بسم
الله الرحمن الرحيم
17 Tips Meraih Pahala Besar Pada Hari
Arafah (9 Dzulhijjah)
Segala
puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga
hari Kiamat, amma ba’du:
Hari Arafah termasuk hari-hari utama. Pada hari itu doa dikabulkan,
kesalahan dimaafkan, dan pada hari itu Allah berbangga dengan mereka yang
berada di Arafah di hadapan para malaikat-Nya. Hari Arafah adalah hari yang
dimuliakan Allah dan diistimewakan-Nya di atas hari-hari yang lain. Pada hari
itu pula agama Islam disempurnakan, nikmat dicukupkan. Hari itu adalah hari
pengampunan dosa dan pembebasan dari neraka.
Berikut ini 17 tips meraih pahala
besar pada hari Arafah, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah
ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Keutamaan Hari Arafah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ اللهَ أَخَذَ الْمِيْثَاقَ مِنْ ظَهْرِ آدَمَ
بِنَعْمَانَ يَوْمَ عَرَفَةَ وَ أَخْرَجَ مِنْ صُلْبِهِ كُلَّ ذُرِّيَّةٍ
ذَرَأَهَا، فَنَثَرَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ كَالذَّرِّ، ثُمَّ كَلَّمَهُمْ قِبَلًا
" قَالَ: أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ .
“Sesungguhnya Allah mengambil perjanjian dari
punggung Nabi Adam di Na’man (Arafah) pada hari Arafah, dan mengeluarkan dari
tulang punggung Adam setiap keturunannya yang Dia ciptakan, lalu Dia sebarkan
di hadapan-Nya seperti semut, kemudian Dia berfirman secara langsung, “Bukankah
Aku Tuhanmu?” (HR. Ahmad, Nasa’i, Hakim, dan Baihaqi dalam Al Asmaa’ dari
Ibnu Abbas, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1701)
" إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي مَلَائِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ
عَرَفَةَ، فَيَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي أَتَوْنِي شُعْثًا غُبْرًا "
“Sesungguhnya Allah Ta’ala membanggakan para
pengunjung Arafah di hadapan para malaikat-Nya pada sore hari Arafah, Dia
berfirman, “Lihatlah hamba-hamba-Ku! Mereka datang kepada-Ku dalam keadaan
berambut kusut dan berdebu.” (HR. Ahmad dan Thabrani dalam Al Kabir, dishahihkan
oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1868)
Dari Aisyah radhiyallahu anha, dari Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
" مَا مِنْ
يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ، مِنْ يَوْمِ
عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو، ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمِ الْمَلَائِكَةَ، فَيَقُولُ:
مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ؟ "
“Tidak ada hari yang lebih banyak
Allah membebaskan hamba-Nya dari neraka daripada hari Arafah. Sesungguhnya pada
hari itu Dia mendekat dan membanggakan mereka di hadapan para malaikat-Nya
sambil berkata, “Apa yang mereka inginkan?”
Sebagian Ahli Ilmu menerangkan, bahwa
Allah turun pada sepertiga malam terakhir kecuali pada hari Arafah, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala turun ke langit dunia di siang hari untuk mendengar
rintihan orang yang terzalimi, doa orang yang berhajat, menghilangkan
kesedihan, dan menutupi hati yang menderita. Dahulu kaum salaf menyimpan hajat mereka
untuk mereka panjatkan dalam doa hari Arafah. Salah seorang yang saleh berkata,
“Demi Allah, aku tidaklah berdoa pada hari Arafah dan tidaklah berlalu setahun
melainkan aku melihat pengabulan doa itu seperti tampaknya cahaya Subuh.”
Betapa banyak hajat dan harapan serta
doa yang dikabulkan pada sore hari Arafah (dari bada Ashar sd. Maghrib). Jika
pada bulan Ramadhan, samar bagi kita Lailatul Qadr sehingga kita tidak tahu
kapan pastinya, sedangkan pada bulan Dzulhijjah Allah memberitahukan kita dengan
hari Arafah.
Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي مَلَائِكَتَهُ
عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ، فَيَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي أَتَوْنِي
شُعْثًا غُبْرًا
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
membanggakan orang-orang yang berada di Arafah di hadapan para malaikat-Nya di
sore hari Arafah, Dia berfirman, “Lihatlah hamba-hamba-Ku! Mereka datang
kepada-Ku dalam keadaan berambut kusut dan berdebu.” (Hr. Ahmad dan dishahihkan
oleh Al Albani. Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah berkata, “Isnadnya tidak
mengapa.”)
Dalam Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu, bahwa ada salah seorang
Yahudi yang berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, ada sebuah ayat dalam
kitab kalian (Al Qur’an) yang seandainya turun kepada kami kaum Yahudi tentu
kami jadikan hari itu sebagai hari raya!” Umar bertanya, “Ayat apa itu?” Ia
menjawab, “Ayat:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini Aku sempurnakan untukmu
agamamu, Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Aku ridhai Islam itu menjadi
agama bagimu.”
(Qs. Al Maidah: 3)
Umar berkata, “Kami tahu hari dan
tempat diturunkan ayat itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
yaitu saat Beliau berdiri di Arafah pada hari Jumat.”
17 Tips Meraih Pahala Besar Pada Hari Arafah
1.
Lakukan tidur lebih pagi agar dapat
menjalankan shalat malam dan kuat menjalankan ketaatan kepada Allah Ta’ala pada
pagi harinya.
Abu Barzah Al Aslami radhiyallahu ‘anhu
berkata, ”Beliau (Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam) tidak suka tidur sebelum shalat Isya dan tidak suka
berbincang-bincang setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2.
Sempatkanlah bersimpuh di hadapan-Nya
setelah shalat malam sambil berdoa dan memohon ampunan kepada-Nya.
Yang demikian karena Allah Subhaanahu wa Ta’ala
memuji orang-orang yang melakukan hal tersebut, Dia berfirman,
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ
وَالْمُنفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأَسْحَارِ
“(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar,
yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon
ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ
لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ
يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ،
مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Tuhan kita Tabaaraka wa Ta’ala turun setiap
malam ke langit dunia ketika masih tersisa sepertiga malam yang terakhir, Dia
berfirman, “Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan,
barang siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan berikan, dan barang siapa
yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan ampuni.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
3.
Sebelum Subuh tiba, lakukanlah makan
sahur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ
“Makan sahurlah, karena pada makan sahur itu
ada keberkahan.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah dari
Anas, Nasa’i dari Abu Hurairah dan Ibnu Mas’ud, serta Ahmad dari Abu
Sa’id, Shahihul Jami’ no. 2843)
Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata,
“Bangunkanlah para pelayan kalian makan sahur untuk puasa Arafah.” (Hilyatul
Auliya 4/281)
4.
Melakukan puasa Arafah bagi mereka yang
tidak berada di Arafah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً
وَ مُسْتَقْبِلَةً وَ صَوْمُ عَاشُوْرَاءَ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً
“Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua
tahun; yang lalu dan yang akan datang, sedangkan puasa Asyura (10 Muharram)
menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi)
Jangan lupa bahwa berdoa pada saat berpuasa
adalah mustajab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ : دَعْوَةُ
الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَ دَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Ada tiga doa yang mustajab, yaitu: doa orang
yang berpuasa, doa orang yang teraniaya, dan doa musafir.” (HR. Al ‘Uqailiy dan
Baihaqi dalam Asy syu’ab, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul
Jami’ no. 3030)
5.
Bersiap-siaplah untuk shalat Subuh, jawab
panggilan muazin, dan hadirkan perasaan bahwa dosamu akan berguguran bersamaan
jatuhnya air wudhu, dan jangan lupa membaca doa setelah berwudhu.
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa salam
bersabda,
« إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ فَتَمَضْمَضَ
خَرَجَتِ الْخَطَايَا مِنْ فِيهِ وَإِذَا اسْتَنْثَرَ خَرَجَتِ الْخَطَايَا مِنْ
أَنْفِهِ فَإِذَا غَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَتِ الْخَطَايَا مِنْ وَجْهِهِ حَتَّى
تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَشْفَارِ عَيْنَيْهِ فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَتِ
الْخَطَايَا مِنْ يَدَيْهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِ يَدَيْهِ
فَإِذَا مَسَحَ بِرَأْسِهِ خَرَجَتِ الْخَطَايَا مِنْ رَأْسِهِ حَتَّى تَخْرُجَ
مِنْ أُذُنَيْهِ فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتِ الْخَطَايَا مِنْ رِجْلَيْهِ
حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِ رِجْلَيْهِ - قَالَ - ثُمَّ كَانَ مَشْيُهُ
إِلَى الْمَسْجِدِ وَصَلاَتُهُ نَافِلَةً لَهُ » .
“Apabila seorang hamba berwudhu lalu berkumur-kumur, maka
akan keluar dosa-dosa dari mulutnya. Jika ia menghembuskan air dari hidung,
maka akan keluar dosa-dosa dari hidungnya. Ketika ia membasuh mukanya, maka
akan keluar dosa-dosa dari mukanya sampai keluar dari pinggir kelopak mata.
Ketika ia membasuh kedua tangannya, maka akan keluar dosa-dosanya dari kedua
tangannya sampai keluar dari bawah kuku tangannya. Ketika ia mengusap kepala,
maka akan keluar dosa-dosa dari atas kepalanya sampai keluar dari kedua
telinganya. Ketika ia membasuh kedua kakinya, maka akan keluar dosa-dosanya
dari kedua kakinya sampai keluar dari bawah kuku kakinya. Kemudian dengan
berjalannya menuju masjid dan shalat yang dilakukannya sebagai tambahan
untuknya.” (HR. Malik, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahihul Jami’ no. 449)
6.
Lakukan shalat Subuh, lalu duduk di
tempat shalatmu untuk berdzikr hingga terbit matahari setinggi satu tombak
(kira-kira 15 menit setelah syuruq/terbit matahari).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ
قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barang siapa yang shalat Subuh berjamaah, lalu
duduk berdzikr kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian ia shalat dua
rakaat, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah secara
sempurna, sempurna, dan sempurna.” (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6346)
7.
Mulailah dengan takbiran secara langsung
setelah salam.
Ikrimah berkata tentang firman Allah di surat Al
Baqarah ayat 203, “Dan berdzikirlah kepada Allah pada hari yang telah
ditentukan jumlahnya,” maksudnya bertakbir pada hari-hari tasyriq setelah
shalat fardhu; yaitu mengucapkan Allahu akbar, Allahu akbar.”
Lafaznya,
اَللهُ
اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَاِالهَ اِلَّا اللهُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ
وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
"Allah Mahabesar-Allah Mahabesar, tidak ada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah. Allah Mahabesar, milik-Nyalah segala puji."
Menurut Syaikh Ibnu Utsaimin, takbir ada dua macam,
yaitu: takbir mutlak (kapan saja) dan takbir muqayyad (terikat). Takbir mutlak
dimulai dari awal bulan Dzulhijjah dan dibaca pada setiap waktu, sedangkan
takbir muqayyad dimulai dari Subuh hari Arafah sampai tenggelam matahari akhir
hari tasyriq di samping dibaca pula secara mutlak. Oleh karena itu, jika
seseorang selesai salam dari shalat fardhu, lalu beristighfar 3 kali dan
mengucapkan “Allahumma antsas salam wa minkassalam tabaarakta yaa dzal
jalaali wal Ikram, “ maka ia mulai bertakbir. (Diringkas dari Fatawa Syaikh
Ibnu Utsaimin)
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
berkata, "Adapun takbir muqayyad, maka dimulai dari Subuh hari Arafah
sampai tenggelamnya matahari hari tasyriq yang terakhir di samping tetap
dilakukan takbir mutlak. Oleh karena itu, ketika seseorang selesai shalat
fardhu, beristighfar tiga kali dan mengucapkan 'Allahumma antas Salam wa minkas
salam Tabarakta yaa Dzal Jalali wal ikram', maka ia mulai bertakbir. Namun hal
ini untuk selain jamaah haji. Adapun orang yang
haji, maka ia memulai bertakbir muqayyad dari seusai shalat Zhuhur hari
Nahar (10 Dzulhijjah)." (Majmu Fatawa 13/17)
Imam Bukhari rahimahullah
meriwayatkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu keluar ke
pasar pada sepuluh hari tersebut sambil mengumandangkan takbir, lalu
orang-orang mengikuti takbirnya.
Imam Ahmad pernah ditanya, “Berdasarkan hadits apa anda
berpendapat bahwa takbir diucapkan setelah shalat Subuh hari ‘Arafah sampai
akhir hari tasyriq?” Ia menjawab, “Berdasarkan ijma’; yaitu dari Umar, Ali,
Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhum.”
8.
Jangan lupa membaca dzikr pagi serta
membaca Al Qur’an.
Setelah bertakbir, berdzikr, dan membaca Al
Qur’an, kemudian matahari pun telah terbit setinggi satu tombak, maka
lakukanlah shalat sunah dua rakaat agar engkau memperoleh pahala haji dan
umrah.
9.
Isilah hari-hari dengan dzikir dan doa,
dan yakinlah doamu akan dikabulkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
«ادْعُوا اللَّهَ
وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ
دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ»
“Berdoalah kepada Allah sedangkan kamu yakin
akan dikabulkan. Ketahuilah! Bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati orang
yang lalai lagi lengah.” (HR. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul
Jami’ no. 245)
10.
Jika engkau terpaksa harus tidur, maka
niatkan dalam hatimu untuk bisa melakukan ketaatan lagi kepada Allah Ta’ala,
11.
Lakukan shalat Dhuha, minimal dua rakaat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
« يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ
أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ
وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ
بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ
ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى »
“Pada pagi hari setiap persendian kamu hendaklah
bersedekah; setiap tasbih adalah sedekah. Setiap tahmid adalah sedekah, setiap
tahlil (ucapan Laailaahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah,
amar ma’ruf adalah sedekah, nahi mungkar juga sedekah dan hal itu bisa
terpenuhi oleh dua rak’at yang dikerjakannya di waktu Dhuha.” (HR. Muslim: 1671).
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman dalam hadits
Qudsi,
«ابْنَ آدَمَ
ارْكَعْ لِي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ»
“Wahai anak Adam! Lakukanlah shalat empat rakaat
karena-Ku di awal siang, niscaya Kucukupkan kamu di akhirnya.” (HR. Tirmidzi,
dan dishahihkan oleh Al Albani)
12.
Perbanyaklah mengucapkan, “Laailaaha
illallahu wahdahulaa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli
syai’in qadir.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ،
وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah,
dan sebaik-baik yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah “Laailahaillallahu
wahdahu...dst.” (artinya: tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah
saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan pujian, dan Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu).” (HR. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Al Albani
dalam Shahihul Jami’ no. 3274).
13.
Manfaatkan waktu yang ada dengan berdzikr,
bertakbir, membaca Al Qur’an, dan berdoa. Jangan lupa mendoakan saudaramu kaum
muslimin.
14.
Bacalah dzikr petang ketika engkau berada
di sore hari.
15.
Berdoalah kepada Allah agar Dia tidak
membenamkan matahari kecuali engkau salah seorang di antara mereka yang telah
dibebaskan-Nya dari api neraka.
Atha Al Khurasani berkata, “Jika
engkau mampu menyendiri di sore hari Arafah (untuk bermunajat), maka
lakukanlah.” (Hilyatul Auliya 5/197)
16.
Ketika waktu Maghrib tiba, maka
berbukalah. Awali dengan basmalah, makanlah dan minumlah dengan tangan kanan,
dan awali dengan kurma dalam jumlah ganjil atau jika tidak ada dengan meneguk
air minum.
Ketika berbuka, bacalah doa,
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَ اْبتَلَّتِ اْلعُرُوْقُ وَ ثَبَتَ اْلاَ جْرُ اِنْ شَاءَ اللهُ
“Telah hilang rasa haus, telah basah
tenggorokan dan semoga pahala tetap didapat Insya Allah.”
17.
Mintalah taufiq kepada Allah agar
dimudahkan beramal saleh dan bermohonlah kepada-Nya agar amalanmu diterima.
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa
Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar