بسم
الله الرحمن الرحيم
Syarah Kitab Tauhid (5)
(Memurnikan Tauhid Dengan
Semurni-Murninya Akan Memasukkan Seseorang ke Surga Tanpa Hisab dan Azab)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut
ini lanjutan syarah ringkas terhadap Kitab Tauhid karya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, yang
kami rujuk kepada kitab Al Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At Tauhid karya Dr.
Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah, semoga Allah menjadikan penyusunan
risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
**********
عَنْ حُصَيْنِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، قَالَ: كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، فَقَالَ: أَيُّكُمْ
رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ؟ قُلْتُ: أَنَا، ثُمَّ قُلْتُ:
أَمَا إِنِّي لَمْ أَكُنْ فِي صَلَاةٍ، وَلَكِنِّي لُدِغْتُ، قَالَ: فَمَاذَا صَنَعْتَ؟
قُلْتُ: اسْتَرْقَيْتُ، قَالَ: فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ؟ قُلْتُ: حَدِيثٌ
حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِيُّ فَقَالَ: وَمَا حَدَّثَكُمُ الشَّعْبِيُّ؟ قُلْتُ:
حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ الْأَسْلَمِيِّ، أَنَّهُ قَالَ: لَا
رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ، أَوْ حُمَةٍ، فَقَالَ: قَدْ أَحْسَنَ مَنِ انْتَهَى
إِلَى مَا سَمِعَ، وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ، فَرَأَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ، وَالنَّبِيَّ
وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ، وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ، إِذْ
رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي، فَقِيلَ لِي: هَذَا
مُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَوْمُهُ، وَلَكِنْ انْظُرْ إِلَى
الْأُفُقِ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي: انْظُرْ إِلَى
الْأُفُقِ الْآخَرِ، فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي: هَذِهِ أُمَّتُكَ
وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا
عَذَابٍ "، ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ
الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ، فَقَالَ
بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي
الْإِسْلَامِ وَلَمْ يُشْرِكُوا بِاللهِ، وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَخَرَجَ
عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «مَا الَّذِي
تَخُوضُونَ فِيهِ؟» فَأَخْبَرُوهُ، فَقَالَ: «هُمُ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ،وَلاَ
يَكْتُوُوْنَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ» ، فَقَامَ
عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ، فَقَالَ: " ادْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي
مِنْهُمْ، فَقَالَ: «أَنْتَ مِنْهُمْ؟» ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ آخَرُ، فَقَالَ: ادْعُ
اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ، فَقَالَ: «سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ»
Dari Hushain bin Abdurrahman ia berkata, “Aku pernah
berada di dekat Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Siapakah di antara kalian yang
melihat bintang jatuh semalam?” Aku menjawab, “Saya.” Lalu aku berkata,
“Sesungguhnya aku (ketika itu) tidak sedang dalam shalat (malam), akan tetapi
aku terkena sengatan (kalajengking).” Ia bertanya, “Lalu apa yang kamu
lakukan?” Aku menjawab, “Aku meminta ruqyah.” Ia bertanya lagi, “Apa yang
mendorongmu melakukan hal itu?” Aku
menjawab, “Yaitu sebuah hadits yang disampaikan Asy Sya’biy kepada kami.” Ia
bertanya, “Apa yang disampaikan Asy Sya’biy kepada kamu?” Aku menjawab, “Dia
menuturkan kepada kami hadits dari Buraidah bin Hushaib Al Aslamiy, bahwa ia
berkata, “Tidak dibenarkan melakukan ruqyah kecuali karena ‘ain (musibah yang
ditimpakan oleh mata orang yang dengki) atau terkena sengatan.” Sa’id pun
berkata, “Sungguh sangat baik sekali orang yang mengamalkan apa yang didengarnya.
Akan tetapi Ibnu Abbas menuturkan kepada kami hadits dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Telah diperlihatkan kepadaku (pada saat Isra’ Mi’raj) beberapa umat. Ketika itu
aku lihat seorang Nabi dengan pengikutnya yang hanya sekelompok orang. Ada pula
Nabi dengan pengikutnya yang hanya seorang dan dua orang, dan ada pula Nabi
yang tidak memiliki pengikut. Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sejumlah besar
manusia. Aku mengira bahwa mereka adalah umatku, lalu dikatakan kepadaku, “Ini
adalah Musa alaihis salam dan umatnya. Tetapi lihatlah ke ufuk langit.” Maka kulihat
sejumlah besar manusia, dan dikatakan lagi, “Lihatlah ke ufuk langit yang
lain.” Maka kulihat pula sejumlah besar manusia, lalu dikatakan kepadaku, “Ini
adalah umatmu. Di tengah-tengah mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk
surga tanpa hisab dan tanpa azab.” Selanjutnya Beliau masuk ke rumah, lalu
orang-orang membicarakan mereka yang masuk surga tanpa hisab dan azab. Sebagian di antara mereka
berkata, “Mungkin saja mereka adalah orang-orang yang menjadi sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Yang lain berkata, “Mungkin mereka
adalah orang-orang yang lahir di atas Islam dan tidak berbuat syirk kepada
Allah.” Ada pula yang berpendapat lain. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam keluar menemui mereka dan bertanya, “Apa yang sedang kalian bicarakan?”
Para sahabat pun memberitahukan pembicaraan mereka. Maka Beliau bersabda, “Mereka
adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta diobati luka mereka dengan besi panas, tidak tathayyur
(merasa sial karena melihat burung, binatang
lainnya, atau apa saja), dan bertawakkal kepada Rabb mereka.” Lalu
Ukkasyah bin Mihshan bangun dan
berkata, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku termasuk di antara
mereka.” Beliau bersabda, “Engkau termasuk mereka.” Lalu yang lain berdiri dan
berkata pula, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku termasuk di antara
mereka,” maka Beliau bersabda, “Engkau telah didahului oleh Ukkasyah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
**********
Hushain
bin Abdurrahman As Sulamiy termasuk tabi’ut tabi’in yang wafat pada tahun 136 H
dalam usia 93 tahun.
Sa’id bin
Jubair adalah seorang imam, Ahli Fiqih, dan termasuk kawan-kawan Ibnu Abbas
yang terhormat. Ia dibunuh oleh Al Hajjaj pada tahun 95 H, dan usianya belum
mencapai 50 tahun (baru 49 tahun).
Asy Sya’biy nama lengkapnya adalah Amir bin Syurahbil Al
Hamdaniy yang lahir pada masa pemerintahan Umar, dan ia termasuk orang yang
tsiqah (terpercaya) dari kalangan tabi’in. Wafat pada tahun 103 H.
Buraidah bin Al Hashib radhiyallahu ‘anhu adalah seorang
sahabat yang masuk Islam pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah
ke Madinah melewati Ghamim –demikian menurut Ibnus Sakan-. Ada pula yang
mengatakan, bahwa ia masuk Islam pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam
pulang dari perang Badar. Ia berperang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebanyak enam kali peperangan. Ia wafat pada tahun 63 H.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat
mulia, putera paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang yang pernah
didoakan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Allah faqihkanlah ia
dalam agama dan ajarkanlah ilmu ta’wil (tafsir).” (Silsilah Ash Shahihah
no. 2589). Berkat doa tersebut, maka Ibnu Abbas menjadi ulama Ahli Fiqh dan Tafsir
dari kalangan sahabat. Ia wafat di Thaif pada tahun 68 H.
Ukkasyah bin Mihshan bin Hartsan Al Asadiy radhiyallahu
anhu adalah seorang sahabat yang termasuk As Sabiqunal Awwalun. Ia ikut
berhijrah dan hadir dalam perang Badar. Ia wafat sebagai syahid dalam memerangi
orang-orang yang murtad bersama Khalid bin Al Walid radhiyallahu ‘anhu pada
tahun 12 H.
Hadits di atas menyebutkan tentang perbincangan yang
terjadi di majlis Sa’id bin Jubair pada saat jatuhnya bintang di malam hari,
maka Hushain memberitahukan bahwa dirinya menyaksikan bintang yang jatuh itu karena
ketika itu ia tidak tidur. Karena ia khawatir para hadirin menyangka bahwa
dirinya tidak tidur karena memanfaatkan untuk shalat malam, maka ia sampaikan
bahwa semalam dirinya tidak dalam keadaan shalat malam untuk menjaga keikhlasannya.
