بسم
الله الرحمن الرحيم
Fiqh
Shalat Istisqa' (Meminta Hujan kepada Allah) Bag. 4
Segala
puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga
hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut
ini merupakan lanjutan pembahasan tentang shalat istisqa' dan hal-hal yang
berkaitan dengannya, semoga Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Adab-adab khusus ketika hujan turun
a. Merasa takut kepada Allah.
'Aisyah pernah bertanya
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللهِ أَرَى النَّاسَ، إِذَا رَأَوْا
الْغَيْمَ فَرِحُوا، رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ، وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ
عَرَفْتُ فِي وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةَ؟ قَالَتْ: فَقَالَ: " يَا عَائِشَةُ مَا
يُؤَمِّنُنِي أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ، قَدْ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ، وَقَدْ
رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ، فَقَالُوا: {هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا} [الأحقاف: 24]
"
"Wahai
Rasulullah, aku melihat orang-orang apabila melihat mendung, mereka merasa
senang dengan harapan akan turun hujan, namun aku lihat engkau, apabila melihat
mendung tampak di wajahmu rasa khawatir?" Beliau menjawab, "Wahai
'Aisyah, apa yang bisa membuatku aman apabila ternyata azab, bukankah ada kaum
yang diazab dengan angin (kencang), mereka melihat azab namun malah mengatakan
"Ini adalah awan yang akan menghujani kita.". (HR. Muslim)
b. Ia harus tahu bahwa tidak ada yang mengetahui kapan
turunnya hujan kecuali Allah.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " مَفَاتِيحُ الغَيْبِ خَمْسٌ،
لاَ يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ: لاَ يَعْلَمُ مَا تَغِيضُ الأَرْحَامُ إِلَّا اللَّهُ،
وَلاَ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللَّهُ، وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِي المَطَرُ
أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ، وَلاَ تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِلَّا اللَّهُ،
وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا اللَّهُ
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, "Kunci-kunci yang gaib itu
ada lima, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah, yaitu tidak ada yang
mengetahui kandungan rahim yang kurang sempurna kecuali Allah, tidak ada yang
mengetahui esok hari selain, tidak ada yang mengetahui kapan turunnya hujan
kecuali Allah, tidak ada yang mengetahui
di bumi bagian mana ia akan mati, dan tidak ada yang mengetahui kapan
terjadi Kiamat kecuali Allah." (HR. Bukhari)
c. Apabila mendengar guruh ia tinggalkan bicaranya dan
mengucapkan,
سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ،
وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
"Mahasuci
Allah, yang guruh bertasbih dengan memuji-Nya, demikian juga malaikat-Nya
karena takut kepada-Nya."
Dari Abdullah bin Az Zubair radhiyallahu 'anhu
secara mauquf, bahwa ia apabila mendengar guruh meninggalkan pembicaraannya dan
berkata, "Subhaanalladzii…dst (lihat doa di atas)," selanjutnya, ia
berkata, "Sesungguhnya ancaman bagi penghuni bumi ini begitu keras."
(HR. Malik, Bukhari dalam Al Adab, dan dishahihkan isnadnya oleh Imam Nawawi
dan Syaikh Al Albani dalam ta'liqnya terhadap Al Kalimuth Thayyib (156) dan
Shahih Al Adabil Mufrad hal. 268)
d. Tentang hujan, kilat dan halilintar.
Syaikhul Islam berkata, "Dan materi yang hujan
terbentuk darinya adalah angin yang di udara, dan terkadang dari uap air yang
naik dari bumi. Inilah yang disebutkan oleh ulama kaum muslimin, dan para filosof
juga sepakat terhadapnya." (Majmu' Fatawa 24/262 dan Miftah Daris Sa'adah
oleh Ibnul Qayyim 2/35-37).
Syaikh Abdul 'Aziz bin Baaz berkata, "Para
ulama menyebutkan bahwa uap air laut terkadang berkumpul hingga terbentuk
menjadi air di awan dengan perintah Allah subhaanah, terkadang Allah ciptakan
air di udara lalu menghujani orang-orang dengan perintah Allah subhaanah. Dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, sebagaimana firman Allah subhaanahu wa
ta'aala,
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا
أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Sesungguhnya
urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya,
"Jadilah!" Maka terjadilah ia." (QS. Yaasiin : 82)
Allah Jalla wa 'Alaa lebih mengetahui tentang hal
yang bermaslahat bagi hamba-hambaNya, terkadang berkumpulnya air ini dengan izin
Allah dari laut, kemudian Allah menjadikan rasanya tawar setelahnya di tanah
terbuka. Allah pindahkan dari asin ke tawar, Dia juga arahkan air di awan ke
tempat yang dikehendaki-Nya -Mahasuci Dia dan Mahatinggi- ke tempat yang
membutuhkan air hujan sebagaimana yang dikehendaki-Nya Jalla wa 'Alaa."
Selesai, wal hamdulillahi Rabbil 'aalamiin.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihi wa
shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Subulus Salam (Imam Ash Shan'ani), Nailul
Awthar (Imam Syaukani), Shalatul Istisqa' (DR. Sa'id Al Qahthani), Bughyatul
Mutathawwi' (DR. M. Bin Umar Bazmul), Al Fiqhul Muyassar dll.
1 komentar:
jazakumullah ustad artikelnya sangat bermanfaat. ahmed rofik
Posting Komentar