بسم الله الرحمن الرحيم
Khutbah
Jum'at
Keistimewaan
Islam
Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I
Khutbah I
إنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ
اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ
اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا --يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فقَدْ فَازَ فوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ
اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاثُهَا وَكُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Ma'asyiral
muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Pertama-tama kita panjatkan puja dan puji syukur kepada
Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kepada kita berbagai nikmat,
terutama nikmat Islam, nikmat iman, nikmat hidayah, nikmat taufiq, nikmat sehat
wal afiyat dan nikmat-nikmat lainnya yang sama-sama kita rasakan yang semuanya
patut untuk kita syukuri.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikuti Sunnahnya hingga hari Kiamat.
Khatib berwasiat baik kepada diri khatib sendiri maupun
kepada para jamaah sekalian; marilah kita tingkatkan terus takwa kita kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Takwa dalam arti melaksanakan perintah-perintah
Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, karena orang-orang yang bertakwalah
yang akan memperoleh kebahagiaan di dunia di di akhirat.
Ma'asyiral
muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Sebagai
seorang muslim, hendaknya kita bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla karena
menjadikan kita sebagai seorang muslim, karena hanya dengan Islam dan
mengamalkannya kita akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat; di
dunia dengan mendapatkan petunjuk dan tidak tersesat, sedangkan di akhirat dengan
masuk ke dalam surga, dimana orang-orang non muslim di akhirat berkali-kali
berangan-angan sebagai seorang muslim sewaktu di dunia, Allah Azza wa Jalla
berfirman,
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ
كَانُوا مُسْلِمِينَ
“Orang-orang
yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka
dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (Qs. Al Hijr: 2)
Kita
juga hendaknya bangga dengan Islam, karena hanya Islam satu-satunya agama yang
diridhai Allah Azza wa Jalla dan diterima-Nya, sebagaimana firman-Nya,
وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Dan
Aku ridhai Islam itu sebagai agama bagimu.” (Qs. Al Maidah: 3)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا
فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah diterima (agama itu) dari padanya, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Qs. Ali Imran: 85)
Mengapa hanya Islam agama yang
diridhai Allah Azza wa Jalla? Jawabnya: karena dalam Islam Allah diesakan dan
yang satu-satunya disembah, sedangkan di luar Islam Allah Subhanahu wa Taala
disekutukan, sedangkan Dia tidak ridha disekutukan.
Agama Islam juga memiliki banyak
kelebihan dan keistimewaan, di antaranya:
1. Islam adalah agama yang lengkap
Allah Subhaanahu wa
Ta'aala juga berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku
sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. “ (Qs. Al Ma’idah: 3)
Dengan turunnya ayat
ini, maka menjadi lengkaplah agama Islam sehingga tidak butuh lagi kepada
penambahan. Imam Malik rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang berbuat
bid’ah dalam Islam yang dipandangnya baik, maka sesungguhnya ia telah menyangka
bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengkhinati risalahnya,
karena Allah berfirman, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu
agamamu”, oleh karenanya sesuatu yang pada waktu itu tidak termasuk agama,
sekarang pun sama tidak termasuk agama.”
Di antara bukti lengkapnya Islam adalah Islam sampai mengatur
masalah buang air. Salman radhiyallahu 'anhu pernah ditanya,
قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صلى الله عليه وسلم كُلَّ شَىْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ . قَالَ فَقَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
.
“(Apakah) Nabi kalian shallallahu 'alaihi wa sallam
mengajarkan semuanya sampai masalah buang air?” Salman menjawab, “Ya, Beliau
melarang kami buang air besar maupun kecil menghadap kiblat, beristinja’
(cebok) dengan tangan kanan, beristinja’ dengan batu yang kurang dari tiga dan
beristinja’ menggunakan tahi binatang maupun dengan tulang.” (HR. Muslim)
2. Risalah Islam diperuntukkan untuk semua manusia
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
«
وَالَّذِى نَفْسُ {مُحَمَّدٍ} بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ »
.
“Demi Allah yang nyawa Muhammad di Tangan-Nya, tidak ada seorang
pun yang mendengar tentang diriku dari umat ini; baik orang Yahudi maupun
Nasrani, lalu ia meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada yang kubawa
(yakni agama Islam) kecuali ia pasti termasuk penghuni neraka.” (Hr. Muslim)
3. Islam adalah agama para nabi
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ، وَالأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى ، وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ.
"Saya adalah manusia
paling dekat dengan Isa putera Maryam di dunia dan akhirat. Para nabi itu saudara
sebapak, namun ibu mereka berlainan (yakni pokoknya sama yaitu tauhid,
sedangkan syariatnya berbeda-beda), agama mereka sama." (HR. Bukhari)
Hal itu, karena Islam jika
dimaknakan secara umum adalah beribadah hanya kepada Allah Ta’ala dan
menjauhi sesembahan selain Allah sesuai syari’at rasul yang diutus. Oleh
karena itulah, agama para nabi adalah Islam. Orang-orang yang mengikuti rasul
di zaman rasul tersebut diutus adalah orang Islam (muslim). Orang-orang Yahudi
adalah muslim di zaman Nabi Musa ‘alaihis salaam diutus dan orang-orang Nasrani
adalah muslim di zaman Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam diutus, adapun setelah
diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang muslim adalah
orang yang mengikuti (memeluk) agama Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sedangkan yang tidak mau memeluk agama Beliau adalah orang-orang kafir. Lihat juga penjelasan sejarawan Yahudi, bahwa agama para
nabi adalah Islam di sini: https://youtu.be/m6Q9P4Fz53o
4. Agama
Islam penuh dengan maslahat dan cocok di setiap zaman, di setiap tempat dan
setiap umat.
Yakni orang yang
berpegang dengan agama Islam pasti berada di atas kebaikan dan kemajuan. Hal
itu, karena memang Islam tidak menghalangi kemajuan bahkan mendorong untuk maju;
mendorong mereka berfikir, bekerja dan berusaha. Sebaliknya, Islam mencela
orang yang tidak menggunakan akalnya, bersikap taqlid (mengekor) serta malas
bekerja dan berusaha. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِىَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ
"Sungguh,
jika salah seorang di antara kamu mengambil talinya, lalu membawa seikat kayu
bakar di atas punggungnya, kemudian dijualnya sehingga Allah menjaga
kehormatannya, lebih baik daripada ia meminta-minta kepada manusia, terkadang
mereka memberi dan terkadang tidak." (Hr. Bukhari dan Muslim)
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ مَنَّ
بِظَاهِرِ النِّعَمِ وَبَاطِنِهَا، وَفُرُوْعِهَا وَأُصُوْلِهَا، فَأَعْطَى النُّفُوْسَ
مِنْ
سَوِابِغِ نَعْمَائِهِ، غَايَةِ مَنِيَّتِهَا وَمُنْتَهَى
سُوْلِهَا، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الَّذِي تَفَرَّدَ بِإِيْصَالِ الْخَيْرَاتِ
وَالْمَسَارِّ، وَدَفْعِ الْعُقُوْبَاتِ وَالْمَكْرُوْهَاتِ وَالْمَضَارِّ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُصْطَفَى الْمُخْتَارُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْأَخْيَارِ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِإِحْسَانٍ، بِالْأَقْوَالِ وَالْأَفْعَالِ وَالْإِقْرَارِ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:
Ma'asyiral muslimin sidang shalat
Jum'at rahimakumullah
Di
antara kelebihan dan keistimewaan agama Islam lainnya adalah:
5. Islam adalah agama yang mudah
Di dalam Agama Islam,
tidak ada sesuatu yang menyulitkan manusia baik dalam masalah keyakinan maupun
dalam masalah amalan, semuanya mudah diyakini dan diamalkan. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
“Sesungguhnya agama (Islam) mudah, tidak
ada seorang pun yang
hendak menyusahkan agama (Islam) kecuali ia akan kalah.” (Hr. Bukhari)
Contoh mudah dicernanya akidah Islam
adalah di surah Al Ikhlas yang sama-sama kita hafal, dimana kita bisa menjawab
dengan surah tersebut orang-orang yang bertanya tentang konsep ketuhanan dalam
Islam.
Demikian pula di antara prinsip Islam adalah 'adamul
haraj (meniadakan kesulitan). Oleh karena itu, Islam meringankan hukum-hukum untuk
memudahkan manusia dengan beberapa cara, di antaranya:
- Pengguguran
kewajiban dalam keadaan tertentu, misalnya tidak wajibnya melakukan ibadah
hajji jika perjalanan tidak aman.
- Pengurangan
kadar dari yang telah ditentukan, seperti mengqashar shalat bagi orang yang
sedang melakukan perjalanan.
- Penukaran
kewajiban yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, kewajiban wudhu' dan mandi
diganti dengan tayammum.
- Mendahulukan,
yaitu mengerjakan sesuatu sebelum waktu yang telah ditentukan secara umum
(asal), seperti jama' taqdim, melaksanakan shalat 'Ashar di waktu Zhuhur.
- Menangguhkan,
yaitu mengerjakan sesuatu setelah lewat waktu asalnya, seperti jama' ta'khir,
misalnya melaksanakan shalat Zhuhur di waktu 'Ashar.
- Perubahan,
yaitu bentuk perbuatan berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi, seperti dalam
shalat khauf (ketika perang). Allah Ta'ala berfirman,
فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا أَوْ رُكْبَانًا
فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَمَا عَلَّمَكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا
تَعْلَمُونَ
"Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya),
maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. kemudian apabila kamu telah
aman, maka ingatlah Allah (shalatlah) sebagaimana Dia mengajarkan kepadamu
apa-apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (Qs. Al Baqarah: 239)
Demikian juga ketika sakit yang membuat
seseorang tidak sanggup berdiri, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
«صَلِّ
قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى
جَنْبٍ
“Shalatlah sambil berdiri. Jika tidak
sanggup, maka sambil duduk. Jika tidak sanggup, maka sambil berbaring.” (Hr. Bukhari)
6. Islam
datang untuk membersihkan manusia luar dan dalam.
Contoh membersihkan
bagian luar manusia adalah dengan diperintahkannya bersuci dari hadats (yakni
dengan wudhu’, mandi atau tayammum) dan membersihkan diri dari najis baik yang
menimpa badan, pakaian, maupun tempat. Sedangkan contoh membersihkan bagian dalam
adalah dengan diperintahkannya bertobat dari segala macam dosa dan maksiat yang
menodai batin seseorang. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ
وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Qs. Al Baqarah: 222)
7. Islam memerintahkan berakhlak mulia dan
melarang berakhlak tercela
Diperintahkannya oleh
Islam berbakti kepada orang tua dan dilarang mendurhakainya. Diperintahkannya
berbuat baik kepada tetangga dan dilarang menyakitinya. Diperintahkannya
berkata jujur dan dilarang berdusta, diperintahkannya menepati janji dan
dilarang mengingkarinya, diperintahkannya menyambung tali silaturrahmi dan
dilarang memutuskannya serta diperintahnya bersikap adil dan dilarang berbuat
zhalim. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Qs. An
Nahl: 90)
8. Islam dan pembawanya datang sebagai rahmat bagi alam
semesta
Allah Subhaanahu wa
Ta'aala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ
“Dan Tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Qs. Al Anbiya’: 107)
Tidak hanya bagi manusia, bahkan hewan pun memperoleh rahmat Islam. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اِرْحَمُوْا مَنْ فِى اْلأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
"Sayangilah makhluk
yang ada di bumi, niscaya yang berada di atas langit (Allah) akan
menyayangimu." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Hakim, dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami' no. 3522)
9. Islam tidak hanya memperbaiki hubungan manusia dengan
sesama, tetapi memperbaiki hubungan manusia dengan Allah Tuhannya dan dengan
dirinya sendiri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, iringilah
perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik akan menghapusnya
dan bergaullah dengan manusia memakai akhlak yang baik.” (Hasan shahih, Hr.
Tirmidzi)
Dari hadits ini dapat diketahui bahwa:
10. Islam datang untuk mengeluarkan manusia dari
kegelapan kepada cahaya
Rib’iy bin ‘Amir,
salah seorang dari generasi salaf pernah ditanya oleh Rustum raja Persia,
“Siapa yang mengirim anda?” Ia menjawab:
اَلله ُانْبَعَثَنَا وَ اللهُ جَاءَ بِنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ اِلَى عِبَادَةِ اللهِ وَمِنْ ضِيْقِ الدُّنْيَا اِلَى سَعَتِهَا وَمِنْ جُوْرِ الْأَدْيَانِ اِلَى عَدْلِ اْلِإسْلاَمِ فَأَرْسَلَنَا بِدِيْنِهِ اِلىَ خَلْقِهِ لِنَدْعُوَهُمْ اِلَيْهِ
“Allah yang mengirim dan membawa kami agar Dia membebaskan siapa
saja yang dikehendaki-Nya dari penyembahan kepada manusia menuju penyembahan
kepada Allah, dari sempitnya dunia menuju kelapangannya dan dari kezaliman
berbagai agama menuju keadilan Islam. Dia mengutus kami membawa agama-Nya
kepada makhluk-Nya agar kami mengajak mereka kepadanya.”
Oleh karena itu,
Islam datang untuk mengeluarkan manusia dari gelapnya kekafiran menuju cahaya
iman, gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu dan dari gelapnya maksiat menuju
cahaya taat.
11. Islam
juga sebagai agama yang wasath (pertengahan) antara melewati batas dan
meremehkan
Contohnya dalam masalah ekonomi, Islam pertengahan antara kapitalisme
yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara tanpa melihat
halal dan haramnya, dengan komunisme yang tidak menghormati harta orang
lain, tidak peduli meskipun untuk mendapatkannya harus menekan dan menzalimi
manusia. Islam berada di tengah-tengah dalam berekonomi; Islam datang untuk
menjaga harta dan mencarinya dengan cara-cara yang benar, jauh dari kezaliman,
penipuan, gharar dan riba.
12. Islam adalah agama yang sesuai fitrah manusia
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ
اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
"Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui." (Qs. Ar Ruum: 30)
Oleh karena itu, hanya agama Islam yang cocok bagi manusia, sedangkan agama
selain Islam tidak cocok bagi mereka ibarat peci yang kecil namun dipaksakan di
kepala.
13. Prinsip tasyri' (ajaran) Islam adalah menegakkan
maslahat, menjunjung nilai-nilai keadilan, tidak menyulitkan, sedikit tuntutan,
lebih memperhatikan kepentingan bersama daripada kepentingan perorangan dan
tadarruj/bertahap dalam tasyri' (menetapkan undang-undang/aturan)
Semua prinsip ini ada
dalam hukum Islam, namun karena keterbatasan risalah sehingga kami tidak dapat berpanjang
lebar.
Demikianlah
yang bisa khatib sampaikan, semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang
diridhai-Nya dan memberikan kita taufiq untuk dapat menempuhnya, aamin.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى
آلِ
مُحَمَّدٍ
كَمَا
صَلَّيْتَ
عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى
آلِ
إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ
حَمِيْدُ
مَجِيْدٌ،
اَللَّهُمَّ بَارِكْ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى
آلِ
مُحَمَّدٍ
كَمَا
بَارَكْتَ
عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى
آلِ
إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ
حَمِيْدُ
مَجِيْدٌ
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ
رَّحِيمٌ
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ
إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ
إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ ، اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزكِّهَا
أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ . أَقِمِ الصَّلاَةَ!
0 komentar:
Posting Komentar