بسم
الله الرحمن الرحيم
Siapakah Orang-Orang Yang Sukses?
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga
hari Kiamat, amma ba’du:
Sebagian orang
beranggapan bahwa orang yang sukses adalah orang yang memiliki kedudukan tinggi
di tengah masyarakat, seperti sebagai pejabat. Sebagian lagi berpendapat, bahwa
orang yang sukses adalah orang yang berharta banyak, memiliki rumah mewah,
memiliki kendaraan yang banyak, dan lain-lain. Sebagian lagi berpendapat, bahwa
orang yang sukses adalah orang yang telah menyelesaikan S1, S2, S3, atau
berpendidikan tinggi. Sebagian lagi berpendapat, bahwa orang yang sukses adalah
orang yang berhasil menjadi orang besar dan terkenal. Dan sebagian lagi
berpendapat, bahwa orang yang sukses adalah orang yang berhasil mendapatkan apa
yang dicita-citakannya.
Memang orang
yang memperoleh semua itu dan memperoleh apa yang dicita-citakan adalah orang
yang sukses. Akan tetapi kesuksesan itu adalah kesuksesan sementara yang
kemudian akan ditinggalkannya. Adapun kesuksesan yang sesungguhnya adalah
ketika seseorang masuk ke surga dan terhindar dari neraka. Allah Subhaanahu wa
Ta'ala,
فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ
وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ
الْغُرُورِ
"Barang siapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan." (Terj. QS. Ali Imran: 185)
Inilah orang
yang sukses. Hal itu, karena ketika seseorang masuk surga, maka apa yang
diinginkannya ada. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ
الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Dan di dalam surga itu
terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu
kekal di dalamnya." (Terj. QS. Az Zukhruf: 71)
Dan kenimatan-kenikmatan yang ada di dalamnya kekal dan
sempurna, tidak seperti di dunia yang sementara dan penuh keterbatasan. Coba
fikirkan, apakah harta benda, jabatan, dan kedudukan yang ada pada kita akan
kekal selama-lamanya? Dan coba fikirkan, apakah kenikmatan-kenikmatan yang ada
di dunia ini sempurna? Tentu tidak, harta yang ada pada kita akan kita
tinggalkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتْبَعُ المَيِّتَ ثَلاَثَةٌ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ
وَاحِدٌ: يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ
وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Ada tiga yang
akan mengantarkan seorang mayit; yang dua pulang kembali, sedangkan yang satu
akan bersamanya; yang tiga itu adalah keluarganya, hartanya, dan amalnya.
Keluarga dan hartanya akan kembali, dan yang akan tinggal menemaninya adalah amalnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Di samping itu
kenikmatan-kenikmatan yang ada di dunia ini tidak sempurna; ada hidup-ada mati,
ada sehat-ada sakit, ada senang-ada sedih, ada mudah-ada susah, dan ada
muda-ada tua. Hal ini menunjukkan keterbatasan kenikmatan dunia.
Jalan
orang-orang yang sukses
Masuk surga
adalah kesuksesan paling besar, akan tetapi untuk memasukinya seseorang harus
menempuh jalannya. Jalan tersebut telah Allah Subhaanahu wa Ta'ala terangkan
dalam firman-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
(1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2)
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ
هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ
حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ
ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7)
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8)
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9)
أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ
الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)
"Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman,--(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya,--Dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak
berguna,--Dan orang-orang yang menunaikan zakat,--Dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya,--Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki;
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak terceIa.—Barang siapa mencari yang
di balik itu maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.--Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.--Dan
orang-orang yang memelihara shalatnya.--Mereka itulah orang-orang yang akan
mewarisi,--(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di
dalamnya." (Terj. QS. Al Mu'minun: 1-11)
Apa yang
disebutkan dalam ayat di atas adalah jalan orang-orang yang sukses. Oleh karena itu,
hendaknya seorang hamba menimbang dirinya dengan beberapa ayat di atas, di mana
dengannya mereka dapat mengetahui sejauh mana keimanan mereka, bertambah atau
kurang, banyak atau sedikit.
Firman Allah
Ta'ala, "
Sungguh beruntung orang-orang yang
beriman," yakni
sungguh berbahagia, sukses dan berhasil memperoleh apa yang diinginkan.
Firman Allah Ta'ala, "(yaitu) orang yang
khusyu' dalam shalatnya,"
Khusyu’
artinya hadirnya hati dan diamnya anggota badan. khusyu dalam shalat akan
diperoleh bagi orang yang hatinya tertuju kepada shalat, sibuk dengannya serta
mengutamakannya, maka ketika itu shalat akan menjadi istirahatnya dan penyejuk
pandangannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
حُبِّبَ
إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي
الصَّلَاةِ
"Dijadikan
aku suka dari dunia ini adalah wanita dan wewangian, dan dijadikan penyejuk
mataku dalam shalat." (HR. Ahmad dan Nasa'i)
Khusyu’
merupakan ruhnya shalat, semakin besar kekhusyuan seseorang, maka semakin besar
pahalanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ تُسْعُهَا
ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُبْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
"Sesungguhnya
seseorang ketika selesai shalat, maka tidak dicatat (pahalanya) kecuali
sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya,
seperenamnya, seperempatnya, sepertiganya, dan setengahnya." (HR. Ahmad,
Abu Dawud, dan Ibnu Hibban dari Ammar bin Yasir, dan dihasankan oleh Al Albani
dalam Shahihul Jami' no. 1626).
Firman Allah
Ta'ala, "Dan
orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,"
Yang tidak berguna di sini adalah yang tidak ada kebaikan dan
faedahnya. Jika perbuatan yang tidak berguna mereka jauhi, maka perbuatan yang
haram lebih mereka jauhi lagi. Oleh karena itulah, apabila seseorang mampu
mengendalikan anggota badan yang paling ringan digerakkan (lisan), maka sudah
tentu dia dapat mengendalikan anggota badan yang lain, sebagaimana sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal, “Maukah kamu aku
beritahukan penopang semua itu?” Mu’adz berkata, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau
bersabda, “Jagalah ini.” Yakni lisanmu. Nah, orang-orang mukmin, karena sifat
mereka yang terpuji, mereka jaga lisan mereka dari perkataan sia-sia dan
hal-hal yang haram.
Menurut Ibnu Katsir, laghw (perkara sia-sia atau tidak
berguna) adalah kebatilan, termasuk ke dalamnya syirk dan kemaksiatan, serta
perkataan dan perbuatan yang tidak ada faedahnya sebagaimana firman Allah
Ta'ala, "Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja)
dengan menjaga kehormatan dirinya." (Terj. QS. Al Furqan: 72)
Firman Allah
Ta'ala, "Dan
orang yang menunaikan zakat," Yakni mereka berbuat ihsan dalam beribadah
kepada Allah, yaitu dengan berbuat khusyu’ dalam shalat dan berbuat ihsan
kepada manusia dengan membayar zakat. Termasuk
zakat pula
adalah membersihkan jiwa dari noda syirk dan kekufuran.
Firman Allah,
"Dan
orang yang memelihara kemaluannya," Yakni
dari
yang haram, seperti zina, homoseksual, dsb. Menjaga kemaluan dapat menjadi
sempurna ketika seseorang menjauhi semua yang dapat mendorong kepada zina,
seperti memandang wanita, menyentuhnya, berduaan dengannya dsb.
Kemudian Allah mengecualikan kepada istri-istri mereka
atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak terceIa
dalam hal ini.
Firman Allah
Ta'ala, "Tetapi
barang siapa mencari di balik itu," yakni selain
istri dan budak, "maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas,"
Firman Allah
Ta'ala, "Dan
(sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat," yakni baik amanah yang di
dalamnya terdapat hak Allah maupun yang di dalamnya terdapat hak manusia. Apa
yang Allah wajibkan kepada hamba merupakan amanah, sehingga seorang hamba wajib
melaksanakannya, seperti shalat lima waktu, zakat, puasa di bulan Ramadhan,
dsb. Sedangkan amanah yang di sana terdapat hak manusia adalah apa yang
dipercayakan atau dibebankan mereka kepada kita, seperti menjaga harta yang
mereka titipkan, melaksanakan tugas yang dibebankan, dsb.
Firman Allah
Ta'ala, "dan
(memelihara) janjinya," yakni baik janji antara mereka dengan Allah,
maupun janji antara mereka dengan sesamanya.
Firman Allah
Ta'ala, "Serta
orang yang memelihara shalatnya," Yakni memelihara shalat pada
waktunya.
Ibnu Mas'ud pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, "Amal apa yang
paling dicintai Allah Ta’ala?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Ia
bertanya lagi, “Lalu apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.”
Ia bertanya lagi, “Selanjutnya apa?” Beliau menjawab, “Berjihad fii
sabiilillah.” (HR. Bukhari-Muslim)
Di
samping itu, mereka pelihara pula syarat dan rukunnya, yang wajibnya dan
melakukan adab-adabnya. Qatadah berkata, "Yakni mereka memelihara
waktunya, (memelihara pula) rukunya dan sujudnya."
Allah
memuji mereka karena shalat mereka yang khusyu’ dan karena mereka menjaganya. Dengan
begitu shalat mereka menjadi sempurna, karena tidak mungkin shalat seseorang
sempurna, jika selalu memeliharanya namun tidak khusyu’, atau khusyu’ dalam
shalatnya namun tidak memelihara(waktu)nya.
Dalam
beberapa ayat di atas, Allah menyebutkan sifat terpuji orang mukmin, dimana Dia
mengawalinya dengan shalat dan mengakhirinya dengan shalat pula. Hal ini
menunjukkan keutamaan shalat yang begitu besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda,
وَاعْلَمُوا
أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلَاةَ، وَلَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا
مُؤْمِنٌ
"Ketahuilah,
bahwa amal kalian yang paling baik adalah shalat, dan tidak ada yang menjaga
wudhu selain orang mukmin." (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al
Albani)
Oleh karena itulah, mengapa dalam azan, ajakan kepada
shalat disudahi dengan "Hayya 'alal falah," (marilah menuju kepada keberuntungan). Hal itu, karena
dengan seseorang mendatangi shalat sesungguhnya ia mendatangi keberuntungan dan
kesuksesan. Seakan-akan kalimat azan itu mengatakan, "Jika kalian
menginginkan keberuntungan dan kesuksesan, maka datangilah shalat."
Menurut Mujahid, tentang firman Allah Ta'ala, "Mereka
itulah orang yang akan mewarisi," (Terj. QS. Al Mu'minun: 10), bahwa
kaum mukmin akan mewarisi tempat-tempat orang-orang kafir (di surga), karena
mereka diciptakan untuk beribadah kepada Allah Ta'ala saja tidak ada sekutu
bagi-Nya. Ketika kaum mukmin menjalankan kewajiban ibadah itu, sedangkan mereka
(kaum kafir) meninggalkannya, maka kaum mukmin mengambil bagian orang-orang
kafir itu.
Ya
Allah, masukkanlah kami ke surga dan jauhkanlah kami dari neraka. Ya Allah,
masukkanlah kami ke surga dan jauhkanlah kami dari neraka. Ya Allah,
masukkanlah kami ke surga dan jauhkanlah kami dari neraka.
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar