بسم
الله الرحمن الرحيم
Khutbah
Jum'at
Macam-Macam
Shalat Sunah
Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I
Khutbah I
إنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ
اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ
اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا --يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فقَدْ فَازَ فوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ
اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاثُهَا وَكُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Ma'asyiral
muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Pertama-tama kita panjatkan puja dan puji syukur kepada
Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kepada kita berbagai nikmat,
terutama nikmat Islam, nikmat iman, nikmat hidayah, nikmat taufiq, nikmat sehat
wal afiyat dan nikmat-nikmat lainnya yang sama-sama kita rasakan yang semuanya
patut untuk kita syukuri.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikuti Sunnahnya hingga hari Kiamat.
Khatib berwasiat baik kepada diri khatib sendiri maupun
kepada para jamaah sekalian; marilah kita tingkatkan terus takwa kita kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Takwa dalam arti melaksanakan perintah-perintah
Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, karena orang-orang yang bertakwalah
yang akan memperoleh kebahagiaan di dunia di di akhirat.
Ma'asyiral
muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Sesungguhnya Allah mewajibkan dalam sehari-semalam
shalat lima waktu yang merupakan tiang agama, di samping sebagai pemisah
antara seseorang dengan kekufuran. Selain shalat lima waktu ada pula
shalat-shalat lainnya yang disyariatkan sebagai tambahan dan penutup
kekurangan, hukumnya sunah. Shalat inilah yang disebut dengan nama shalat
tathawwu’ (sunah).
Dalam
sebuah hadits disebutkan, bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam tentang (kewajiban) dalam Islam? Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,
« خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ
وَاللَّيْلَةِ » .
“Shalat
Orang itu bertanya, “Apakah ada kewajiban
lagi selain itu?”
Beliau menjawab, “Tidak, kecuali jika engkau
ingin melakukan yang tathawwu’ (sunah)…dst.” (Hr. Bukhari)
Ma'asyiral muslimin sidang shalat
Jum'at rahimakumullah
Shalat sunah memiliki banyak keutamaan,
diantaranya seperti yang disabdakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ
النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ: يَقُوْلُ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ لِمَلاَئِكَتِهِ
وَهُوَ أَعْلَمُ: اُنْظُرُوا فِي صَلاَةِ عَبْدِيْ أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ
كَانْ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئاً قَالَ: انْظُرُوْا هَلْ لِعَبْدِيْ مِنْ تَطَوُّعٍ، فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ: أَتِمُّوْا
لِعَبْدِيْ فَرِيْضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ اْلأَعْمَالُ عَلَى ذَلِكُمْ
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali
dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Allah Azza wa Jalla akan berfirman
kepada para malaikat-Nya sedangkan Dia lebih mengetahui, “Lihatlah shalat
hamba-Ku, apakah dia menyempurnakannya atau menguranginya?” jika ternyata
sempurna, maka dicatat sempurna. Namun jika kurang, Allah berfirman, “Lihatlah!
Apakah hamba-Ku memiliki shalat sunah?” Jika ternyata ada, Allah berfirman,
“Sempurnakanlah shalat fardhu hamba-Ku dengan shalat sunahnya,” lalu diambil
amalannya seperti itu.” (Hr. Empat Imam Ahli hadits dan dishahihkan oleh Al
Albani)
Keutamaan lainnya adalah membuat masuk surga
dan memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah Azza wa Jalla.
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya
yang sampai kepada Ma’dan bin Abu Thalhah Al Ya’mari ia berkata, “Aku pernah
bertemu Tsauban maula (budak yang dimerdekakan) Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam lalu aku berkata, “Beritahukanlah kepadaku amalan yang dengannya
Allah akan memasukkanku ke surga!” atau aku berkata, “Beritahukanlah kepadaku
amalan yang paling dicintai Allah!” Lalu ia diam, kemudian aku bertanya lagi
hingga tiga kali, maka ia berkata, “Aku pernah bertanya demikian kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda,
«عَلَيْكَ
بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ، فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً، إِلَّا
رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً»
“Hendaknya engkau banyak bersujud kepada
Allah. Hal itu, karena tidaklah engkau bersujud sekali saja melainkan Allah
akan mengangkat derajatmu dengan sujud itu dan menggugurkan sebuah kesalahan
dengannya.”
Ma'asyiral muslimin sidang shalat
Jum'at rahimakumullah
Jika kita melihat kitab-kitab hadits,
maka kita akan mengetahui beberapa macam shalat sunah yang diajarkan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam seperti yang khatib sebutkan di sini:
1.
