بسم
الله الرحمن الرحيم
Fawaid Riyadhush Shalihin (22)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut Fawaid (Kandungan Hadits)
Riyadhush Shalihin yang banyak kami rujuk dari kitab Syarh
Riyadhush Shalihin karya Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy, kitab
Bahjatun Nazhirin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy, dan lainnya. Hadits-hadits di dalamnya merujuk kepada kitab Riyadhush
Shalihin, akan tetapi kami mengambil matannya dari kitab-kitab
hadits induk. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penyusunan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ
أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ
أَحَدُهُمَا يَأْتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْآخَرُ
يَحْتَرِفُ، فَشَكَا المُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ»
(84) Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia
berkata, “Ada dua orang bersaudara di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam;
yang satunya datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk belajar
agama), sedangkan yang satu lagi bekerja, lalu yang bekerja ini mengeluhkan
tentang saudaranya yang hanya datang belajar kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam (tidak bekerja), maka Beliau bersabda, “Boleh jadi engkau mendapatkan
rezeki karena sebabnya.” (HR. Tirmidzi dengan isnad yang shahih sesuai syarat
Muslim)
Fawaid:
1. Barang siapa yang fokus belajar agama untuk
menjaga syariat Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.
2. Dorongan untuk membantu para Ahli Ilmu dan
para penuntut ilmu syar’i.
3. Sepatutnya seorang penuntut ilmu mempunyai
pekerjaan dan tidak menjadi tanggungan orang lain.
4. Menafkahi penuntut ilmu termasuk kunci
rezeki.
BAB : ISTIQAMAH[i]
Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar
sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (QS. Huud: 112)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ
اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوا وَلا
تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ--نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي
أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ --نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,
"Tuhan kami adalah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan,
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu."--Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta.--Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS.
Fushshilat: 30-32)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ
اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ--أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً
بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,
"Tuhan Kami adalah Allah," kemudian mereka tetap istiqamah, maka
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka
cita.--Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai
balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaaf: 13-14)
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِيِّ،
قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا
أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ: " قُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ،
فَاسْتَقِمْ "
(85) Dari Sufyan bin Abdullah Ats Tsaqafi ia
berkata, “Aku pernah berkata, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku sebuah
perkataan dalam Islam yang tidak saya tanyakan kepada seorang pun setelahmu.”
Beliau bersabda, “Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah.”
(HR. Muslim)
Fawaid:
1. Anjuran bertanya tentang sesuatu yang
menghimpun semua perkara kebaikan.
2. Beriman kepada Allah mencakup beriman kepada
wujud-Nya, Rububiyyah-Nya (keesaan-Nya dalam menguasai dan mengatur alam
semesta), Uluhiyyah-Nya (keesaan-Nya untuk diibadati), nama dan sifat-Nya,
hukum-hukum-Nya, berita yang disampaikan-Nya, kemudian tetap istiqamah di atas
syariat-Nya.
3. Sebagian Ahli Ilmu berkata, “Sumber
istiqamah kembali kepada dua hal, yaitu: benarnya keimanan kepada Allah dan
mengikuti apa yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir maupun
batin.”
4. Bertanya kepada Ahli Ilmu ketika tidak
mengetahui.
5. Iman berupa ucapan dan perbuatan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قَارِبُوا وَسَدِّدُوا، وَاعْلَمُوا
أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ
وَلَا أَنْتَ؟ قَالَ: «وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِرَحْمَةٍ
مِنْهُ وَفَضْلٍ»
(86) Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mendekatlah dan
bersikap luruslah! Ketahuilah, tidak ada seorang pun di antara kalian yang
selamat karena amalnya.” Para sahabat berkata, “Apakah engkau juga wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Demikian pula saya, hanyasaja Allah telah
melimpahkan kepadaku rahmat dan karunia-Nya.” (HR. Muslim)
Maksud “Mendekatlah” adalah bersikap sederhana
tanpa berlebihan dan meremehkan, sedangkan maksud “sikap lurus” adalah
istiqamah.
Para ulama berkata, “Maksud istiqamah adalah
tetap menaati Allah Ta’ala.”
Fawaid:
1. Tidak ada yang dapat memenuhi hak Allah
Ta’ala. Akan tetapi, amal saleh merupakan sebab yang memasukkan seseorang ke
surga sebagaimana firman Allah Ta’ala di surat An Nahl ayat 32, dan seseorang
diberi taufik untuk beramal saleh adalah karena karunia Allah dan rahmat-Nya.
2. Cara meraih kebaikan, yaitu dengan bersikap
istiqamah di atas jalan Allah Ta’ala tanpa bersikap berlebihan dan meremehkan.
3. Seseorang tidak boleh bersikap ujub (bangga
dan tertipu) oleh amalnya, sehingga berjalan di atas sikap raja (berharap)
tanpa ada rasa khauf (takut) dalam dirinya.
4.
Bersikap istiqamah disesuaikan dengan kemampuan.
5. Meminta pertolongan kepada Allah agar dapat
beramal saleh dan tidak bersandar kepada kemampuan diri sendiri.
BAB : MEMIKIRKAN KEAGUANGAN CIPTAAN ALLAH TA’ALA, SEBENTARNYA KEHIDUPAN DUNIA, PERISTIWA DAHSYAT PADA HARI
KIAMAT, SEMUA PERKARA YANG TERKAIT DENGAN KEDUANYA, KETELEDORAN JIWA, BAGAIMANA
MENATANYA, DAN MEMBAWANYA UNTUK TETAP ISTIQAMAH
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا
للهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا
"Sesungguhnya aku hendak memperingatkan
kepadamu satu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)
berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu berfikir.” (QS. Saba’: 46)
إِنَّ في خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآياتٍ لأُولِي الأَلْبَابِ--الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا
خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal,--(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau.” (QS. Ali Imran: 190-191)
أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى الإِبِلِ كَيْفَ
خُلِقَتْ-وَإِلَى السَّمَاءِ
كَيْفَ رُفِعَتْ-وَإِلَى الْجِبَالِ
كَيْفَ نُصِبَتْ-وَإِلَى الأَرْضِ
كَيْفَ سُطِحَتْ-فَذَكِّرْ إِنَّمَا
أَنْتَ مُذَكِّرٌ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta
bagaimana dia diciptakan,--Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?--Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan?--Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?--Maka berilah
peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (QS. Al Ghasyiyah: 17-21)
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأَرْضِ فَيَنْظُرُوا
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan
di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan…dst.” (QS. Muhammad: 10)
Ayat-ayat berkenaan dengan hal ini sangat
banyak, sedangkan dalam hadits sebelumnya sudah disebutkan,
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ
“Orang yang cerdas adalah orang yang dapat
menghisab dirinya.” (Namun hadits ini dhaif sebagaimana disebutkan pada hadits
no. 66)
Penjelasan:
Berfikir dalam bab ini maksudnya hendaknya
seseorang menggunakan akal-fikirannya agar dapat menyimpulkan sesuatu dari yang
dia fikirkan, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan demikian.
Bersambung…
Marwan bin Musa
Maraji': Tathriz Riyadh Ash Shalihin (Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy),
Syarh Riyadh Ash Shalihin (Muhammad bin Shalih Al Utsaimin), Bahjatun Nazhirin (Salim bin ’Ied Al
Hilaliy), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.45, dll.
[i] Istiqamah adalah
seseorang tetap berada di atas syariat Allah Ta’ala sebagaimana yang
diperintah-Nya, tentunya diawali sikap ikhlas sebelumnya (Syarh Riyadhush
Shalihin 1/302).
0 komentar:
Posting Komentar