan Bekerja
Beramal
atau bekerja memiliki penafsiran yang luas. Istilah ini bisa dipakai untuk
bekerja mengejar akhirat (surga) dan
bekerja mencari dunia.
Bekerja
mengejar akhirat (surga)
Bekerja
mengejar akhirat mencakup semua ketaatan kepada Allah, berbagai bentuk ibadah
kepada-Nya, dan usaha mendekatkan diri kepada-Nya.
Di antara pekerjaan akhirat itu, ada
yang bisa dilakukan oleh hati, ada yang bisa dilakukan oleh lisan, dan ada yang
bisa dilakukan oleh anggota badan. Contoh pekerjaan akhirat yang dilakukan oleh
hati adalah berniat ikhlas, mencintai kebaikan didapatkan orang lain, memiliki
akidah yang benar, dsb. Contoh pekerjaan akhirat yang dilakukan oleh lisan
adalah membaca Al Qur’an, berdzikr, bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam, berkata jujur, dsb. Sedangkan contoh pekerjaan akhirat yang
dilakukan oleh anggota badan adalah berbakti kepada orang tua, membantu orang
lain, menyambung tali silaturrahim, berbuat baik kepada teman dan tetangga,
dsb. Dan ada pula pekerjaan yang dilakukan secara sekaligus oleh hati, lisan
dan anggota badan, yaitu shalat. Oleh karena itulah, shalat adalah ibadah yang
paling utama sebagaimana sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut:
Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku pernah bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amal apa yang paling dicintai Allah?” Beliau
menjawab,
«الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا»
“Shalat
pada waktunya.”
Ibnu
Mas’ud bertanya kembali, “Selanjutnya apa?” Beliau menjawab,
«ثُمَّ بِرُّ الوَالِدَيْنِ»
“Shalat
pada waktunya.”
Ia
bertanya lagi, “Selanjutnya apa?” Beliau menjawab,
«الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ»
“Berjihad
fi sabilillah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Perintah
bekerja mengejar akhirat dan balasannya
Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintah kita melakukan pekerjaan-pekerjaan akhirat dan menjanjikan pahala yang sangat besar
terhadapnya. Dia berfirman,
أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ
عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ
"Sesungguhnya
Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu,
baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah keturunan dari
sebagian yang lain.” (QS. Ali Imran: 195)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ
ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.
An Nahl: 97)
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ
فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا
مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Barang
siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya;
dan barang siapa yang membawa perbuatan buruk, maka dia tidak diberi pembalasan
melainkan seimbang dengan keburukannya, sedang mereka sedikit pun tidak
dianiaya (dirugikan).” (QS. Al An’aam: 160)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ
وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا
فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى
سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ
كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ
عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ
سَيِّئَةً وَاحِدَةً
"Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan
keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut; barang siapa berniat melakukan
kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai
satu kebaikan penuh. Jika dia berniat melakukan kebaikan lalu ia lakukan, maka
Allah akan mencatat di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus
kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Jika dia berniat melakukan
keburukan kemudian dia tidak melakukannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya satu
kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat mengerjakan keburukan kemudian dia
melakukannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan
pekerjaan akhirat
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ
صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا
وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ
Sesungguhnya
Allah Ta'ala berfirman, "Wahai anak Adam! Luangkanlah waktu untuk
beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi kecukupan pada hatimu dan
menutupi kekuranganmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku akan memenuhi
kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutupi kefakiranmu."
(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul
Jami' no. 1914)
Hadits
ini menerangkan keutamaan pekerjaan akhirat, yaitu bahwa Allah menjamin akan
memberikan kecukupan kepadanya dan menutupi kekurangannya. Di samping itu, Dia
akan memasukkannya ke dalam surga yang
luasnya seluas langit dan bumi, dimana orang yang memasukinya akan hidup kekal
selama-lamanya dan tidak akan mati, akan senang selamanya dan tidak akan sedih,
akan sehat selamanya dan tidak akan sakit, akan muda selamanya dan tidak akan
tua, dan akan mendapatkan kenikmatan terus-menerus tanpa usaha dan kerja keras
seperti halnya di dunia, bahkan semua yang diinginkan akan diberikan.
Bekerja
mengejar dunia
Bekerja
untuk dunia mencakup semua jenis pekerjaan yang dapat menghasilkan keuntungan
di dunia, bisa berupa berdagang, bertani, berternak, berburu, menjadi karyawan,
menghasilkan produk dengan keterampilannya, menggembala, dsb.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang pekerjaan dunia yang
utama,
أَطْيَبُ الْكَسْبِ عَمَلُ
الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَ كُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ
“Pekerjaan
yang paling baik adalah usaha yang dilakukan seseorang oleh tangannya sendiri
dan setiap jual beli yang dibenarkan.” (HR. Ahmad, Thabrani, Hakim, dan
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1033)
Bekerja
dan makan dari hasil jerih payah tangannya sendiri adalah sunnah para Nabi
‘alaihimush shalatu was salam. Contohnya Nabi Dawud ‘alaihis salam, Beliau
membuat baju besi dan menjualnya. Demikian pula Nabi Zakariya ‘alaihis salam,
Beliau seorang tukang kayu.
