بسم
الله الرحمن الرحيم
Belajar Mudah Ilmu Tauhid (8)
(Kajian Tentang Mahabbah, Khauf, Raja’, Tawakkal, dan Doa)
Segala
puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat,
amma ba'du:
Berikut ini pembahasan tentang mahabbah, khauf, raja’, tawakkal, dan doa yang
kami terjemahkan dari kitab At Tauhid Al Muyassar karya Syaikh Abdullah
bin Ahmad Al Huwail; semoga Allah menjadikan risalah ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamiin.
Kajian
Tentang Mahabbah
Macam-macam
mahabbah (rasa cinta)
Mahabbah terbagi menjadi empat
macam:
Pertama, sebagai ibadah. Yaitu ketika
seseorang cinta kepada Allah dan mencintai segala yang dicintai Allah. Dalilnya
adalah firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ آمَنُواْ
أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ
“Adapun orang-orang yang beriman
sangat cintanya kepada Allah.”
(Terj. QS. Al Baqarah: 165)
Kedua, sebagai bentuk kemusyrikan. Yaitu
ketika mencintai selain Allah disertai penghinaan diri dan sikap ta’zhim
(pengagungan) terhadap sesuatu yang dicintai itu, padahal sesuatu itu tidak
layak disikapi demikian kecuali kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah
Ta’ala,
وَمِنَ النَّاسِ مَن
يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ
“Dan di antara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.” (Terj. QS. Al Baqarah: 165)
Ketiga, sebagai bentuk kemaksiatan. Yaitu
ketika seseorang mencintai kemaksiatan, bid’ah, dan segala yang diharamkan.
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ
يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا
تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin
agar (berita) perbuatan yang sangat keji itu tersiar di kalangan orang-orang
yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Terj. QS. An Nuur: 19)
Keempat, rasa cinta yang sifatnya tabi’at
(menjadi pembawaan setiap manusia). Misalnya seseorang mencintai anak, istri,
diri sendiri, dan sebagainya. Ini semua boleh. Dalilnya adalah firman Allah
Ta’ala,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ
الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ
الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ
ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Terj. QS. Ali Imran: 14)
Kajian Tentang Khauf (Rasa takut)
Ta’rif (definisi) khauf
Khauf (rasa takut) adalah sikap yang
timbul karena kekhawatiran terhadap sesuatu yang membinasakan, sesuatu yang
berbahaya, atau sesuatu yang mengganggunya.
Macam-Macam Khauf
Pertama, sebagai syirk akbar (besar). Yaitu
ketika seseorang takut terhadap hal yang sir (tersembunyi), misalnya takut
kepada selain Allah terhadap hal-hal yang tidak sanggup dilakukan kecuali
oleh-Nya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّمَا ذَلِكُمُ
الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءهُ فَلاَ تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم
مُّؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain
hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Terj. QS. Ali Imran: 175)
Kedua, sebagai perkara yang diharamkan.
Yaitu ketika rasa takut itu membuatnya meninggalkan kewajiban dan mengerjakan
perkara haram karena takut kepada manusia. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
فَلاَ تَخْشَوُاْ النَّاسَ
وَاخْشَوْنِ
“Karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.” (Terj. QS. Al Maa’idah: 44)
Ketiga, sebagai sesuatu yang dibolehkan.
Yaitu rasa takut yang tabi’i (sebagai pembawaan pada diri manusia), seperti
takut kepada singa, musuh, penguasa yang zalim, dsb. Dalilnya adalah firman
Allah Ta’ala,
فَأَصْبَحَ فِي
الْمَدِينَةِ خَائِفاً يَتَرَقَّبُ
“Karena itu, jadilah Musa di kota
itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya),” (Terj. QS. Al Qashash: 18)
Keempat, sebagai bentuk ibadah. Yaitu rasa
takut kepada Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dalilnya adalah firman
Allah Ta’ala,
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ
رَبِّهِ جَنَّتَانِ
“Dan bagi orang yang takut akan saat
menghadap Tuhannya ada dua surga.”
(Terj. QS. Ar Rahmaan: 46)
Macam-macam takut kepada Allah
Takut kepada Allah ada dua macam:
Pertama, yang terpuji. Yaitu rasa takut
yang menghalangi seseorang dari berbuat maksiat kepada Allah, membuatnya
mengerjakan kewajiban dan membuatnya meninggalkan larangan.
Kedua, yang tidak terpuji. Yaitu rasa
takut yang membuat seseorang berputus asa dari rahmat Allah.
Kajian Tentang Rajaa’ (Berharap)
Ta’rif Rajaa’
Rajaa’ maksudnya berharap dan
menanti sesuatu yang diinginkan.
Macam-macam Rajaa’
Rajaa’ ada tiga macam, yaitu:
Pertama, rajaa’ yang menjadi ibadah. Yaitu
berharap kepada Allah Ta’ala saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal ini
terbagi dua:
1. Rajaa’ yang
terpuji, yaitu rasa
harap yang disertai amal dan sikap taat kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Rajaa’ yang
tercela, yaitu rasa
harap tanpa amal. Ini hanyalah angan-angan dan sikap tertipu.
Kedua, rajaa’ yang menjadi syirk. Yaitu
berharap kepada selain Allah terhadap sesuatu yang tidak dimiliki selain
oleh-Nya.
Ketiga, rajaa’ yang tabi’i (menjadi pembawaan
pada diri manusia). Yaitu ketika engkau berharap sesuatu dari seseorang yang
memilikinya dan mampu melakukannya, misalnya perkataan engkau, “Aku berharap
kedatanganmu.”
Dalil tentang Rajaa’
Allah Ta’ala berfirman,
فَمَن كَانَ يَرْجُو
لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ
أَحَداً
“Barang siapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Terj. QS. Al Kahfi: 110)
Kajian Tentang Tawakkal
Ta’rif (definisi) tawakkal
Tawakkal secara bahasa artinya
menyerahkan diri dan bersandar. Sedangkan secara istilah, tawakkal adalah
bersandar dan bergantungnya hati kepada Allah saja.
Tawakkal yang syar’i
Tawakkal yang syar’i adalah tawakkal
yang memadukan tiga perkara:
1. Bersandarnya
hati kepada Allah secara jujur dan sesungguhnya.
2. Yakin kepada
Allah, dan bahwa segala urusan ada di Tangan-Nya.
3. Melakukan sebab
yang dizinkan untuk dilakukan.
Macam-macam tawakkal
Tawakkal terbagi tiga:
Pertama, tawakkal yang menjadi ibadah.
Yaitu tawakkal hanya kepada Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kedua, tawakkal yang merupakan bentuk
kemusyrikan. Misalnya bersandar kepada selain Allah terhadap perkara-perkara
yang hanya bisa dilakukan oleh Allah. Termasuk pula bersandar secara mutlak
atau sebagiannya kepada sebab.
Ketiga, tawkil (mengangkat sebagai wakil),
yakni engkau mengangkat seseorang untuk melakukan suatu tugas menggantikan
dirimu terhadap hal-hal yang bisa dilakukan olehnya. Hal ini hukumnya boleh.
Perbedaan antara tawakkal dengan
tawkil
Tawakkal adalah amalan hati dan tersembunyi,
sedangkan tawkil adalah amalan zhahir (tampak).
Dalil tentang tawakkal
Allah Ta’ala berfirman,
وَعَلَى اللّهِ
فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah hendaknya
kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Terj. QS. Al Ma’idah: 23)
Kajian Tentang Doa
Doa adalah ibadah
Doa merupakan bagian ibadah yang
terpenting. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
«الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ»
“Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi)
Demikian juga berdasarkan firman
Allah Ta’ala,
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ
لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu
adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya
di samping (menyembah) Allah.”
(Terj. QS. Al Jin: 18)
Pembagian doa
Doa terbagi dua:
Pertama, doa dalam arti ibadah. Maksudnya
adalah semua amal ibadah yang dilakukan manusia kepada Tuhannya. Contoh:
shalat, haji, sedekah, dan puasa.
Sebab disebut ‘doa’ adalah
karena di dalamnya terdapat bentuk permintaan, seakan-akan seseorang yang
sedang melakukan ibadah itu meminta kepada Allah rahmat-Nya dan agar dia
dimasukkan ke dalam surga-Nya.
Kedua, doa dalam arti meminta (du’a
mas’alah). Maksudnya adalah doa yang di dalamnya terdapat permohonan dan
permintaan. Contohnya adalah ucapan, “Ya Allah, rahmatilah aku. Ya Allah,
ampunilah aku.”
Tentang berdoa kepada selain Allah
Oleh karena doa adalah ibadah, maka
orang yang mengarahkannya kepada selain Allah adalah orang yang telah berbuat
kemusyrikan dan kekafiran. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ
إِلَهاً آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ
إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Dan barang siapa menyembah tuhan
yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang
itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya
orang-orang yang kafir itu tidak akan beruntung.” (Terj. QS. Al Mu’minun: 117)
Wallahu
a’lam, wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa
sallam.
Diterjemahkan dari
kitab At Tauhid Al Muyassar oleh Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar