بسم
الله الرحمن الرحيم
Syarah Kitab Tauhid (3)
(Hak Allah Yang Wajib Dipenuhi Hamba)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut
ini lanjutan syarah ringkas terhadap Kitab Tauhid karya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, yang
kami rujuk kepada kitab Al Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At Tauhid karya Dr.
Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah, semoga Allah menjadikan penyusunan
risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
**********
وَعَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَى حِمَارٍ فَقَالَ لِيْ: «يَا مُعَاذُ، أَ تَدْرِي مَا حَقَّ اللَّهِ عَلَى
عِبَادِهِ، وَمَا حَقُّ العِبَادِ عَلَى اللَّهِ؟» ، قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ، قَالَ: «حَقُّ اللَّهِ عَلَى العِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ
يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ العِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ
مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا» ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ أُبَشِّرُ
النَّاسَ؟ قَالَ: «لاَ تُبَشِّرْهُمْ، فَيَتَّكِلُوا»
Dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Aku pernah
dibonceng oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas seekor keledai, lalu
Beliau bersabda, “Wahai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah yang wajib dipenuhi
hamba-hamba-Nya, dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah?” Aku
menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Hak Allah
yang wajib dipenuhi para hamba adalah hendaknya mereka menyembah-Nya saja dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan hak para hamba yang pasti dipenuhi
Allah adalah, bahwa Dia tidak akan mengazab orang yang tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun.” Aku pun berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku
menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia.” Beliau bersabda, “Jangan
sampaikan kepada mereka karena akan membuat mereka bersandar (sehingga tidak
mau beramal).” (HR. Bukhari dan Muslim)
**********
Penjelasan:
Hadits di atas dalam Shahih Bukhari no. 2856 dan Shahih
Muslim no. 30. Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Mu’adz menyampaikan
kabar gembira ini menjelang wafatnya dalam keadaan merasa berdosa (HR. Bukhari
no. 128 dan Muslim no. 32).
Menurut Al Wazir Abul Muzhaffar, bahwa Mu’adz tidaklah
menyembunyikan kabar gembira itu kecuali kepada orang yang jahil (tidak mengerti)
yang membuatnya kurang adab sehingga meninggalkan ketaatan. Fathul Majid hal.
28.
Mu’adz bin Jabal bin ‘Amr bin Aus bin Ka’ab bin Amr Al
Khazraji Al Anshari adalah seorang sahabat mulia dan sudah masyhur, serta
termasuk tokoh di kalangan sahabat. Ia seorang
yang dalam ilmunya, mengetahui hukum (fiqh) dan Al Qur’an. Ia hadir dalam
perang Badar dan perang-perang setelahnya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam
pernah mengangkatnya sebagai gubernur penduduk Makkah pada saat Fathu Makkah
untuk mengajarkan kepada mereka agama, kemudian Beliau mengirimnya ke Yaman
menjadi hakim dan pengajar di sana. Ia wafat di Syam tahun 18 H dalam usia 38
tahun.
Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan
tentang wajibnya tauhid atas hamba dan keutamaannya. Beliau menyampaikan
demikian dalam bentuk pertanyaan agar lebih menancap dalam jiwa dan benar-benar
dipahaminya. Saat Beliau shallallahu ‘alahi wa sallam telah menyampaikan
keutamaan tauhid kepada Mu’adz, maka Mu’adz meminta izin untuk memberitahukan
kepada manusia tentang hal itu agar mereka bergembira, namun Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mencegahnya agar manusia tidak bersandar dengannya sehingga
mereka sedikit melakukan amal saleh.
Kesimpulan:
1. Tawadhu (rendah hatinya)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena tidak segan menaiki keledai dan
membonceng orang lain di belakangnya; tidak seperti yang dilakukan oleh
orang-orang yang sombong.
2. Bolehnya membonceng orang
lain ke atas hewan kendaraan jika hewan itu sanggup membawanya.
3. Salah satu model pengajaran
adalah dengan tanya-jawab.
4. Hendaknya seseorang ketika
ditanya sedangkan dirinya tidak mengetahui mengucapkan, “Walahu a’lam”
(artinya: Allah lebih tahu).
5. Mengetahui hak Allah yang
wajib dipenuhi para hamba, yaitu beribadah hanya kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu.
6. Keutamaan tauhid dan
keutamaan orang yang berpegang dengannya.
7. Tafsir tauhid, bahwa
maksudnya adalah beribadah hanya kepada Allah saja dan meninggalkan syirk.
8. Anjuran menyampaikan kabar
gembira kepada seorang muslim.
9. Bolehnya menyembunyikan ilmu
jika ada maslahatnya.
10. Adab murid kepada guru.
**********
BAB KEUTAMAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA MENJADI TERHAPUS
KARENANYA
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ
يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS. Al An’aam: 82)
**********
Penjelasan:
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ketika
turun ayat, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman,” maka kami berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah di antara
kami yang tidak melakukan kezaliman terhadap dirinya?” Beliau menjawab, “Yang
demikian bukanlah seperti yang kalian katakan, tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman, maksudnya dengan kemusyrikan. Tidakkah kalian
mendengar perkataan Lukman kepada anaknya, “Wahai anakku! Janganlah kamu
menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kezaliman yang
besar.” (QS. Luqman: 13) (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam ayat di atas Allah Subhaanahu wa Ta’ala
menjelaskan, bahwa orang-orang yang beriman, yakni dengan hati mereka, mereka
ucapkan dengan lisan mereka, dan mengamalkan dengan anggota badan, terutama
tauhid, lalu mereka tidak mencampurkan tauhid mereka dengan kezaliman, yakni
syirk, maka mereka akan memperoleh keamanan dari hal-hal yang ditakuti dan
mengkhawatirkan pada hari Kiamat, dan mereka akan mendapat petunjuk dalam
meniti hidup di dunia ke jalan yang lurus.
Syirk dikatakan zalim, karena zalim adalah menempatkan
sesuatu bukan pada tempatnya, sedangkan syirk adalah mengarahkan ibadah bukan
kepada yang berhak.
Kesimpulan:
1. Keutamaan tauhid dan buah
yang diperolehnya di dunia dan akhirat.
2. Syirk merupakan kezaliman,
bahkan kezaliman yang paling besar.
3. Syirk membatalkan keimanan
kepada Allah jika besar, atau menguranginya jika kecil.
4. Dosa syirk tidak diampuni.
5. Syirk mengakibatkan kekhawatiran
dan rasa takut di dunia dan akhirat.
**********
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
قَالَ: «مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ،
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ
وَرَسُولُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَالجَنَّةُ
حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ
العَمَلِ»
Dari Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang bersaksi
bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja; tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, Isa adalah hamba
Allah dan utusan-Nya, serta kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam, dan
ruh ciptaan-Nya, demikian pula bersaksi bahwa surga benar-benar ada, dan neraka
benar-benar ada, maka Allah akan memasukkan dia ke surga bagaimana pun amal
yang dikerjakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
**********
Penjelasan:
Ubadah bin Ash Shamit bin Qais Al Anshari Al Khazraji
adalah salah satu pimpinan Anshar. Hadir dalam perang Badar dan sahabat yang
masyhur. Ia wafat pada tahun 72 H.
Maksud ‘bersaksi’ adalah mengetahui kandungan kalimat
yang dia ucapkan dan mengamalkan konsekwensinya baik lahir maupun batin.
Maksud ‘kalimat-Nya yang Dia
sampaikan kepada Maryam’ adalah bahwa Dia menciptkan
Nabi Isa ‘alaihis salam dengan kalimat “kun” (jadilah!) yang Dia sampaikan
melalui malaikat Jibril kepada Maryam, lalu Jibril meniupkan kepada diri Maryam
ruh ciptaan Allah dengan izin-Nya.
Maksud ‘ruh ciptaan-Nya’ adalah bahwa Nabi Isa
‘aaihis salam adalah salah satu ruh di antara ruh-ruh ciptaan Allah Ta’ala
sebagaimana firman-Nya,
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ
“Dan Dia telah menundukkan untukmu
apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya ciptaan-Nya.” (QS. Al Jatsiyah: 13)
Maksud ‘bagaimana pun amal yang
dikerjakannya’ adalah bahwa Allah akan memasukkannya ke surga karena
persaksiannya itu meskipun ia mempunyai dosa-dosa, karena orang yang bertauhid
pasti masuk surga. Atau maksudnya Allah akan memasukkannya ke surga dimana
kedudukannya di surga sesuai amal yang dilakukannya.
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan keutamaan tauhid, bahwa barang siapa yang bersaksi dua
kalimat syahadat, dimana ia mengetahui kandungannya dan mengamalkan
konsekwesinya lahir maupun batin, dan menjauhi sikap ifrath (berlebihan) dan
tafrith (meremehkan) terhadap dua nabi yang mulia, yaitu Nabi Isa dan Nabi
Muhammad ‘alaihimash shalatu was salam, dimana ia mengakui kerasulan
keduanya dan mengakui sebagai hamba-Nya; tidak memiliki sedikit pun sifat
ketuhanan, ia juga meyakini bahwa surga dan neraka ada, maka ia akan masuk
surga meskipun ia melakukan kemaksiatan yang bukan syirk.
Kesimpulan:
1. Keutamaan tauhid dan bahwa
Allah akan menghapuskan dosa-dosa karenanya.
2. Luasnya karunia Allah
Subhaanahu wa Ta’ala.
3. Wajibnya menjauhi sikap ifrath
dan tafrith terhadap para nabi, sehingga sikap kita adalah tidak berlebihan
sampai menuhankan dan tidak meremehkan mereka sehingga perintah dan larangannya
diremehkan.
4. Para pelaku maksiat dari
kalangan Ahli Tauhid tidak kekal di neraka.
5. Akidah Tauhid (Islam) menyelisihi
semua agama yang kufur, seperti Yahudi, Nasrani, Majusi, kaum musyrik, atheis,
dan sebagainya.
Bersambung...
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Mulakhkhash fii
Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih bin Fauzan Al fauzan), Al Maktabatusy Syamilah
versi 3.45,
dll.
0 komentar:
Posting Komentar