Ia juga menyampaikan sebab tidak tidurnya, yaitu karena sengatan kalajengking,
lalu Sa’id bin Jubair menanyakan tindakan yang dilakukannya, maka
diberitahukanlah kepadanya tindakan yang dilakukan Hushain, yaitu meruqyahnya,
kemudian Sa’id bertanya kepadanya dalil syar’i yang dipakainya yang menjadi
dasar tindakannya, lalu ia menyampaikan haditsnya, kemudian Sa’id membenarkan tindakannya,
yaitu beramal di atas dalil. Lalu Sa’id menyampaikan sikap yang paling baik
daripada tindakannya itu, yaitu melakukan hal yang menyempurnakan tauhid berupa
meninggalkan perkara-perkara makruh meskipun dibutuhkan sambil bertawakkal
kepada Allah sebagaimana yang dilakukan 70.000 orang umat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab,
dimana sifat mereka adalah meninggalkan meminta ruqyah dan meninggalkan meminta
diobati lukanya dengan besi panas sebagai perwujudan terhadap tauhid yang
sempurna dan beralih kepada sebab yang lebih kuat, yaitu bertawakkal kepada
Allah serta tidak meminta kepada seorang pun ruqyah dan yang semisalnya.
Kesimpulan:
1. Keutamaan kaum salaf, bahwa
apa yang mereka saksikan di langit berupa tanda-tanda yang muncul dari sana,
tidak mereka anggap sebagai sesuatu yang biasa, akan tetapi mereka tahu, bahwa
yang demikian termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla.
2. Usaha keras kaum salaf untuk
ikhlas dan menjauhi riya.
3. Perlunya meminta hujjah atau
alasan untuk mengetahui benar- tidaknya suatu pendapat.
4. Perhatian kaum salaf terhadap
dalil terhadap tindakan yang hendak dilakukan.
5. Disyariatkan diam di atas
dalil dan beramal di atas ilmu, dan bahwa orang yang mengamalkan ilmu yang
sampai kepadanya, maka ia telah berbuat baik.
6. Menyampaikan ilmu dengan
lembut dan bijaksana.
7. Bolehnya ruqyah.
8. Mengarahkan orang yang
mengamalkan sesuatu yang disyariatkan kepada syariat yang lebih utama lagi.
9. Keutamaan Nabi kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
10. Jumlah pengikut para nabi
berbeda-beda.
11. Keberhasilan dakwah tidak melihat
kepada apakah dakwahnya diterima atau tidak, akan tetapi melihat ‘apakah seorang
da’i telah menyampaikan dakwahnya atau belum?’
12. Bantahan kepada orang yang
berdalih dengan mayoritas, dan bantahan terhadap anggapan bahwa kebenaran
melihat kepada banyaknya orang.
13. Yang wajib bagi kita adalah
mengikuti kebenaran meskipun sedikit yang mengikuti.
14. Keutamaan Nabi Musa ‘alaihis
salam dan umatnya.
15. Keutamaan umat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bahwa umat Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi
wa sallam lebih banyak daripada umat-umat nabi yang lain.
16. Keutamaan memurnikan tauhid
dan pahalanya.
17. Bolehnya berdiskusi dalam
masalah ilmu dan mengkaji nash-nash syariat untuk mengambil pelajaran dan
memperjelas kebenaran.
18. Dalamnya ilmu kaum salaf
karena mereka tahu, bahwa mereka yang disebutkan dalam hadits itu tidak
mencapai keutamaan tersebut kecuali dengan beramal.
19. Keinginan besar kaum salaf
untuk memperleh kebaikan dan berlomba-lombanya mereka dalam beramal saleh.
20. Meninggalkan meminta ruqyah
dan pengobatan dengan besi panas termasuk memurnikan tauhid.
21. Bolehnya meminta doa dari
orang yang utama.
22. Salah satu tanda kenabian
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu saat Beliau memberitahukan bahwa
Ukkasyah termasuk 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.
23. Keutamaan Ukkasyah bin Mihshan
radhiyallahu ‘anhu.
24. Bolehnya menggunakan sindiran,
dan mulianya akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana Beliau tidak
mengatakan, “Engkau bukan termasuk golongan mereka.”
25. Menutup jalan agar orang yang
tidak berhak menjadi bangkit, lalu ditolak, wallahu a’lam.
Bersambung...
Marwan
bin Musa
Maraji’:
Al
Mulakhkhash fii Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih bin Fauzan
Al fauzan), Al Ishabah fii Tamyizish Shahabah (Al Hafizh Ibnu Hajar Al
‘Asqaani), Silsilah Ash Shahihah (Syaikh Al Albani), Al Maktabatusy
Syamilah versi 3.45, dll.
0 komentar:
Posting Komentar