Adapun
maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dan setiap jual beli yang
dibenarkan,” adalah setiap jual beli yang dibolehkan syariat yang di
dalamnya tidak ada penipuan, sikap mengkhianati saudaranya, kezaliman, dan
gharar (ketidakjelasan dan taruhan).
Perintah
Bekerja mencari dunia
Islam
memerintahkan seseorang bekerja untuk mencari karunia Allah, dan melarang
berdiam diri; tidak mau bekerja dan bermalasan-masalan, serta mencela sikap
meminta-meminta. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِذَا قُضِيَتِ
الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ
وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (10)
“Apabila
telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS.
Al Jumu’ah: 10)
هُوَ الَّذِي جَعَلَ
لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ
وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Dialah
yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk: 15)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِىَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ
"Sungguh, jika salah
seorang di antara kamu mengambil talinya, lalu membawa seikat kayu bakar di
atas punggungnya, kemudian dijualnya sehingga Allah menjaga kehormatannya,
lebih baik daripada ia meminta-minta kepada manusia, terkadang mereka memberi
dan terkadang tidak." (HR. Bukhari dan Muslim)
إِنْ قَامَتْ عَلَى
أَحَدِكُمُ الْقِيَامَةُ، وَفِي يَدِهِ فَسِيلَةٌ فَلْيَغْرِسْهَا
“Jika hari
Kiamat akan tiba pada kalian, sedangkan di tangannya ada anak pohon kurma
(untuk ditanam), maka tanamlah.” (HR. Ahmad, Bukhari dalam Al Adab, dan
Abd bin Humaid, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no.
1424)
«مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ»
“Seorang
yang senantiasa meminta-minta kepada manusia akan datang pada hari Kiamat dalam
keadaan di wajahnya tidak ada sepotong daging.” (HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim)
Meskipun kita diperintahkan bekerja mencari
dunia, akan tetapi pekerjaan dunia tidak boleh membuat kita lalai dari bekerja
mengejar akhirat. Allah
Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
وَابْتَغِ فِيمَا
آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
"Dan
carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) di negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al Qashash: 77)
Mereka
yang menyempatkan diri bekerja untuk akhirat, maka akan bahaga di akhiratnya,
sedangkan mereka yang tidak menyempatkan diri bekerja untuk akhirat, maka mereka akan sengsara. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman menjelaskan penyesalan
orang yang tidak menyempatkan diri untuk mengejar akhirat,
حَتَّى إِذَا جَاءَ
أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا
فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ
بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100)
Hingga
apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya
Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)--Agar aku beramal saleh yang telah aku
tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka
dibangkitkan.” (QS. Al Mu’minun: 99-100)
Sebaliknya,
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman memuji mereka yang tidak dibuat lalai oleh
perniagaan dan bisnisnya dari mengejar akhirat dengan beribadah kepada Allah
Azza wa Jalla,
رِجَالٌ لَّا
تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ
وَإِيتَاء الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ
وَالْأَبْصَارُ-لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُم مِّن
فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat.
Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang.-- (Meraka mengerjakan yang demikian itu) agar Allah memberikan balasan
kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan agar Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Allah memberi
rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. An Nuur: 37-38)
Oleh karena itu, ketika azan
dikumandangkan, maka mereka tinggalkan perniagaan dan bisnisnya karena hendak
mencari karunia Allah yang lebih besar di akhirat.
Dan dalam bekerja mencari dunia,
mereka juga tidak menempuhnya dengan cara-cara yang diharamkan. Mereka yakin
akan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ رَوْحَ الْقُدُسِ نَفَثَ
فِي رُوعِيَ أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَجَلَهَا وَتَسْتَوْعِبَ
رِزْقَهَا فَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ وَلَا يَحْمِلَنَّ أَحَدَكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ
أَنْ يَطْلُبَهُ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلَّا بِطَاعَتِهِ
"Sesungguhnya
Ruhul Qudus (Jibril 'alaihis salam) menyampaikan wahyu ke dalam hatiku, yang
isinya, "Bahwa seorang jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan
terpenuhi rezekinya. Oleh karena itu, perbaguslah dalam mencarinya, dan
janganlah salah seorang di antara kamu karena keterlambatan rezeki membuatnya mencarinya
dengan jalan maksiat, karena apa yang ada di sisi Allah tidak dapat dicapai
kecuali dengan ketaatan kepada-Nya." (HR. Abu Nu'aim dalam Al Hilyah, dan
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2085)
Dan mereka yakin firman Allah
Subhaanahu wa Ta’ala yang berbunyi,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.--Dan memberinya rezeki dari
arah yang tidak disangka-sangkanya.”
(QS. Ath Thalaq: 2-3)
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘ala
Nabiyyina Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam, wal hamdulillahi
Rabbil ‘alamin.
Marwan
bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar