بسم الله الرحمن
الرحيم
Kiat Istiqamah di Jalan Allah (2)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin,
shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para
sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan pembahasan
tentang kiat istiqamah di jalan Allah, semoga Allah menjadikan penyusunan
risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
3.
Mempelajari kisah para nabi agar dapat meneladani dan mengikuti jejak mereka
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ
الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ
وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan
semua kisah rasul-rasul yang Kami ceritakan kepadamu adalah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu
kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Huud: 120)
Perhatikan
firman Allah Ta’ala berikut,
فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ
أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ (61) قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ
(62) فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ
كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ (63) وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الْآخَرِينَ (64) وَأَنْجَيْنَا
مُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَجْمَعِينَ (65) ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآخَرِينَ (66) إِنَّ فِي
ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (67) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ
الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (68)
“Maka
setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa,
"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul"--Musa menjawab,
"Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, Dia akan
memberi petunjuk kepadaku."--Lalu Kami wahyukan kepada Musa,
"Pukullah lautan itu dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu
dan setiap belahan seperti gunung yang besar.--Di sanalah Kami dekatkan
golongan yang lain--Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya
semuanya.--Lalu Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.--Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda yang besar (mukjizat), akan
tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.--Dan sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (Qs.
Asy Syu’ara: 61-68)
Demikian
juga coba perhatikan firman Allah Ta’ala mengisahkan tentang para pesihir
Fir’aun yang beriman,
قَالَ آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ
لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ
وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ
أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى (71) قَالُوا لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلَى مَا جَاءَنَا
مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي
هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (72)
Fir'aun
berkata, "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi
izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan
sihir kepadamu. Maka aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang
secara bertimbal balik, dan aku akan menyalibmu pada pangkal pohon kurma dan
sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan
lebih kekal siksanya."--Mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak akan
mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang
kepada Kami dan dari Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang
hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada
kehidupan di dunia ini saja.”
(Qs. Thaahaa: 71-72)
Bukankah
semua kisah itu meneguhkan hati dan pendirian seorang mukmin di hadapan badai
fitnah dan cobaan?!
Belum
lagi kisah orang yang beriman di surat Yasin, orang mukmin dari keluarga
fir’aun di surat Al Mu’min, dan kisah kaum mukmin yang dimasukkan ke dalam
parit yang berisi api yang menyala di surat Al Buruj.
4.
Berdoa meminta kepada Allah Azza wa Jalla keteguhan dari-Nya
Hati
manusia di antara dua jari dari jari-jari Allah, dimana Dia mudah
membalikkannya jika Dia kehendaki. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
«إِنَّ قُلُوبَ بَنِي
آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ، كَقَلْبٍ وَاحِدٍ،
يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ»
“Sesungguhnya
hati anak Adam semuanya di antara dua jari dari jari-jari Allah Ar Rahman
seperti satu hati, Dia mengarahkannya kepada yang Dia kehendaki.”
Oleh
karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdoa,
«اَللَّهُمَّ مُصَرِّفَ
الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ»
“Ya
Allah yang membolak-balikkan hati, arahkanlah hati kami untuk berada di atas
ketaatan kepada-Mu.” (Hr. Ahmad dan Muslim)
Ummu
Salamah pernah berkata, “Doa yang paling sering dipanjatkan Beliau adalah, “Yaa
Muqallibal quluub tsabbit qalbii ‘alaa diinik” (artinya: Wahai Yang
membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu), maka aku berkata, “Wahai Rasullah,
alangkah seringnya engkau berdoa “Yaa Muqallibal quluub tsabbit qalbii ‘alaa diinik”?
Beliau menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ
إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ
وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai
Ummu Salamah, sesungguhnya tidak ada satu pun manusia kecuali hatinya di antara
dua jari di antara jari-jari Allah. Barang siapa yang Dia kehendaki, maka Dia
meluruskannya dan barang siapa yang Dia kehendaki, maka Dia menyimpangkannya.”
(HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’
no. 4801)
Orang-orang
yang diteguhkan hatinya oleh Allah dan dijaga dari fitnah senantiasa bersandar
dan memohon kepada Allah agar terjaga dari fitnah dan kesesatan, dan mereka
tidak bersandar kepada diri mereka. Oleh karenanya, doa mereka sebagaimana
disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 8 adalah,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ
إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
"Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada
Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)."
5. Berdzikir kepada Allah Azza wa
Jalla
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا
لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila
kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama)
Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Qs. Al Anfaal: 45)
Dalam ayat di atas, Allah menjadikan dzikrullah
termasuk faktor terbesar yang membantu seseorang tetap sabar di atas jihad.
Coba perhatikan kisah yusuf alaihis salam
saat ia digoda oleh wanita yang berkedudukan dan cantik, lalu Yusuf berdzikr
mengucapkan ‘Ma’adzallah’ (artinya: Aku berlindung kepada Allah) lihat
Qs. Yusuf ayat 23, maka gelombang syhawat pun reda di hadapan benteng dzikir
yang kokoh.
Demikianlah faidah dari berdzikir kepada
Allah Azza wa Jalla.
6. Berusaha menempuh jalan yang hak
(benar)
Jalan yang hak adalah jalan Ahlussunnah wal
Jamaah, jalan golongan yang selamat; yang akidah dan manhaj(cara beragama)nya
lurus sesuai akidah dan manhaj Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para
sahabatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ
مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ
نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan barang siapa yang menentang Rasul
setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali.” (Qs. An Nisaa’: 115)
Jalan orang-orang mukmin terdepannya adalah
para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, hendaknya seseorang
mempelajari akidah dan manhaj (cara beragama) Rasul shallallahu alaihi wa
sallam dan para sahabatnya radhiyallahu anhum. Silahkan baca akidah dan manhaj
mereka di sini: http://wawasankeislaman.blogspot.co.id/p/aqidah_5.html
7. Menghadiri majlis-majlis ilmu
Di majlis ilmu disampaikan kitabullah dan
sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang merupakan sarana terbesar
untuk istiqamah (lihat Qs. Ali Imran: 101), diingatkan, disadarkan, dan dapat
berkumpul dengan orang-orang saleh yang membantu kita untuk istiqamah.
8. Yakin terhadap jalan yang kita
tempuh (jalan yang lurus; yang terdiri dari ilmu dan amal)
Semakin yakin terhadap jalan yang kita
tempuh, maka keistiqamahan semakin kuat. Agar rasa yakin kita semakin kuat
perhatikanlah hal-hal berikut:
Pertama, jalan
yang kita lalui ini, bukanlah jalan yang baru, bahkan merupakan jalan yang
sudah lama yang ditempuh oleh para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan
orang-orang saleh.
Kedua, orang
yang menempuh jalan itu adalah orang-orang plihan. Sebagaimana Allah telah
memilih para nabi, maka orang-orang saleh mendapat bagian daripadanya, karena
mereka yang mewarisi ilmu dan amal para nabi. Allah Azza wa Jalla berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ
عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى
"Segala puji bagi Allah dan
Kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.” (Qs. An
Naml: 59)
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ
الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada
orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami,” (Qs.
Fathir: 32)
Ketiga, coba
hadirkan perasaan, bagaimana jadinya jika engkau sebagai sebuah batu, hewan,
orang kafir, penyeru kesesatan, dan sebagainya? Maka bersyukurlah atas nikmat
yang besar ini, yakni Allah menjadikanmu sebagai da’i Ahlussunnah yang menyeru
kepada kebaikan.
Bersambung…
Wallahu
a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa
sallam.
Marwan
bin Musa
Maraji: Wasa’iluts Tsabat ala
Dinillah
(Syaikh Muhammad bin Shalih Al Munajjid), Maktabah Syamilah versi 3.35,
dll.
0 komentar:
Posting Komentar