Shalat
sunah rawatib
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلَّهِ
كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ
بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَوْ إِلاَّ بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى
الْجَنَّةِ »
“Tidak ada seorang muslim yang melakukan
shalat karena Allah dalam setiap harinya sebanyak 12 rakaat; yakni shalat sunat
yang bukan fardhu, kecuali Allah akan membangunkan untuknya istana di surga
atau akan dibangunkan untuknya rumah (istana) di surga.” (HR. Muslim)
Yaitu 4 rakaat sebelum Zhuhur dan 2 rakaat
setelahnya, 2 rakaat setelah Maghrib, 2 rakaat setelah Isya dan 2 rakaat
sebelum shalat Shubuh sehingga jumlahnya 12. Seseorang juga bisa melakukan dua
rakaat sebelum shalat Zhuhur.
2.
Shalat malam
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
« أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ
شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ
اللَّيْلِ » .
“Puasa yang paling utama
setelah puasa Ramadhan adalah bulan Allah Muharram (yakni tanggal sepuluh
dengan sembilannya), dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah
shalat malam.” (Hr. Muslim)
3.
Shalat Dhuha
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
« يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ
تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ
وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ
الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ
الضُّحَى » .
“Pada pagi hari setiap
persendian kamu harus bersedekah; setiap tasbih adalah sedekah. Setiap tahmid
adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan Laailaahaillallah) adalah sedekah, setiap
takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi mungkar juga sedekah
dan hal itu bisa terpenuhi oleh dua rakaat yang dikerjakannya di waktu Dhuha.”
(Hr. Muslim)
Jumlah shalat Dhuha bisa 2 rakaat,
4 rakaat, 6 rakaat, 8 rakaat maupun 12 rakaat.
4.
Shalat dua rakaat setelah wudhu’
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا
ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ ، غَفَرَ اللَّهُ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »
“Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian shalat
dua rakaat dengan khusyu’ melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang
telah lalu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
5.
Shalat tahiyyatul masjid
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ
الْمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ
“Apabila salah seorang
di antara kamu masuk ke masjid, maka janganlah duduk sampai ia shalat dua
rak’at.” (HR. Bukhari)
6.
Shalat antara azan dan iqamat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ
صَلاَةٌ بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ ثُمَّ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ
شَاءَ
“Antara dua azan (azan
dan iqamat) ada shalat, antara dua azan ada shalat,” pada ketiga kalinya Beliau
mengatakan, “Bagi siapa saja yang mau.” (HR. Bukhari)
7.
Shalat tobat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْباً ثُمَّ يَقُوْمُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّي
ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ
“Tidak ada seseorang yang
melakukan suatu dosa, kemudian ia berdiri dan berwudhu, lalu shalat. Setelah
itu, ia meminta ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuninya.”
Kemudian Beliau membacakan
8.
Shalat Qabliyyah Jum’at
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
« مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ
فَصَلَّى مَا قُدِّرَ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ خُطْبَتِهِ ثُمَّ
يُصَلِّىَ مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى
وَفَضْلَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ » .
“Barang siapa yang mandi
kemudian menghadiri shalat Jum’at, sebelumnya ia shalat semampunya, lalu ia
diam sampai khatib menyelesaikan khutbahnya, kemudian ia shalat bersamanya,
maka akan diampuni dosa-dosanya antara Jumat yang satu ke Jumat berikutnya
dengan ditambah tiga hari.” (Hr. Muslim)
Namun perlu diketahui, bahwa shalat
ini tidak dilakukan setelah azan dikumandangkan, tetapi sebelumnya sampai
khatib datang.
9.
Shalat Ba’diyyah Jum’at
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
« إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ
فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعًا »
“Apabila salah seorang
di antara kamu shalat Jumat, maka kerjakanlah setelahnya empat rakaat.” (Hr.
Muslim)
Bisa juga ia kerjakan hanya dua
rakaat karena Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam pernah melakukannya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ
اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَرَ أَوْ أَرَادَ شُكُوْرًا،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، فَمَا أَعْظَمَهُ
رَباًّ وَمَلِكًا قَدِيْرًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الَّذِي أَرْسَلَهُ إِلَى جَمِيْعِ الثَّقَلَيْنِ بَشِيْراً وَنَذِيْرًا وَدَاعِيًا
إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى محمد وَعلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:
Ma'asyiral muslimin sidang shalat
Jum'at rahimakumullah
Termasuk
shalat sunnah yang dicontohkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah:
10.
Shalat
sunah di masjid sepulang safar
Ka’ab bin Malik mengatakan: Beliau –yakni
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam- apabila pulang dari safar, memulai
datang ke masjid, lalu shalat dua rakaat, kemudian duduk menghadap
orang-orang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
11.
Shalat
Istikharah (meminta pilihan)
Rasulullah
shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah
seorang di antara kamu ingin melakukan suatu perbuatan, maka lakukanlah shalat
dua rakaat bukan di shalat fardhu. Setelah itu ucapkanlah:
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ
فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ
وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا
الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ
عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي
فِيهِ وَإِنْ ُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي
وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ
فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ
ثُمَّ أَرْضِنِي
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan kepada-Mu, meminta
upaya dengan kekuasaan-Mu. Aku meminta kepada-Mu di antara karunia-Mu yang
besar. Engkau kuasa, aku tidak kuasa, Engkau Mengetahu aku tidak mengetahui.
