بسم
الله الرحمن الرحيم
Syarah Kitab Tauhid (2)
(Wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut
ini lanjutan syarah ringkas terhadap Kitab Tauhid karya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, yang
kami rujuk kepada kitab Al Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At Tauhid karya Dr.
Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah, semoga Allah menjadikan penyusunan
risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
**********
Firman
Allah Ta’ala,
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ
مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ
نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ
مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا
بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (151) وَلَا
تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ
أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا
إِلَّا وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى
وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
(152) وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ (153)
Katakanlah,
"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu,
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap
kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
miskin, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu
mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian yang
diperintahkan kepadamu agar kamu memahami(nya).--Dan janganlah kamu dekati
harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga ia dewasa.
Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan
beban kepada sesorang melainkan sesuai kesanggupannya. Dan apabila kamu
berkata, maka hendaklah kamu Berlaku adil, meskipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
ingat.--Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’aam: 151-153)
**********
Penjelasan:
Dalam ayat
di atas Allah Subhaanahu wa Ta’ala menyuruh Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk menyampaikan kepada orang-orang musyrik yang menyembah selain
Allah, yang mengharamkan rezeki yang Allah karuniakan kepada mereka dan sampai
tega membunuh anak-anak mereka karena takut miskin atau sebagai korban (tumbal)
untuk berhala, dimana mereka melakukan hal tersebut karena anggapan baik mereka
dan karena bujukan setan, bahwa Dia berpesan seperti yang tersebut di bawah
ini:
1.
Jangan berbuat syirk
2.
Berbuat baik kepada kedua
orang tua
3.
Jangan membunuh anak
karena takut miskin, karena Dia menjamin akan memberikan rezeki.
4.
Jangan mendekati perbuatan
keji, baik yang tampak maupun tersembunyi.
5.
Jangan membunuh jiwa yang
diharamkan Allah untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang benar seperti karena
qishas, berzina setelah menikah, atau karena murtad dari Islam.
6.
Tidak mendekati harta anak
yatim kecuali mengelolanya dengan cara yang lebih bermanfaat; yang dapat
menjaga hartanya dan mengembangkannya.
7.
Memenuhi takaran dan
timbangan.
8.
Bersikap dan berkata adil,
meskipun terhadap kerabat.
9.
Memenuhi janji Allah,
yakni dengan mengamalkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta mengamalkan
kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
10. Perintah menjauhi larangan, dimana yang paling besarnya adalah syirk,
dan perintah mengerjakan kewajiban, dimana yang paling besarnya adalah tauhid.
Inilah jalan yang lurus.
Hadits-Hadits Berkaitan Dengan Ayat di Atas
Dari
Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ يُبَايِعُنِي عَلَى هَذِهِ الْآيَاتِ»
“Siapa yang mau membaiatku untuk
mengikuti ayat-ayat ini?”
Selanjutnya Beliau membacakan tiga ayat di atas (QS. Al
An’aam: 151-153)
Beliau juga bersabda,
فَمَنْ وَفَّى فَأَجْرُهُ
عَلَى اللَّهِ، وَمَنِ انْتَقَصَ شَيْئًا أَدْرَكَهُ اللَّهُ بِهَا فِي الدُّنْيَا
كَانَتْ عُقُوبَتَهُ، وَمَنْ أَخَّرَ إِلَى الْآخِرَةِ، كَانَ أَمْرُهُ إِلَى
اللَّهِ، إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ
“Barang siapa yang melaksanakan
baiat itu, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya. Barang siapa yang
melanggar salah satunya, maka Allah akan menghukumnya di dunia sebagai
balasannya, dan jika Dia menunda hukuman di akhirat, maka urusannya terserah
Allah. Jika Dia mau, Dia berhak mengazabnya, dan jika Dia mau, Dia berhak
mengampuninya.”
(HR. Hakim, ia menshahihkannya, dan disepakati oleh Adz
Dzahabi. Asal hadits ini ada dalam Shahih Bukhari no. 8 dan Shahih Muslim
no. 1709, namun tanpa menyebutkan ayat di atas).
Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah kalian kuberitahukan dosa besar
yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Ya wahai Rasulullah.” Beliau
bersabda,
الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ،
وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ
“Yaitu syirk kepada Allah dan
durhaka kepada kedua orang tua.”
