بسم الله الرحمن الرحيم
Sunah-Sunah Shalat
(2)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga
terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan pembahasan tentang sunah-sunah
shalat, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamin.
Sunah-Sunah Shalat
3.
Tawajjuh atau membaca doa
istiftah.
Dianjurkan bagi orang yang
shalat membaca salah satu doa yang dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai pembuka shalat setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca surat Al
Fatihah. Berikut ini di antaranya:
(a) Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
bertakbir dalam shalat, Beliau diam sejenak sebelum mebaca surat. Maka aku
berkata, “Wahai Rasulullah, biarkanlah ayah dan ibuku menjadi tebusanmu.
Beritahukanlah kepadaku diammu antara takbir dan membaca (surat Al Fatihah); apa yang engkau ucapkan?” Beliau bersabda, “Aku
membaca,
اللهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ
بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا
يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ
خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ
“Ya
Allah, jauhkanlah antaraku dan antara dosa-dosaku sebagaimana Engkau jauhkan
antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari dosa-dosa sebagaimana
dibersihkan pakaian yang putih dari noda. Ya Allah, cucilah dosa-dosaku dengan
air salju, air biasa, dan air embun.” (HR. Bukhari, Muslim, dan para Pemilik
Kitab Sunan selain Tirmidzi)
(b) Dari Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
berdiri shalat bertakbir lalu membaca,
«وَجَّهْتُ
وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ
رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ
لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ،
وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ،
وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ،
لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ
إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ»
“Aku
hadapkan wajahku kepada Allah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan
sikap yang lurus, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya
shalatku, kurbanku, hidupku, dan matiku adalah untuk Allah Rabbul ‘alamin.
Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku
termasuk orang-orang muslim. Ya Allah, Engkau adalah Raja, tidak ada yang
berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Engkau. Engkau Tuhanku, aku hamba-Mu.
Aku telah menzalimi diriku, dan aku akui dosaku, maka ampunilah semua
dosa-dosaku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain
Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik; tidak ada yang dapat
menunjuki kepadanya selain Engkau. Hindarkanlah aku daripada keburukannya, karena
tidak ada yang dapat menghindarkan daripadanya selain Engkau. Aku sambut panggilan-Mu dengan penuh bahagia. Semua kebaikan di
Tangan-Mu, dan keburukan tidak disandarkan kepada-Mu. Aku memohon
pertolongan-Mu dan menghadap kepada-Mu. Mahasuci dan Mahatinggi Engkau. Aku
meminta ampun dan bertobat kepada-Mu.” (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud,
dan lain-lain)
(c) Dari Umar radhiyallahu
‘anhu, bahwa ia membaca setelah takbiratul ihram,
«سُبْحَانَكَ
اللهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، تَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ
غَيْرُكَ»
“Mahasuci
Engkau ya Allah sambil aku memuji-Mu. Mahasuci nama-Mu, Mahatinggi
keagungan-Mu, dan tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain
Engkau.” (HR. Muslim dengan sanad yang terputus. Daruquthni meriwayatkannya
secara maushul dan mauquf hanya sampai Umar)
Ibnul Qayyim berkata, “Telah
sah dari Umar, bahwa ia membaca doa istiftah dengannya di hadapan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia menjaharkannya, dan mengajarkannya kepada
manusia. Oleh karena itu, doa ini dihukumi marfu’ (sampai kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam), sehingga Imam Ahmad berkata, “Adapun saya, maka
saya nengikuti riwayat dari Umar. Tetapi jika seseorang membaca doa istiftah dengan riwayat yang lain, itu juga bagus.”
(d) Dari Ashim bin Humaid ia
berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Doa apa yang dipakai
istiftah (buka) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di shalat malam?” Ia
menjawab, “Sungguh, engkau telah bertanya tentang sesuatu yang belum pernah
ditanyakan oleh seorang pun sebelummu. Beliau ketika berdiri shalat mengucapkan
takbir sebanyak sepuluh kali (setelah takbiratul ihram), bertahmid sepuluh
kali, bertasbih sepuluh kali, bertahlil (mengucapkan Laailaahaillallah) sepuluh
kali, dan beristighfar sepuluh kali, lalu Beliau mengucapkan,
«اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي»
“Ya
Allah, ampunilah aku, tunjukilah aku, berikanlah aku rezeki, dan jagalah aku.”
Selanjutnya Beliau berlindung
kepada Allah dari tempat yang sempit pada hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i,
dan Ibnu Majah. Al Albani berkata, “Hasan shahih.”)
Dalam Shifat Shalatin Nabi
karya Syaikh Al Albani disebutkan lafaz doa perlindungan Beliau dari tempat yang
sempit pada hari Kiamat, yaitu,
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ
الضِّيْقِ يَوْمَ الْحِسَابِ
“Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tempat yang sempit pada hari
hisab.” (sebanyak sepuluh kali). (Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah)
(e) Abu
Salamah bin Abdurrahman bin Auf berkata, “Aku pernah bertanya kepada Aisyah,
“Dengan bacaan apa Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka shalatnya
ketika bangun malam?” Aisyah menjawab, “Beliau ketika bangun malam membuka
shalatnya dengan bacaan,
«اللَّهُمَّ
رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ
عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا
كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ
بِإِذْنِكَ إِنَّكَ أَنْتَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ»
“Ya Allah
Tuhan malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil, yang menciptakan langit dan bumi,
yang mengetahui sesuatu yang gaib dan nyata. Engkau memutuskan di antara
hamba-hamba-Mu hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukilah aku kepada kebenaran
dalam hal yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjuki
siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” (HR. Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah).