Engkau Maha Mengetahui yang ghaib. Ya Allah, jika hal ini (ia sebutkan
pilihannya) baik untukku, agamaku, duniaku dan akibatnya, cepat atau lambat,
maka takdirkanlah buatku dan mudahkanlah dia, kemudian berikanlah keberkahan
kepadanya. Namun, apabila hal itu buruk buatku baik untuk agamaku, duniaku dan
akibatnya, cepat atau lambat, maka hindarkanlah dia dariku dan hindarkanlah aku
darinya, takdirkanlah untukku yang baik di manapun aku berada, lalu ridhailah
aku.” (Hr. Bukhari)
Jika melihat kandungan doa istikharah di atas, menunjukkan bahwa
seseorang melakukan shalat istikharah ini ketika telah memilih suatu perbuatan,
ketika itulah disyariatkan shalat istikharah, kemudian ia melanjutkan perbuatan
yang dipilihnya itu baik hatinya tentram maupun tidak.
12.
Shalat
gerhana
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
اَلشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اَللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ
أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ, فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا, فَادْعُوا اَللَّهَ
وَصَلُّوا, حَتَّى تَنْكَشِفَ
“Sesungguhnya matahari
dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidaklah
terjadi gerhana karena kematian seseorang dan tidak juga karena hidupnya.
Apabila kamu melihatnya berdoalah kepada Allah dan lakukanlah shalat sampai
hilang.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Jumlahnya dua rakaat, dilakukan secara berjamaaah. Masing-masing
rakaat dua kali ruku’ dan dua kali berdiri (pada setiap berdiri membaca Al
Fatihah dan surat).
Setelah melakukan shalat imam
disunnahkan untuk berkhutbah, menasehati orang-orang, mendorong mereka untuk
beristighfar dan beramal saleh.
13.
Shalat isyraq
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ،
ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ، ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ، تَامَّةً تَامَّةً تَامَّةً
"
“Barang siapa shalat Subuh berjamaah,
lalu duduk berdzikr mengingat Allah sampai matahari terbit. Setelah itu ia
shalat dua rakaat, maka ia akan mendapatkan pahala seperti satu kali hajji dan
umrah secara sempurna, sempurna dan sempurna.” (Hr. Tirmidzi)
Shalat ini dikerjakan pada waktu
dhuha di bagian awalnya, yaitu ketika matahari terbit setinggi satu tombak
(jarak antara terbit matahari/syuruq dengan setinggi satu tombak kira-kira ¼
jam).
Ma'asyiral muslimin sidang shalat
Jum'at rahimakumullah
Perlu kita ketahui, bahwa:
-
Shalat
sunah lebih utama di rumah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ المَرْءِ فِي
بَيْتِهِ إِلَّا المَكْتُوبَةَ
“Sebaik-baik shalat
adalah di rumahnya, kecuali shalat fardhu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
-
Shalat
sunah boleh sambil duduk meskipun ia mampu berdiri. Rasulullah shallalllahu
'alaihi wa sallam pernah bersabda,
إِنْ صَلَّى قَائِماً فَهُوَ
أَفْضَلُ، وَمَنْ صَلَّى قَاعِداً فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ اْلقَائِمِ
“Jika seseorang shalat
sambil berdiri, maka itu lebih utama. Barang siapa yang shalat sambil duduk,
maka ia akan mendapatkan separuh pahala orang yang shalat sambil berdiri.” (Hr.
Bukhari)
Demikian juga dibolehkan “shalat
sunah” di atas kendaraan, ketika takbiratul ihram ia menghadapkan kendaraan ke
kiblat. Setelah itu, terserah kendaraannya menghadap ke mana saja.
Demikian juga ada beberapa shalat sunah yang dikerjakan
saudara-saudara kita namun tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam seperti shalat Futuhul quluub, shalat lihurmati Rasuulillah, shalat
Nishfu Sya’ban, shalat Raghaa’ib, shalat Kifayah, Shalat ru’yatin Nabi, dsb.
Kita
meminta kepada Allah agar Dia selalu membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya
dan memberikan kita taufiq untuk dapat menempuhnya, aamin.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى
آلِ
مُحَمَّدٍ
كَمَا
صَلَّيْتَ
عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى
آلِ
إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ
حَمِيْدُ
مَجِيْدٌ،
اَللَّهُمَّ بَارِكْ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
وعَلَى
آلِ
مُحَمَّدٍ
كَمَا
بَارَكْتَ
عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى
آلِ
إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ
حَمِيْدُ
مَجِيْدٌ
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ
رَّحِيمٌ
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
عِبَادَ اللهِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ
ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ
عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
0 komentar:
Posting Komentar