Lalu Beliau duduk setelah sebelumnya bersandar, kemudian
Beliau bersabda,
أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ
“Ingat! Demikian pula ucapan dusta (menipu).” (HR.
Bukhari no. 2654 dan Muslim no. 87)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membuat garis kepada kami,
lalu membuat beberapa garis di sebelah kanannya dan sebelah kirinya,
selanjutnya Beliau bersabda,
" هَذَا سَبِيلُ اللهِ "وَ هَذِهِ السُبُلُ عَلَى كُلِّ
سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ "، ثُمَّ قَرَأَ: (وَأَنَّ هَذَا
صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ، فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ) [الأنعام:153]
“Ini adalah jalan Allah, sedangkan
jalan-jalan yang lain ini, pada setiap jalannya ada setan yang menyeru
kepadanya.” Kemudian Beliau membacakan ayat, “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al
An’aam: 153)
(HR. Ahmad dalam Al Musnad
(1/435, 465), Ibnu Hibban dalam Shahihnya (1/105 no. 6 dan 7), Hakim
(2/318), ia berkata, “Hadits ini shahih isnadnya, namun keduanya (Bukhari dan
Muslim) tidak menyebutkannya.” Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah
menyatakan, “Isnadnya hasan karena ada Ashim bin Abin Nujud, sedangkan
rawi-rawi yang lain adalah tsiqah, para perawi Syaikhain.”(
Kesimpulan
1.
Syirk adalah larangan
Allah yang paling besar, dan
bahwa tauhid merupakan kewajiban yang paling besar.
2.
Besarnya hak kedua orang
tua.
3.
Haramnya membunuh jiwa
tanpa alasan yang dibenarkan, apalagi jika yang dibunuh termasuk kerabatnya.
4.
Haramnya memakan harta
anak yatim, dan perintah mengelolanya untuk kemaslahatannya.
5.
Wajibnya bersikap adil
baik dalam perkataan maupun perbuatan, dan meskipun merugikan kerabat.
6.
Wajibnya memenuhi janji.
7.
Wajibnya mengikuti ajaran
Islam dan membuang ajaran selainnya.
8.
Penghalalan dan
pengharaman adalah hak Allah Azza wa Jalla semata.
**********
Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barang siapa yang ingin melihat wasiat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ada pada cincinnya, maka hendaklah
ia baca firman Allah Ta’ala, “Katakanlah, "Marilah kubacakan apa yang
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu…dst.’ Sampai firman-Nya, “Dan bahwa
(yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia…dst.”
(QS. Al An’aam: 151-153)
**********
Penjelasan:
Atsar
di atas diriwayatkan oleh Tirmidzi no. 3080 dan Thabrani dalam Mu’jam Awsath
no. 1208.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu nama lengkapnya Abdullah
bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib Al Hudzalliy, seorang sahabat utama termasuk
orang-orang yang terdahulu masuk Islam, bahkan termasuk ulama di kalangan
sahabat. Ia senantiasa bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan wafat
pada tahun 32 H.
Ibnu Mas’ud menjelaskan, bahwa Nabi shallallau ‘alaihi wa
sallam tidaklah berwasiat kecuali sesuai wasiat Allah Ta’ala. Ibnu Mas’ud
menyatakan demikian disebabkan Ibnu Abbas merasa sedih karena Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menuliskan wasiatnya kepada umatnya, maka Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengingatkan mereka, bahwa mereka telah memiliki Al
Qur’an yang sudah cukup bagi mereka, karena Beliau tidaklah berwasiat kecuali
sesuai wasiat Allah dalam kitab-Nya.
Kesimpulan:
1. Pentingnya sepuluh wasiat
yang disebutkan dalam surat Al An’aam: 151-153.
2. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidaklah berwasiat kecuali sesuai wasiat Allah. Oleh karena
itu, semua wasiat Allah merupakan wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
3. Dalamnya ilmu para sahabat
dan tingginya pemahaman mereka terhadap kitabullah.
Bersambung...
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Mulakhkhash fii
Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih bin Fauzan Al fauzan), Al Maktabatusy Syamilah
versi 3.45,
dll.
0 komentar:
Posting Komentar