(f) Dari Abu Sa’id Al Khudri
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
bangun malam (melakukan shalat) bertakbir, kemudian membaca,
«سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ
غَيْرَكَ»
“Mahasuci
Engkau ya Allah sambil memuji-Mu. Mahasuci nama-Mu, Mahatinggi keagungan-Mu,
dan tidak ada yang tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Engkau.”
Selanjutnya Beliau membaca Laailaahaillallah
sebanyak tiga kali, membaca Allahu akbar kabira sebanyak tiga kali, dan
membaca,
«أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْخِهِ، وَنَفْثِهِ»
“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk, dari gangguannya,
kesombongannya, dan syairnya.”
Selanjutnya Beliau
membaca surat.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani)
(g) Dari
Ibnu Abbas ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bangun
bertahajjud di malam hari (mengawali dengan) membaca,
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ
فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ،
وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ
الحَقُّ وَوَعْدُكَ الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالجَنَّةُ
حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ،
وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ،
وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا
أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لاَ
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا
بِاللَّهِ
“Ya
Allah, Untuk-Mulah segala puji. Engkau pengurus langit dan bumi beserta segala isinya.
Untuk-Mulah segala puji. Milik-Mu kerajaan langit dan bumi beserta segala
isinya. Untuk-Mulah segala puji, Engkaulah cahaya langit dan bumi beserta
segala isinya. Untuk-Mulah segala puji, Engkaulah Raja langit dan bumi.
Untuk-Mulah segala puji, Engkaulah yang Haq. Janji-Mu benar, pertemuan
dengan-Mu benar, ucapan-Mu benar, surga benar, neraka benar, para nabi adalah
benar, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar, dan hari Kiamat
benar. Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu
aku bertawakkal, kepada-Mu aku kembali, karena-Mu aku bertengkar, kepada-Mu aku
berhukum, maka ampunilah aku baik yang telah aku lakukan maupun yang akan
kulakukan, yang aku sembunyikan maupun yang aku tampakkan. Engkau yang
mengedepankan dan Engkau pula yang mena’khirkan. Tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Engkau, tidak ada sesembahan selain Engkau, dan tidak ada daya
dan upaya melainkan dengan pertolongan-Mu.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Malik)
Dalam Sunan Abi Dawud
disebutkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika bertahajjud membaca doa tersebut setelah mengucapkan Allahu akbar.
(h) Dari Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Saat kami shalat bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba ada orang yang mengucapkan (dalam doa
istiftahnya),
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا،
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Allah
Mahabesar dengan sebenar-benarnya, segala puji bagi Allah dengan
sebanyak-banyaknya, dan Mahasuci Allah di pagi dan petang.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Siapa yang mengucapkan kalimat ini dan itu?” Lalu salah
seorang di antara mereka berkata, “Saya wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda, “Aku sangat kagum terhadapnya, karena
kalimat itu pintu-pintu langit dibuka.” Ibnu Umar berkata, “Aku pun tidak
pernah meninggalkannya sejak kudengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan demikian.”(HR. Musim dan
Abu Awanah)
(i) Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang yang datang lalu masuk ke dalam barisan
shalat dengan nafas yang terengah-engah, kemudian ia membaca doa (istiftah),
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Segala puji
bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik, lagi penuh berkah.”
Setelah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam selesai shalat, Beliau bersabda, “Siapakah di antara kalian
yang mengucapkan kalimat itu?” Orang-orang pun terdiam, lalu Beliau bertanya
kembali, “Siapakah di antara kalian yang mengucapkan kalimat itu? Sesungguhnya
ia tidak salah apa-apa.” Maka salah seorang di antara mereka berkata, “Aku
datang dalam keadaan tergesa-gesa dengan nafas yang terengah-engah, maka aku
ucapkan kalimat itu.” Beliau pun bersabda, “Sungguh, aku melihat dua belas
malaikat berlomba-lomba membawa kalimat itu; siapa di antara mereka yang hendak
mengangkatnya (ke langit).” (HR. Muslim dan Abu Awanah)
(j) Dari Hudzaifah
radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukan shalat malam, lalu Beliau membaca,
اَللهُ أَكْبَرُ (3) ذُو الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ
وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
“Allah
Mahabesar (3x) Pemilik kerajaan, keperkasaan, kebesaran, dan keagungan.” (HR.
Thayalisi dan Abu Dawud dengan sanad yang shahih)
Bersambung...
Wallahu a’lam wa
shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalhihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan
bin Musa
Maraji’: Fiqhus Sunnah (S.
Sabiq), Makbatah Syamilah versi 345, dll.
0 komentar:
Posting Komentar